Cari Penyebab, FKH Unair Lakukan Otopsi Pada Paus Terdampar

Tim Medik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga Surabaya dan enam relawan mahasiswa melakukan otopsi pada tiga paus terdampar yang teridentifikasi.

Surabaya, Bhirawa
Tim medik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya melakukan otopsi pada paus yang terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Madura Jumat lalu. Dari 49 paus yang mati, 34 paus dapat diidentifikasi. Sementara tiga dari paus yang dapat teridentifikasi itu kemudian dilakukan pemeriksaan otopsi. Tiga paus yang diotopsi, dua diantaranya jantan dan satu lainnya betina.
Ketua Tim Lapangan FKH Unair, drh Bilqisthi menjelaskan, pemilihan paus untuk dilakukan otopsi, dilakukan dengan pertimbangan berbasis ukuran dan kondisi. Paus yang dipilih untuk diotopsi yang paling besar dengan asumsi, paus yang paling besar itu ketua koloni dengan panjang 5,5 meter dan berjenis kelamin jantan. Sedangkan paus betina yang dipilih berukuran paling besar dengan panjang 3,5 meter. Paus yang dipilih juga dipastikan dalam kondisi tidak busuk, masih baik untuk dilakukan otopsi.
Lebih lanjut, proses otopsi memakan waktu kurang lebih 4,5 jam. Tidak hanya melakukan otopsi di tempat lokasi kejadian. Tim FKH juga mengambil beberapa sampel untuk untuk pemeriksaan patologi di laboratorium FKH Unair. Pemeriksaan patologi dimaksudkan untuk mengetahui penyebab pasti terdamparnya 52 paus itu.
“Jenis paus yang terdampar adalah paus short fin pilot whale (paus pilot sirip pendek, red). Dugaan awal masih belum bisa kami pastikan karena ketika melihat tidak ada gangguan sonar pada paus, dugaan aktivitas vulkanik bawah laut juga tidak. Jadi perlu kami dalami melalui pemeriksaan patologi,” jelas drh Bilqisthi, Senin (22/2) kemarin.
Tim juga pertimbangkan faktor alam karena sebelum kejadian itu sempat terjadi puting beliung di selat Madura. Namun dugaan itu sebagai penyebab peristiwa terdampar paus masih didiskusikan dengan menunggu hasil laboratorium.
Menurut drh Bilqisthi, paus short fin pilot whale hidup berkelompok. Ketika bermigrasi, kelompok ini akan mengikuti ketua koloninya. Apabila ketua koloni mati, maka secara hirarki, akan digantikan secara otomatis oleh pejantan yang lebih tua dibawah ketua koloni yang telah mati. Namun jika ketua koloni sakit dan belum mati, maka kelompok paus akan tetap mengikuti ketua koloninya.
Sebelumnya, terdapat 52 paus yang terdampar di Pantai Modung, Madura. Ketika pertama kali ditemukan oleh nelayan, 49 paus telah mati, dan tiga diantaranya hidup. Namun, dari tiga yang hidup tersebut, dua diantaranya mati ketika berupaya diselamatkan, sehingga hanya tersisa satu yang hidup dan berhasil dikembalikan ke laut.
Selain tim medik, terdapat enam relawan mahasiswa FKH Unair Surabaya yang juga ikut terjun ke lapangan untuk membantu. Diantaranya adalah Ramadhanty T, Yustisiane Ruth R, Ary Setya Hernanda, Akmal K Ishak, Agus Arisma, dan Shafira R Ruyani. [ina]

Tags: