Cegah Penularan Covid-19, Ibu Hamil di Sidoarjo Bakal Dirapid Test

dr Abdilah Asegaf memaparkan kepada tenaga medis di Puskesmas dan rumah sakit rujukan Covid-19, soal rencana rapid tes pada ibu hamil di Sidoarjo. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo,Bhirawa
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo telah melakukan koordinasi dengan 26 Puskesmas dan 7 rumah sakit rujukan Covid-19 di Kab Sidoarjo, yang nantinya akan melakukan rapid tes kepada ibu hamil, yang usia kandungannya sudah menginjak 37 Minggu.

Kepala Bidang Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, dr Abdilah Asegaf, mengatakan upaya tersebut untuk mencegah antara ibu hamil dan tenaga kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit rujukan Covid-19, supaya sama-sama tidak tertular Covid-19.

“Ini sebagai screening, untuk mencegah ibu hamil dan tenaga kesehatan, supaya sama-sama tertular Covid 19, agar keduanya aman dan sehat,” komentar dr Abdilah, usai melakukan koordinasi dengan 7 rumah sakit rujukan Covid-19 yang ada di Sidoarjo, petugas medis di 26 Puskesmas dan perwakilan ikatan bidan Indonesia (IBI ) Sidoarjo, Jum at (3/7) akhir pekan kemarin.

Di Kabupaten Sidoarjo, kata mantan Kepala Puskesmas Kec Wonoayu itu, dari data terbaru Dinkes Kab Sidoarjo saat ini ada kurang lebih 32 ribu ibu hamil, yang usia kandungan mereka beragam.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, semua ibu hamil yang nanti usia kandungan sudah menginjak 37 Minggu, harus siap untuk dilakukan rapid tes. Rapid tes akan terus dilakukan, sebab semua belum tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir.

Rapid tes ini disepakati saat usia kandungan ibu hamil menginjak 37 Minggu, kata dr Abdilah, karena agar tidak terlalu awal juga tidak terlalu mepet dengan proses melahirkan.

Jalurnya nanti, papar dr Abdilah, apabila hasil rapid tesnya reaktif, maka Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat I, bisa mengusulkan Bumil untuk tes Swab dengan alat PCR, yang ada di GOR atau di RSUD Sidoarjo.

Dikatakannya, pihak Dinkes Sidoarjo akan mengutamakan agar Bumil ini segera di tes swab, sebab kondisi Bumil termasuk rawan. Seandainya hasilnya positip, maka rumah sakit rujukan di Kab Sidoarjo, harus siap menerimanya.

Tujuh rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 ini diantaranya RSUD Sidoarjo, RS Mitra Keluarga, RS Siti Khodijah, RS Anwar Medika, RS Bhayangkara Porong dan RS Citra Medika.

Apabila proses persalinan hanya spontan, maka cukup sehari dan bisa pulang. Namun mereka harus isolasi secara mandiri. Para bidan desa, kata dr Abdilah, harus tetap untuk memantaunya.
“Setelah hari ke- 3 atau ke- 4, bayinya bisa dirapid tes,” katanya.

Tidak hanya itu, bidan desa juga harus memantau, agar bayi tidak menyusu langsung pada ibu. Tapi air susu ibu disedot dulu. Sampai Bumil ini hasilnya swabnya negatip. Supaya bayi, tak sampai tertular dari ibu.

“Kalau misalnya bayi, kondisinya reaktip, bayi di swab juga. Yang hanya bisa cuma di RSUD,” Ujarnya.
Dirinya mengingatkan agar semua bidan desa di Kab Sidoarjo, mengetahui kondisi Bumil di wilayahnya. Supaya tidak ada Bumil yang terburu-buru akan melahirkan namun belum dirapid tes.

Apabila sampai ada, kata dr Abdilah, biasanya Bumil ini berasal atau baru pindah masuk ke Kab Sidoarjo. Seperti kejadian di wilayah Kec Porong, belum lama ini. Bumil tersebut pindahan dari Pandaan, Pasuruan.
“Resikonya kalau Bumil ini terlalu mepet untuk dilakukan rapid tes, dikhawatirkan jangan sampai Bumil tersebut keburu brojol melahirkan bayinya lebih dulu,” ujarrnya.

Upaya rapid tes Covid-29 bagi Bumil ini, kata dr Abdilah, juga untuk menyelamatkan kondisi ibu dan anak. Ia mengatakan ada 1 kasus Bumil yang melahirkan telah meninggal dunia saat di rawat di RSUD Sidoarjo.

Di luar kasus Covid-19 ini, pada tahun 2019 lalu, ada sebanyak 19 kematian ibu dan anak (KIA) karena proses-proses persalinan. Tentu saja pada tahun 2020 ini jumlah kasusnya diupayakan supaya menurun. (kus)

Tags: