Cegah Makan Daging

Daging-sapi-MahalSekarang, saatnya jeda makan (dan beli) daging sapi, sampai tiba hari raya Idul Adha. Saat ini harga daging sapi di berbagai daerah mencapai Rp 150 ribu per-kilogram. Ini harga daging termahal di dunia. Syukur peternak lokal akan memperoleh “bonus” murni harga pasar, sesuai prinsip suplay and demand. Biasanya, kenaikan harga daging tidak di-iringi keuntungan petani. Tetapi usai Idul Adha, pemerintah perlu merevisi harga daging sapi sesuai instruksi presiden.
Bekurangnya pasokan daging sapi seperti saat ini (sejak sebulan menjelang Idul Adha), sebenarnya rutin terjadi. Peternak cenderung “menahan”  menjual komoditas andalannya, menungggu sampai 10 hari jelang takbiran (tanggal 10 bulan Dzulhijjah). Sampai maksimal hari tasyriq, yakni 3 hari masa takbiran. Pada kurun 23 hari tersebut merupakan pick seasson penjualan hewan ternak, dengan harga tertinggi. Puncak Idul Adha, diperkirakan pada tanggal 12 September 2015.
Seluruh hewan ternak akan disembelih habis dalam waktu empat hari. Lalu dibagikan secara gratis. Di Jawa Timur saja, dibutuhkan sekitar 550 ribu ekor hewan kurban yang akan disembelih. Terdiri dari 75 ribu-an sapi dan 475 ribu-an kambing. Namun ketersediaan sapi di Jawa Timur, sangat berlimpah, sekitar 4,8 juta ekor. Walau tidak seluruhnya siap dipotong. Serta tidak boleh dipotong karena tergolong betina produktif.
Harga daging sapi di Jawa Timur masih cukup tinggi, walau merupakan daerah penyangga utama kebutuhan daging sapi nasional. Hanya sekitar 10% yang dikonsumsi masyarakat Jawa Timur, sisanya diperdagangkan ke luar propinsi. Memang tidak seluruh sapi siap dipotong, karena masih harus menunggu setidak-tidaknya sampai usia 2 tahun. Berdasar kriteria itu, jumlah sapi siap dipotong sebanyak 750 ribu ekor. Tidak perlu khawatir, karena jumlah kelahiran mencapai 1 juta ekor (surplus 250 ribu ekor per-tahun).
Pada situasi sapi langka seperti saat ini, harga daging di Jawa Timur rata-rata Rp 145 ribu per-kilogram. Ini semakin memicu kuota impor sapi. Sebenarnya, Indonesia tidak terlalu kekurangan daging sapi. Namun beberapa restoran dan hotel konon tidak menerima daging sapi lokal. Konon pula, turis manca negara tidak suka daging lokal (karena alot). Serta sistem penyembelihan yang tidak memenuhi standar.
Kritisi dari berbagai lembaga kehewanan internasional, adalah hampir seluruh RPH (rumah potong hewan) tidak memiliki “ruang tunggu” sebelum penyembelihan. Serta sistem sanitasinya (limbah) sangat  buruk. Begitu pula cara penyembelihan, banting gorok, dianggap sangat kejam. Juga ditonton hewan lain, menyebabkan “calon korban” stres. Kritisi ini seyogianya diperhatikan pengelola (jagal) RPH, serta pelaksana penyembelihan hewan kurban hari raya Idul Adha.
Pasca hari raya Idul Adha, akan terjadi menipisnya persediaan sapi. Untuk mencukupi kebutuhan daging, biasanya disuplai silang dari sapi perah yang tidak produktif. Sekitar 20% sapi perah yang sudah tua (eks impor pula), berubah peruntukan menjadi sapi potong. Namun tidak dianggap sebagai sapi eks impor, melainkan sapi “bekas.”
Sektor sapi perah inilah yang selama ini memperoleh kuota impor terbesar. Diantaranya, karena demand susu tidak bisa dicukupi dari dalam negeri. Tetapi daging sapi tua, eks-sapi perah (impor), terlalu banyak mengandung lemak. Itulah yang menyebabkan daging impor cepat busuk, walau disimpan dalam cold storage (pendingin).
Usai Idul Adha, merupakan saat tepat pemerintah menyeimbangkan tata-niaga daging sapi. Andai masih harus Impor sapi seyogianya berupa sapi indukan unggul. Serta memulai program penanaman rumput jenis Kaliandra sebagai pakan utama dapat menjadi sub-sektor peternakan. Siklus hidup sapi, bisa memberikan peluang kerja lebih luas di dalam negeri.

                                                                                                                   ——-   000   ———

Rate this article!
Cegah Makan Daging,5 / 5 ( 1votes )
Tags: