Cegah Terorisme, Bekali Dasar Intelijen Sejak Dini

Sejumlah mahasiswa Unair, jamaah masjid Nuruzzaman dan anak panti asuhan mendapatkan bekal dalam mendeteksi terorisme sejak dini, Sabtu (19/5) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Kerjasama Mahasiswa MM Unair-Polda Jatim
Surabaya, Bhirawa
Puluhan anak Panti Asuhan lbnu Maryam berkumpul di masjid Nuruzzaman, Universitas Airlangga kampus B, Sabtu (19/5) kemarin. Sembari menunggu waktu berbuka, anak panti asuhan ini mewarnai sebuah kertas bertuliskan Suroboyo Wani.
Selain mengikuti lomba mewarnai, anak- anak ini juga mengikuti kajian Ramadan dari Polda Jatim tentang Terorisme. Tema yang diangkat adalah ‘Merajut Nilai Kebhinekaan Dengan Kesadaran Intelligent Citizenship’ yang dibawakan oleh Kasubag Dit Intelkam Polda Jatim, Agus Prasetyo SH M.Hum.
Menurut Agus, pada dasarnya intelien ini sangat dibutuhkan oleh siapapun. Termasuk peran mahasiswa sangat dibutuhkan ketika mengetahui hal-hal yang nyeleneh.
“Paling tidak bisa antisipasi terhadap kegiatan radikalisme yang ada di lingkungan masing-masing,” katanya.
Kemudian, lanjut dia, langkanya setelah mengetahui ada gerak-gerik yang aneh harus melaporkan kepada kepolisian untuk ditindaklanjuti. “Memonitor dilapangan dan kita sampaikan hasilnya untuk segera ditindaklanjuti,” ungkapnya.
Sementara, Panitia Acara CSR Kampus Magister Manajemen Unair, Imron Najib Airlangga mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini ialah untuk meningkatkan kepedulian dalam bermasyarakat dengan dibekali dasar-dasar intelijen.
“Karena potensi ancaman bibit teror di sekitar kita tanpa disadari seringkali membaur dan larut dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari,” katanya.
Menurut dia, beberapa hari belakangan ini Jawa Timur dilanda situasi yang tidak kondusif dan cukup membuat resah warga yang tinggal dan beraktivitas di Jawa Timur. Dimulai dari tragedi peledakan bom di beberapa gereja di kota Surabaya dan rentetan kejadian di hari-hari berikutnya.”Nah, disini kami mengajak anak-anak agar bisa ikut berkontribusi dengan kegiatan yang relevan,” ujarnya.
Kajian dasar-dasar intelejen bersama jamaah masjid yang terdiri dari sivitas akademik dan warga sekitar, kata dia, untuk mengajak masyarakat kembali ke rutinitas sosial. Tak hanya hidup dengan gadget.
“Dasar-dasar intelejen ini jadi concern juga melihat risma mengumpulkan berbagai pihak usai adanya teror ini. Kampus harus ikut serta juga karena bertugas mendidik,” pungkasnya.
Abdul Latif(9), dari Panti Asuhan Ibnu Maryam yang ikut dalam kegiatan mewarnai itu mengungkapkan ia sedikit tahu tentang isu terorisme yang baru saja terjadi di Kota Surabaya. “Kalau sama orang jahat kan kita memang harus berani, makanya Suroboyo harus wani,” ungkapnya. [geh]

Tags: