Cegah Risiko Cedera Saat Infus, Ciptakan Sarung Tangan Anak

Tim Sarang Tangan menunjukkan cara kerja sarung tangan pelindung infus bagi pasien kategori anak.

Salah satu Karya inovasi PKM-W yang dibiayai Kemerinstek Dikti
Surabaya, Bhirawa
Empat mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berinovasi membuat Sarang Infus. Yakni, sarung tangan khusus yang didesain untuk melindungi saluran infus pada anak-anak. Inovasi tersebut, membutuhkan waktu setidaknya selama dua tahun untuk penyempurnaan produk. Mulai dari bentuk desain, bahan hingga fungsi kegunaan.
Alhasil, inovasi Sarang Infus yang dibuat oleh Putri Lisdiyanti, Fatma Aula Nursyifa, Finka Yuanita dan Riskiatul Mutamimah ini lolos dalam pembiayaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan yang diadakan Kemenristekdikti. Dikatakan ketua tim, Fatma Aula Nursyifa ada beberapa keunggulan yang dimiliki Sarang Infus buatan tim nya ini. Yaitu, mencegah resiko infeksi yang terbuat dari spalk. “Fungsi spalk yang kita taruh di bagian dalam tangan untuk mengunci sendi agar tidak gerak,”ungkap dia.
Selain itu, kegunaan lain Sarang Tangan ini juga untuk mengurangi resiko cidera akibat dari tonjolan infuset, dan mengurangi stres hospitalisasi pada anak. Terakhir, produk ini juga mempermudah dalam observasi untuk akreditasi rumah sakit.
“Ini generasi kedua perbaikan produk yang sama di tahun pertama kita buat. Kalau dulu fokus produknya hanya untuk mengatasi resiko cidera. Tahun ini, kita research kebutuhan dilapangan, akhirnya ada penyempurnaan di desain dan manfaat lainnnya ini,”tutur dia.
Fatma menceritakan, awal ide produk sarang tangan tercipta karena persoalan yang sering di temui di RS ketika anak kecil sakit. Saking aktifnya tingkah anak kecil, terkadang tonjolan dari infuset mengenai bagian mata pasien. Karena itulah pihaknya kemudian membuat produk inovasi tersebut. Dalam pembuatan produk ini, bahan-bahan yang digunakan di klaim memberi rasa nyaman dan aman pada anak. Apa yang menjadi tujuan tercapai.
“Alhamdulillah dari produk trial yang diedarkan oleh salah satu CV, produk kami direspon positif. Karena bahan yang kita gunakan juga dari katun yang berfungsi untuk menyerap keringat, spon dan duplek untuk viksasi dan elastis banded,” urainya.
Diakuinya, penggunaan sarang tangan menjadi lebih hemat karena tidak perlu untuk mengganti perban berulang kali. Karakter yang ada di sarang tangan juga didesain untuk menarik perhatian anak-anak. Seperti karakter wayang.
“Ya karakternya nanti akan kita kembangkan. Bisa tato atau tokoh kartun yang lainnya. Jadi bisa digunakan di RS seluruh Indonesia,” paparnya.
Saat ini, Fatma dan timnya tengah mengurus proses Standart Nasional Indonesia (SNI) untuk produk miliknya itu.
Sementara itu, Dosen Keperawatan UM Surabaya sekaligus Pembimbing tim Sarang Tangan, Gita Marini mengungkapkan saat ini pihaknya mengalami kendala untuk segementasi pasar. Sebab, sarang tangan yang dibuat oleh mahasiswanya tersebut, harganya tidak bisa terkover oleh BPJS. Padahal, produk tersebut, mempunyai nilai manfaat yang bagus untuk pasien kategori anak-anak.
“Ya kita kemarin sudah distribusikan ke RS Siti Khadijah Sepanjang dan Klinik bersalin Siti Aisyiah Ibu dan Anak Pacar Keling, ini produknya masih trial. Dan kemarin pihak CV juga pesen ke kita 300 pcs. Sehari kita bisa produksi 10 sarung tangan,” jelas dia.
Dengan adanya pemesanan itu, ia juga mendorong mahasiswanya untuk kerjasama dengan konveksi. Hal itu untuk menekan biaya produksi dan menurunkan harga distribusi. Sehingga nantinya diharapkan bisa terkover oleh BPJS.
“Ke depan ini juga akan dikembangkan untuk pasien dengan lansia (lanjut usia,”pungkas dia. [ina]

Tags: