Cegah Penularan Covid-19 di Ponpes dengan Prokes

Santri wajib berwudlu dan melewati bilik disinfektan sebelum masuk kamar. [wiwit agus pribadi]

Satu Ruangan bersama Orang Positif Covid 19 Selama 14 Hari
Probolinggo, Bhirawa
Juru Bicara Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid 19 Kabupaten Probolinggo, dr Dewi Vironica, Minggu (25/10) mengatakan Pondok Pesantren (Ponpes) termasuk salah satu kelompok yang mengalami penularan Virus Covid 19 secara cepat.
Menurut Dewi, namun dengan penerapan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) yang tepat di Ponpes, maka transmisi virus dapat dicegah, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penanggulangan Covid 19 di Ponpes. Pertama, penerapan satu pintu. Hal ini untuk membatasi lalu lintas orang luar yang masuk ke lingkungan Ponpes. Kedua, selama di lingkungan Ponpes, baik guru, santri, pengelola, semuanya wajib memakai masker dengan benar.
Ketiga, bagi pengajar yang tidak tinggal di lingkungan Ponpes, sementara proses pembelajaran dapat dilakukan melalui berani agar guru / pengajar tidak keluar masuk lingkungan Ponpes yang dapat dilakukan santri di dalam Ponpes. Kemudian batas, larangan kunjungan orang tua santri selama pandemi. Kelima, bagi santri yang akan datang ke ponpes, dapat dilakukan pemeriksaan tes antibodi.
“Jika hasil non reaktif maka wajib menjalankan karantina selama 14 hari sebelum bergabung dengan santri yang lain,” jelasnya.
Berada di dalam satu ruangan dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid 19, yang harus tetap berada di rumah selama 14 hari kontak terakhir dengan penderita positif Covid 19. Selain itu, jaga jarak dan menghindari kontak dengan orang yang rentan (Lansia dan orang yang mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain.
Dewi juga meminta agar secara berkala, apakah ada gejala demam, batuk pilek, nyeri telan, hilang penciuman, diare, sesak, nafsu makan dan lain-lain. Jika ada segera datang ke layanan kesehatan.
“Kami melakukan karantina saat berada dekat dengan orang positif Covid 19. Yaitu berjarak kurang dari 1,5 meter, kontak fisik, berada dekat dengan orang positif yang batuk / bersin tanpa masker dan yang merawat orang positif tanpa APD (Alat Pelindung Diri),” tuturnya.
Ketua Yayasan sekaligus Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, KH Moh Hasan Mutawakkil Allallah mengajak santri untuk menjadi pelopor kesehatan. Santri dinilai bisa sebagai resolusi jihad di tengah pandemi Covid 19. Hal ini disampaikan saat memimpin upacara Hari Santri Nasional (HSN) 2020 di halaman pesantren Zainul Hasan Genggong, Minggu,( 25/10).
Peringatan hari santri didasarkan pada resolusi jihad yang dikeluarkan KH M Hasyim Asy’ari untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Resolusi itu melatarbelakangi pertempuran 10 November di Surabaya yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Di masa pandemi Covid 19 yang belum berakhir ini, tantangan santri berbeda. Sehingga tantangan santri saat ini berbeda dari saat resolusi jihad dikeluarkan di periode awal. Saat ini, jihad yang bisa dilakukan santri adalah jihad kesehatan.
Jihad kesehatan itu, antara lain seperti memakai masker saat beraktivitas, membiasakan mencuci tangan dengan air mengalir, serta menjaga jarak saat berada di keramaian. Kiai murah senyum itu menyebut pandemi merupakan pelajaran dari Allah SWT. Mengajarkan kepada manusia betapa berharganya nikmat kesehatan. Juga pelajaran untuk berupaya menjaga nikmat tersebut. Tahun ini, peringatan HSN dilaksanakan secara sederhana. [wap]

Tags: