Cegah Stunting, Dinkes Kabupaten Probolinggo Gelar Orientasi KAP Lintas Program Puskesmas

Orientasi KAP lintas program Puskesmas untuk cegah stanting.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab Probolinggo, Bhirawa
Dalam rangka mencegah stunting, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar orientasi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) lintas program puskesmas di Hotel & Resto Kampoeng Kita Desa Condong Kecamatan Gading. Selain itu melakuan peningkatan kapasitas trancer tentang transisi pandemic covid 19 ke endemi.

Kegiatan ini diikuti oleh 96 orang peserta (promkes/sanitasi/pelaksana gizi), 3 orang kader dan Dinkes Kabupaten Probolinggo. Para peserta tersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) tahap masing-masing selama 2 (dua) hari. Narasumber terdiri dari Dinkes Kabupaten Probolinggo Trenggalek, Dinkes Kabupaten Probolinggo, Puskesmas Sukapura, Puskesmas Kuripan dan Puskesmas Wonomerto.

Selama kegiatan mereka mendapatkan materi pemahaman dasar model KAP, tehnik membangun suasana penggunaan nama, tehnik membangun suasana nonverbal yang memotivasi, tehnik membangun suasana permainan yang menyenangkan, tehnik membangun suasana mendengarkan fasilitatif dan tehnik membangun partisipasi bertanya yang mengundang bicara.

Selanjutnya, tehnik membangun partisipasi curah pendapat, tehnik membangun partisipasi menurunkan tekanan bicara, tehnik membangun partisipasi berbicara yang membangun imajinasi, tehnik membangun partisipasi feedback yang menyemangati, tools untuk perubahan perilaku (body maping, TTD, jamban sehat, gizi seimbang) dengan praktek perkelompok serta praktek KPP.

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Shodiq Tjahjono melalui Penyuluh Kesehatan Masyarakat Muda Sri Rusminah, Selasa (28/6) mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan KAP petugas puskesmas dalam penanggulangan stunting di Kabupaten Probolinggo. “Dengan demikian peserta memahami tentang konsep KAP dan mampu mengimplementasikan KAP pada masyarakat,” katanya.

Menurut Sri Rusminah, stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.

“Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun,” jelasnya.

Sri Rusminah menjelaskan data stunting di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2019 menurun menjadi 16,37% atau 13.206 dari 80.665 balita yang ditimbang, dengan menyisakan 5.569 balita yang tidak ditimbang. Sedangkan untuk tahun 2020 data ini kembali menurun menjadi 16,24 % atau 12.833 dari sebanyak 79.497 balita yang ditimbang.

“Salah satu upaya intervensi sensitif yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo adalah meningkatkan pemahaman kepada petugas kesehatan di puskesmas tentang penanggulangan stunting melalui orientasi komunikasi antar pribadi dengan harapan penanganan kasus stunting oleh petugas kesehatan di Kabupaten Probolinggo lebih optimal,” tuturnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mujoko mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas surveilans terhadap pelaporan SKDR tepat waktu dan verifikasi alert. “Selain itu, terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah Hepatitis Tanpa Sebab dan Monkey Pox serta terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/wabah,” katanya.

Menurut Mujoko, surveilans kesehatan merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.

“Surveilans bukan hanya berupa pengumpulan data melainkan proses sistemik yang terus berjalan mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data. Kemudian disampaikan untuk bahan pengambilan keputusan,” tandasnya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo juga melakukan peningkatan kapasitas tracer se-Kabupaten Probolinggo di Paseban Sena Probolinggo, Senin dan Selasa (27-28/6).

Kegiatan ini total diikuti oleh 360 orang peserta yang terbagi dalam 2 (dua) hari. Hari pertama Senin (27/6/2022), diikuti 169 orang terdiri dari TNI 81 orang, Polri 80 orang dan Kader/Relawan 8 orang dan hari kedua Selasa (28/6/20220 diikuti 191 orang terdiri dari TNI 89 orang, Polri 85 orang dan Kader/Relawan 17 orang.

Selama kegiatan mereka mendapatkan materi berupa Silacak versi 3 dan transisi pandemi Covid-19 ke endemi dari narasumber Cahya Yuliani dari Dinkes Provinsi Jawa Timur. Serta pengarahan dari Kodim 0820 Probolinggo dan Polres Probolinggo.

Lebih lanjut Mujoko mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tracer tentang transisi pandemi Covid-19 ke endemi. “Selain itu, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tracer dalam entry aplikasi Silacak terbaru, meningkatkan rasio kontak erat yang ditemukan serta meningkatkan jumlah testing Covid-19,” katanya.

Mujoko menjelaskan munculnya varian baru dari virus Covid-19 hingga saat ini masih dilaporkan oleh beberapa Negara. Di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID.

Di Indonesia jelas Mujoko, subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 juga telah terdeteksi. Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif. Ada 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022, tambahnya.(Wap.bb)

Tags: