Cerita Ahmad Torikul Jinan, Siswa ABK Asal Kabupaten Situbondo

Ahmad Torikul Jinan siswa SDN 2 Ketah, Kecamatan Suboh, saat mengikuti sebuah lomba mewarnai yang diadakan oleh Dispendikbud Kabupaten Situbondo. [sawawi]

Meski Tanpa Tangan dan Kaki, Dikenal Sering Meraih Penghargaan Juara Lomba Mewarnai
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Kabupaten Situbondo ada salah satu siswa yang juga anak berkebutuhan khusus (ABK). Namanya Ahmad Torikul Jinan dan tercatat memiliki potensi menggambar atau mewarnai meski tanpa memiliki dua tangan dan kaki. Ahmad sempat menjadi perhatian saat mengikuti salah satu lomba yang di adakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) Kabupaten Situbondo, baru-baru ini.
Pagi itu, tampak salah satu peserta cukup menjadi pusat perhatian banyak mata. Dia adalah Ahmad Torikul Jinan, siswa SDN 2 Ketah, Kecamatan Suboh. Bocah berusia 12 tahun itu tidak memiliki dua tangan dan kaki. Namun tetap bisa menulis dan mengikut lomba menggambar atau mewarnai. “Meski tanpa tangan dan kaki, dia sangat aktif saat mengikuti sebuah lomba. Terutama lomba mewarnai,” ujar Sukarsono, Kepala SDN 2 Ketah Situbondo.
Saat berada di ruangan lomba, Ahmad tampak duduk manis di bangku paling depan. Bahkan, dia seperti tidak tergiur untuk bergabung dengan teman-teman siswa yang lain untuk bergurau. Padahal, mereka sedang asyik berjoget dan bernyanyi bersama sambil menunggu penilaian dari dewan juri lomba. “Dia penampilannya tenang dan tidak banyak bicara. Namun memiliki potensi tersendiri,” ujar Sukarsono.
Di dalam forum itu pula, Ahmad selalu diapit oleh guru sekaligus kepala sekolah, Sukarsono yang selalu setia menemani. Setiap kali Ahmad ingin berjalan, guru setempat selalu sigap untuk menggendong layaknya seorang ibu kepada anaknya. Lebih dari itu, guru dengan kumis tipis itu pula yang bergerak cepat begitu Ahmad dipanggil untuk maju ke depan saat mengikuti lomba menggambar. “Ya Ahmad ini memang jarang bergurau. Anaknya juga pemalu. Sebab dia memiliki kelainan fisik bukan kelainan mental,” ungkap Sukarsono.
Kata Sukarsono, kehidupan sehari-hari Ahmad memang tidak lepas dari pantauan setiap guru. Sebab, ketika mau membeli makanan harus diantarkan dan digendong. Yang paling lucu dari prilaku Ahmad ketika ingin ke kamar mandi. Saat itulah seorang guru harus mengantakan ke kamar amndi. Dia harus membukakan celana Ahmad hingga terpasang kembali. “Sebenarnya, dia sudah kami fasilitasi dengan kursi roda. Tetapi dia tidak mau. Ahmad ingin berjalan saja, seperti biasa,” jelas Sukarsono.
Masih kata Sukarsono, saat mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di dalam kelas, Ahmad tidak duduk di kursi yang sudah disediakan. Dia memiliki kursi dan meja khusus. “Cara dia menulis menggunakan bangku kecil dan memiliki tempat duduk yang harus diteras dengan menggunakan alas yang sudah disediakan sekolah. Untuk menulis juga harus memakai pensil yang panjang, kalau pakai yang pendek tidak bisa. Karena saat menulis dia harus dijepitkan ke pipinya,” kenang Sukarsono.
Dari catatan yang ada, Ahmad merupakan anak yang rajin. Terbukti dia sudah bisa menulis dan semangat untuk mengikuti ajang perlombaan. Ahmad juga sudah membuktikan bahwa dia mampu menjadi juara menggambar dengan segala keterbatasan yang dimiliki. “Meskipun secara fisik dia memiliki kekurangan, tetapi secara kemampuan dia memiliki keinginan yang sama dengan teman-teman yang lain,” puji Sukarsono.
Menurut Sukarsono, Ahmad ditinggalkan oleh orang kedua tuanya sekitar tiga tahun yang lalu. Sejak kecl, Ahmad memang sudah memiliki kemampuan. Konon, dia bisa menyembuhkan orang sakit. Sehingga banyak orang yang datang ke rumahnya untuk berobat. “Anak ini memang memiliki kekurangan. Tetapi dia juga memiliki kemampuan yang tidak dimiliki semua orang,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: