Cara Siswa SD SAIM Surabaya Pilih Ketua OSIS

Para siswa di SD SAIM Surabaya tengah melangsungkan proses pemilihan ketua OSIS secara langsung denga metode layaknya pemilihan umum kepala daerah. [adit hananta utama/bhirawa]

Para siswa di SD SAIM Surabaya tengah melangsungkan proses pemilihan ketua OSIS secara langsung denga metode layaknya pemilihan umum kepala daerah. [adit hananta utama/bhirawa]

(Digelar Mirip Pemilihan Umum, Ajarkan Proses Demokrasi Sejak Dini)
Surabaya, Bhirawa.
Istilah demokrasi bukan hanya milik orang dewasa yang sehari-hari berkecimpung di dunia politik. Karena demokrasi di SD Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) sudah mulai dikenalkan untuk peserta didik. Itulah yang terjadi ketika pemilihan ketua OSIS dengan seperangkat alat dan metode layaknya pemilihan umum sungguhan.
Para siswa SD mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 punya hak untuk memilih. Biasanya, OSIS baru ada di tingkat SMP dan SMA. Namun di SAIM, OSIS dibentuk agar anak anak bisa belajar berorganisasi sejak dini. “Disini ada siswa yang bertugas sebagai KPU, tapi namanya disesuaika menjadi KPO (Komisi Pemilihan OSIS),” kata guru kelas 5 SD SAIM Eko Yuliyanto saat ditemui di sela sela pemilihan, kemarin (2/11).
Tak hanya itu, dalam tahapan tahapan pemilihan ketua OSIS juga sama dengan tahapan dalam pemilihan kepala daerah. Awalnya, siswa kelas 5 yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua OSIS harus mencari dukungan, minimal 20 pendukung. Para pendukung inilah yang akan menjadi tim sukses calon mereka.
Kemudian juga ada paparan visi dan misi serta program kerja yang akan mereka lakukan nanti. Dalam kesempatan ini, semua calon harus bisa memaparkan visi misi mereka. Kemudian juga ada masa masa kampanye, disinilah ada masa persaingan dari masing masing calon dan tim suksesnya.
Dalam masa kamanye ini, para calon bebas menempelkan berbagai poster kampanye mereka. Pada masa kampanye ini juga ada yang jahil. “Ada salah satu foto calon yang dioret oret sehingga mirip kera. Ada juga beberapa tulisan program dicoret dan dirubah. Tapi kami tidak tahu siapa yang melakukan,” kata Wakil Ketua KPO Cintya Diva Anjani.
Dengan lugas, siswi kelas 5 ini mengatakan ada susahnya menjadi KPO. Mereka harus menyiapkan semua kebutuhan pemilihan. “Kami ada 10 orang, kadang kami kerja, tapi yang laki laki malah main, tapi kami senang,” sambung anggota KPO Myesha Ammera Devrika Matonda didampingi Naraya Syafira dan Kemala Ainuura Admire Aulia.
Bagi ketua KPO Keanu Khrisna Maulana Malik, yang susah adalah mendapatkan nama nama seluruh siswa. Sebab, para siswa harus mendapatkan surat hak suara, meski bentuknya berbeda dengan surat hak suara pada pemilihan kepala daerah. “Tapi kami mendapatkan nama dari absen siswa,” katanya.
Selama 4 pekan, para komisioner KPO ini bekerja keras mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai dari kertas suara, surat hak suara, kotak suara hingga tempat pemungutan suara (TPS). Untungnya, ketika masih hari tenang selepas masa kampannye, para tim sukses masing masing calon langsung diperbantukan untuk membuat kotak suara dan bilik suara. Mereka juga bertugas sebagai petugas TPS.
Dalam pelaksaan pemilihan, tata caranya juga sama dengan yang digunakan KPU. Siswa yang punya hak suara penyerahkan surat hak suaranya, kemudian duduk pada deretan antrean untuk selanjutya dipanggil guna melakuka pencoblosan. Setelah selesai mencoblos, para pemilih juga diberi tanda dengan tinta. [tam]

Tags: