Cara SDN Sruni 1 Bangkitkan Motivasi Menulis Siswa

Kepala Sekolah SDN Sruni 1, Sidoarjo Cholidah bersama beberapa siswa saat membacakan puisi karya siswa sebelum penyerahan raport hasil belajar.

Ungkapkan Rasa Melalui ‘Untaian Mutiara Buat Bunda’
Sidoarjo, Bhirawa
Siswa yang semula asyik bercanda mulai terdiam, para orangtua pun menghentikan bisik-bisiknya. Dengan suara bergetar, salah seorang siswa membacakan puisi karyanya di depan kelas. Suasana menjadi semakin hening, sendu, bahkan ada beberapa ibu-ibu yang terbawa emosi hingga menitikkan air mata.
Pagi itu, Jumat (14/12) adalah hari yang sangat dinantikan, yakni hari penerimaan raport semester I di SDN Sruni 1, Sidoarjo. Semua tampak ceria, terutama kelas VI. Tidak hanya anak-anak, tapi terlihat juga semangat dari orang tua mereka. Terbukti dari 46 orang tua siswa hanya 2 orang yang izin, itupun karena ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan.
Jam 08.00 WIB acara dimulai. Seperti rencana semula, sebelum pembagian raport akan ada pembacaan puisi hasil karya siswa siswi kelas VI. Satu persatu siswa yang terpilih mulai membaca puisi. Sebagai penghormatan, Kepala Sekolah SDN Sruni 1, Sidoarjo Cholidah dipersilakan memilih salah satu puisi untuk dibacakan.
“Bagaimanapun bentuk hasil karya siswa patut dihargai, kita sebagai orang tua harus pandai-pandai memberikan penghargaan, karena itu bisa memacu semangat mereka,” pesan Cholidah.
Guru SDN Sruni 1 Laitul Badriyah mengaku memang menjanjikan sebelum acara pembagian raport akan diawali dengan pembacaan puisi karya dari para siswa yang terpilih. Menurut Badriyah, ide membacakan puisi itu adalah sebagai bentuk apresiasi atas karya yang dihasilkan para siswa.
Lebih lanjut menurut Badriyah, salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah keterampilan menulis. Namun praktiknya, mayoritas siswa –yang sudah duduk di kelas VI SD sekalipun– masih mengaku kebingungan ketika harus menulis.
“Butuh berbagai cara kreatif untuk memacu siswa belajar menulis, salah satunya adalah dengan menulis puisi,” tutur ibu guru yang dikenal penyabar ini. Sebelum memberi tugas membuat puisi, tutur Badriyah dirinya sempat memberi tugas para siswa untuk menulis kegiatan yang terkait kegiatan di Bulan Agustus.
“Saya pikir di setiap bulan agustus akan banyak kegiatan yang bisa ditulis anak-anak,” tuturnya. Namun dari hasil evaluasi yang dilakukan, dirinya mengaku belum puas dengan hasil tulisan anak-anak. Tidak menyerah dengan hasil yang diperolehanya, kembali mencoba memberi tugas di akhir semester untuk menulis puisi.
“Tema yang saya pilih adalah “Ibu”. Untuk memotivasi anak-anak, saya katakan pada mereka bahwa menulis itu mudah, jangan memikirkan apa yang akan ditulis, tapi tulislah apa yang ada di pikiran,” kata Badriyah kepada Bhirawa. Dan untuk menghargai karya siswa, dipilih tiga puisi terbaik untuk dibacakan di depan orang tua mereka pada saat penerimaan raport.
“Akhirnya saya putuskan untuk membukukan puisi tersebut jadilah buku”Untaian Mutiara Buat Bunda,” jelasnya lagi. Uniknya di buku ini, semua puisi karya murid tidak diketik, tapi tetap asli tulisan tangan mereka yang di scan lalu di print di kertas majalah.
“Hasilnya, wow keren ! Anak-anakpun merasa cukup puas , karena mereka merasa dihargai,” kata Badriyah dengan sumringah. [Lailatul Badriyah, SPd SDN Sruni 1 Sidoarjo]

Tags: