Capres Jangan Didikte Asing

Igor Dirgantara

Igor Dirgantara

Jakarta, Bhirawa
Pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, berpendapat capres pada Pemilu Presiden 2014 harus bebas dari kepentingan asing karena jika tidak maka pemimpin Indonesia kelak akan dapat didikte oleh pihak luar negeri.
“Jika benar ada pertemuan membahas sosok Cawapres untuk dipasangkan dengan Jokowi serta kepentingan pemilu 2014 seperti yang diberitakan beberapa media massa, maka hal tersebut adalah bentuk besarnya kepentingan AS untuk mendikte pemimpin Indonesia yang baru,” kata Igor menanggapi pertemuan antara Joko Widodo (Jokowi) dan Megawati Soekarnoputri dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) yang baru, Robert O Blacke, di Jakarta, Selasa (24/4) kemarin.
Menurut dia, pemerintah AS akan menanamkan dukungan dan pengaruhnya, baik terhadap figur atau arah kebijakannya. Ini bentuk pendiktean AS terhadap Indonesia akan posisi strategisnya terhadap dinamika masa depan kawasan Asia Tenggara, kata Igor.
Ia mengatakan, wujud nyata kepentingan AS dalam menguasai perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia sebetulnya telah terungkap dari kasus terbongkarnya penyadapan AS dan kebocoran kawat diplomatik AS oleh Edward Snowden. Ada agenda politik yang melatarbelakanginya.
Igor mengingatkan, sangat berbahaya jika Indonesia masuk orbit hegemoni AS mengingat perseteruannya dengan Tiongkok dalam kasus Laut Tiongkok Selatan, yang juga melibatkan negara anggota ASEAN lainnya, seperti Filipina dan Vietnam.
“AS gemar mengunjungi negara yang dianggap sekutunya untuk mendukung politik anti Suriah dan Iran. Padahal Indonesia menganut politik bebas dan aktif dari campur tangan negara besar,” tuturnya.
Selain itu, kata Igor, AS kini gencar mempropagandakan Trans Pacific Partnership (TPP) dan ingin memasukkan Indonesia sebagai anggotanya, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Tetapi semua perdagangan bebas regional selalu berdampak negatif bagi Indonesia,” jelasnya.
Oleh karena itu, Indonesia perlu mewaspadai dengan apa yang sekarang ini terjadi di Ukraina, yang merupakan akibat campur tangan AS. Isu besar di balik jatuhnya Presiden Yanukovich sebenarnya adalah pertarungan penguasaan energi global antara kelompok negara TPP yang diusung AS melawan negara-negara yang tergabung dalam BRICS, yang dimotori Tiongkok dan Rusia. Belum lagi, tambah dia, jika itu dikaitkan dengan adanya kepentingan korporasi besar AS seperti kontrak Freport di Papua, Newmont dan lainnya. AS ingin agar Asia Tenggara lebih membuka akses perdagangannya demi memulihkan kembali perekonomian yang terpuruk akibat krisis.
Igor juga mengingatkan, AS selalu memonitor Indonesia sejak dulu dan menjadikan isu HAM, demokrasi, dan terorisme sebagai instrumen dasarnya untuk campur tangan urusan dalam negeri.
Jokowi bersama Megawati Soekarno Putri dikabarkan baru bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) yang baru, Robert O Blacke. Pertemuan tersebut dilakukan di rumah salah seorang pengusaha yakni Jacob Soetojo yang berada di Jalan Sircon No 73, Permata Hijau Jakarta Selatan.  [ant]

Rate this article!
Tags: