Cara Cerdas Berkomunikasi di Media Sosial

socmedOleh        : Untung Wahyudi
Judul       : Flow di Era Socmed
Penulis    : Hernowo Hasim
Penerbit   : Kaifa, Bandung
Cetakan   : I, Mei 2016
Tebal         : 228 Halaman
Dewasa ini, tak dapat dimungkiri bahwa media sosial (medsos) sudah bukan sesuatu yang asing lagi. Di era digital hampir semua lapisan masyarakat mengenal sosmed yang menjadi salah satu media komunikasi efektif bersama keluarga, sahabat, bahkan kekasih. Sehingga jarak bukanlah alasan untuk tidak saling berinteraksi, meskipun hanya lewat internet.
Aktivitas yang dilakukan orang-orang di sosmed sekarang bukan hanya untuk menyampaikan kabar kepada sahabat atau keluarga, tetapi lebih dari itu, sosmed menjadi salah satu media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, atau unek-unek yang mengganjal dalam hati dan pikiran. Hal ini bisa dilihat langsung dari cara pengguna sosmed seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan sosmed lainnya. Bahkan, lewat sosmed para penghuni dunia digital bisa secara langsung membagikan banyak link yang dianggap penting untuk diketahui banyak orang.
Lewat Flow di Era Socmed, Hernowo Hasim memberikan berbagai tips pada pembaca tentang bagaimana berkomunikasi secara efektif di media sosial. Pembatasan karakter untuk menulis status di sosmed sering kali membuat banyak orang tidak bisa menggunakan bahasa yang efektif, bahkan banyak yang menyampaikan gagasannya dengan cara disingkat-singkat. Sesuatu yang “berbahaya” jika terus menerus dilakukan oleh orang-orang yang ingin belajar menulis dengan baik.
Hernowo menjelaskan bahwa, komunikasi tulis di medsos selama ini cenderung tidak tertata, berantakan, atau menyalahi kaidah. Menurutnya, komunikasi tulis di medsos sesungguhnya hanyalah komunikasi lisan yang “dituliskan” sehingga bentuknya kadang memang tidak beraturan.
Karena itulah penting bagi siapa saja untuk belajar bagaimana menyampaikan gagasan dengan baik dan benar. Agar apa yang disampaikan bisa dibaca dan dipahami. Sangat disayangkan jika sudah banyak menulis di medsos, tetapi tulisan yang ada tak ubahnya sampah yang jangankan dibaca, kadang dilihat saja tidak.
Selama ini, Hernowo dikenal sebagai tokoh literasi yang menggalakkan kegiatan “mengikat makna”, sebuah aktivitas membaca-menulis yang banyak bermanfaat bagi banyak orang. Lewat gerakan mengikat makna tersebut, Hernowo mengajak segenap masyarakat untuk menuliskan apa yang mereka dapat dari bacaan seperti koran, majalah, buku, atau bahkan informasi di televisi.
Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh Hernowo. Ia menuliskan apa yang dibaca di buku atau ditonton di televisi, memfotokopi, dan menempelkannya di majalah dinding (madding) kantor tempat ia bekerja. Gerakan ini sampai sekarang dilakukannya sehingga dari tangannya banyak lahir buku-buku laris seperti Mengikat Makna, Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, Quantum Writing, Quantum Reading, dan buku lainnya yang sampai saat ini mencapai 40 judul.
Hernowo juga menjelaskan bahwa kecakapan berkomunikasi-meski ada yang menggunakan bahasa tubuh-tetap lebih banyak mengacu ke hal-hal nonfisik, yaitu bagaimana seseorang terampil dalam mengolah pikirannya untuk memahami dan menyampaikan pemahamannya itu secara jelas, tertata, dan unik. Dan, untuk mencapai kejelasan, ketertataan, dan keunikan, diperlukan kecakapan berpikir yang tinggi (hlm. 33).
Kecakapan berkomunikasi yang lebih ditekankan di sini adalah, pertama, bagaimana seseorang memiliki kemampuan dan “membuang” (mengungkapkan) pikiran dan gagasannya secara lebih mudah; kedua, bagaimana seseorang dapat menyiapkan dirinya untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa yang jelas, tidak monoton, dan bahasa tersebut mampu mewakili keunikan dirinya; dan, ketiga, bagaimana seseorang dapat memiliki kemampuan memahami secara baik (hlm. 34).
Lewat buku 228 halaman ini, Hernowo memberikan model-model latihan yang berbasis pada empat keterampilan berbahasa-membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Buku ini menarik untuk dipelajari sehingga orang-orang bisa mengendalikan pikirannya agar tidak secara mudah “membuang” unek-unek di medsos, apalagi yang disampaikan berbau SARA dan cenderung provokatif, sehingga membuat orang atau kelompok tersinggung dan cenderung menimbulkan keresahan di masyarakat.

                                                                                                                 ——————– *** ———————

Tags: