Capaiannya 40 Persen, Pembelajaran Secara Daring Harus Dievaluasi

Pj Bupati Hudiyono didampingi Kepala Dikbud Asrofi sedang melakukan Daring dengan salah satu siswa. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Capaian pembelajaran secara Daring/online dinilai hanya sekitar 40 persen. Oleh karena itu harus dilakukan evaluasi secara besar-besaran. Kondisi tersebut ditegaskan Pj Bupati Sidoarjo Hudiyono dengan didampingi Kepala Dikbud Sidoarjo Asrofi saat Sidak, melihat langsung proses pembelajaran secara Daring di SMPN 1 Sidoarjo, pada (21/1) kemarin.
“Jadi yang saya maksudkan evaluasi adalah perilaku administrasi, perilaku pembelajarannya masih dengan cara-cara yang lama. Perilaku saat Daring ini harus beda, contohnya, harus ada sinergi yang kuat antara pembelanjaan dan pembelajaran. Karena pembelajarannya memang dengan sistem baru, makanya pembelanjaan BOS jangan menggunakan pola lama,” tegas Hudiyono.
Menurutnya pembelajaan BOS harus menggunakan sistem baru disesuaikan dengan penggunaan Daring. Seharusnya belanja BOS, belanja banyak untuk penguatan internet atau jaringan. “Ternyata saya tanya ke kepala sekolah, hanya digunakan untuk kebutuah jaringan sekitar 5 persen saja. Mesitnya, harus di atas 30 atau 40 persen. Karena kekuatan transformasi ilmunya itu berada di jaringan. Kalau dulu kekuatan transformasi ilmu di tatap muka, sekarang di jaringan. Makanya belanja keperluan jaringan harus ditambah, jangan cuma 5 persen,” tegasnya.
Ia katakan, kalau pola pembelanjaan BOS masih menggunakan pola lama terus, dan tidak mau berubah ke pola yang baru bisa-bisa capaian pembelajaran Daring ini hanya 10 persen saja yang diapat oleh siswa. “Oleh karena itu, nanti akan saya kumpulkan semua kepala sekolah, intinya bahwa harus ada pendekatan yang berbeda, sistem manajemen anggarannya dengan sistem pembelajaran Daring ini,” kata Hudiyono.
Hudiyono juga menanyakan kepada salah satu guru yang sedang Daring, ia mengaku di kurikulum mengajarnya 6 jam per minggu. Saya juga tanya ke siswa, ketemu guru tersebut berapa jam seminggu, dan siswa itu menjawab hanya 1,5 jam per minggu. “Kondisi tersebut kalau saya analogikan berarti mereka dapat pelajaran hanya kira-kira 20 persennya. Dengan 20 persen itu mestinya evaluasi harus jalan. Jadi kondisinya sekarang sistemnya jalan, namun masih banyak kekurangan dan kelemahan, itulah yang harus dievaluasi,” tandas Hudiyono.
Sementara itu, Kepala Dikbud Sidoarjo Asrofi mengatakan apa yang sudah dijelaskan oleh Pj Bupati Sidoarjo cocok. Memang saat ini dalam rangka menuju sekolah digitalisasi itu, makanya yang perlu diperhatikan adalah, dicukupinya kebutuhan jaringan untuk internet. Semua di lembaga pendidikan untuk SD dan SMP. “Dan itu sudah saya sampaikan terus, jadi setiap penggunaan anggaran itu harus mengarah program tersebut, agar diperbesar banfidthnya,” katanya.
Berikutnya adalah, harus tercukupi kebutuhan listriknya. Khususnya SD yang biasanya untuk penerangan ruangan, karena sekarang sudah digital makanya jaringan internet dan listriknya harus kuat. “Selain itu untuk Laptopnya juga harus tercukupi, semua itu sudah saya sampaikan ke seluruh kepala sekolah. Insya Alloh sambil berjalan atau bertahap menuju ke digitalisasi,” pungkas Asrofi. [ach]

Tags: