Candi Lawang Kedaton Situs Sejarah Probolinggo

Candi-Lawang-Kedaton-yang-tinggal-separoh-namun-sangat-bersfilename_sejarah.

Candi-Lawang-Kedaton-yang-tinggal-separoh-namun-sangat-bersfilename_sejarah.

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Candi Kedaton yang terletak di Dusun Kedaton, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo meski hanya tersisa kaki dan baturnya, namun tetap merupakan peninggalan sejarah yang layak dilestarikan.
Kawasan Candi Kedaton berada di atas lahan seluas 50 meter meter persegi. Kawasan tersebut tampak asri. Candi dikelilingi pagar dan kawat untuk mencegah orang-orang tidak bertanggung jawab, melapor terlebih dahulu pada juru pelihara bernama Niman. Di kawasan yang dikelilingi kebun kopi tersebut, rumput tumbuh subur. Hal itu membuat suasana candi menjadi asri.
Sementara, sungai Tekong yang berada di sisi barat candi menampakkan pesonanya tersendiri. Di Andungsari tersebar peninggalan sejarah Majapahit pada abad ke-14. Selain Candi Kedaton yang menjadi pusat pertapaan umat Hindu Syiwa, ada juga punden berundak dan arca Bima yang turut melengkapi pesona alam sekitar.
Arca Bima ditemukan pada ketinggian lebih dari dua meter melewati Sungai Tekong. Kini, arca tersebut disimpan di Museum Trowulan, Mojokerto. Bahkan, sejumlah peneliti menyebut ramainya peninggalan sejarah di kawasan Tiris dan sekitarnya menjadi latar belakang penamaan Probolinggo.
Nama Probolinggo diyakini berasal dari kata Prabha yang berarti sinar dan lingga yang berarti dewa (dalamhal ini Syiwa). Orang setempat mengartikan Probolinggo sebagai tempat yang bersinar. Di Candi Kedaton, hampir di tiga sisinya terdapat cerita relief yang menyimpan misteri masa lalu.
Yaitu kisah Arjunawiwaha di sisi barat. Relief Arjunawiwaha menceritakan tentang Arjuna yang bertapa mencari senjata sakti. Pada saat bertapa diutuslah 2 bidadari cantik oleh para dewa untuk menggoda Arjuna. Bidadari ini merayu arjuna dengan segala cara tetapi Arjuna tidak bergeming dari pertapaannya. Tampak juga relief tentang Arjuna yang sedang menghaturkan sembah kepada Bhatara Syiwa. Setelah Syiwa lenyap, tiba tiba datang penjelmaan Syiwa dalam bentuk Ardhanariswara.
Kemudian Syiwa menghadiahi Arjuna senjata sakti berupa panah mahasakti yang tidak bisa dipatahkan oleh siapapun. Senjata tersebut di namakan Pasopati. Setelah itu Syiwa kembali lenyap. Kemudian ada kisah Garudeya di sisi selatan.
Yakni, relief yang memperlihatkan garuda sedang menghaturkan sembah kepada ibunya. Sayangnya, bagian atas dan bawah relief telah hilang. Ada juga kisah Bho Mantaka atau Bhomakawya di sisi timur. Relief itu menceritakan tentang Sri Khrisna yang hendak membunuh Bhoma dalam sebuah perang. Itu terlihat dari gaya Krishna memegang senjatanya berupa Cakra Sudharsana.
Keberadaan candi ini menjadi salah satu penanda pentingnya kawasan di Lereng Argopuro. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan pernah menyebut jika daerah tersebut dulunya merupakan kawasan pertapaan atau karesian. Serta menjadi kawasan otonom kecil yang keberadaannya diperhitungkan oleh Majapahit.
Terkait adanya batu candi yang hilang, berdasarkan informasi yang dihimpun, hal itu disebabkan pohon beringin besar yang roboh dan menimpa candi, akhirnya banyak batu rusak dan hilang. Jadi beberapa batu hilang dan digantikan batu buatan sekarang. Pengamatan di lokasi, banyak batu candi lainnya yang tidak terpasang. Batu-batu itu disimpan di sebuah pendapa di sekitar kawasan candi. [wap]

Tags: