Bambang Ponco Mulyanto SSos
Bambang Ponco Mulyanto SSos
Hobi piara perkutut bukan pekerjaan remeh. Selain butuh ketelatenan dan pengetahuan untuk memperkaya ‘seni suara’, hobi ini juga berpengaruh dalam menciptakan ketenteraman hati. Hal inilah yang membuat Lurah Ploso Bambang Ponco Mulyanto SSos begitu kesengsem memelihara hewan berjenis unggas tersebut.
Saking sukanya, pria kelahiran Surabaya, 8 Februari 1965 ini sampai memelihara burung perkutut di pelataran Kantor Kelurahan Ploso yang beralamat di Jalan Ploso Bogen 43 Kecamatan Tambaksari.
“Memelihara burung itu sebagai obat stres. Apalagi saat mendengarkan ocehannya yang merdu, ati isok ayem (hati bisa tentram),” Kata Bambang Ponco saat ditemui Bhirawa di ruang kerjanya kemarin.
Bapak empat anak ini memilih memelihara burung perkutut karena suara celotehannya mengingatkan akan nuansa alam di pedesaan. Selain hiburan saat waktu senggang, seperti memberi makan dan membersihkan sangkarnya.
Bambang yang sudah menjabat selama empat tahun sebagai Lurah Ploso ini pun harus membagi koleksi burung perkututnya di rumah dan kantor tempat ia mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Di rumah ada enam burung perkutut dan di kantor ada empat,” jelasnya.
Satu hal yang membuat Bambang Ponco bersemangat yakni setiap kedatangannya ke Kantor Kelurahan Ploso selalu disambut celotehan-celotehan burung yang diyakini memiliki filsafah Jawa yakni Hastabrata.
Sehingga burung ini dianggap penggemarnya memiliki nilai luhur yang lebih tinggi dari manusia biasa. Tak heran di tengah masyarakat Jawa, kegemaran memelihara perkutut banyak dilakukan oleh para pembesar dan pemuka masyarakat, salah satunya yakni pejabat.
“Karena, memelihara burung perkutut ini juga bisa melatih kesabaran. Cara pemeliharaan yang keliru itu bisa membuat perkutut yang telah berbunyi mogok bernyanyi. Dan untuk memulihkannya itu pasti membutuhkan waktu lama,” kata Bambang Ponco yang sebelumnya menjabat Lurah Kalidami ini. [geh]
