Cerita Fitria Ningsih Susilowati, Wisudawati Terbaik Akademi Komunitas Situbondo

Fitria Ningsih Susilowati didampingi kedua orang tuanya usai mengikuti prosesi wisuda di Akademi Komunitas Situbondo. [Sawawi]

Sempat Ingin Putus Kuliah karena Kesulitan Memenuhi Biaya
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Ada banyak cerita kelam yang dialami salah satu wanita cerdas asal Situbondo bernama Fitria Ningsih Susiowati. Mulai sejak sekolah SD hingga lulus di Akademi Komunitas di Kota Santri, banyak pengalaman pahit yang dialami. Itu karena, orang tua Fitria tergolong masyarakat yang tidak mampu. Sehari-hari orang tuanya hanya berprofesi sebagai buruh tani.
Saat itu, Fitria sedang mengikuti prosesi wisuda. Bersama teman seangkatannya, wajah Fitria sumringah karena sudah berhasil menyelesaikan studinya dengan baik. Didampingi kedua orang tua dan kerabat dekatnya, Fitria tampak bangga memakai toga dihadapan jajaran rektorat Akademi Komunitas Situbondo Politehnik Jember.
Namun di mata Fitria, ada salah satu sesi acara wisuda yang tidak akan ia lupakan, karena ia dinyatakan sebagai wisudawati terbaik oleh kampusnya. “Ini prestasi yang banyak diidam-idamkan para mahasiswa,” kata Fitria.
Usai mengikuti wisuda, Fitria menceritakan kisahnya menjadi wisudawati terbaik. Meski kondisi ekonomi orang tuanya pas-pasan, Fitria tidak patah semangat untuk terus berprestasi dan bisa mewujudkan cita citanya. Fitria tidak kenal lelah terus belajar mencari ilmu agama dan ilmu imum meski berstatus sebagai anak tak mampu.
Sebaliknya, lanjut dia, Fitria semakin tekun dan semangat dalam mewujudkan impian orang tuanya menjadi orang yang berguna bagi bangsa, negara dan masyarakat. “Saya tak pernah lelah dalam meraih prestasi. Terus belajar meski berstatus sebagai anak dari orang tua tak mampu,” ujarnya.
Kata Fitria, untuk memenuhi biaya kuliah, dia harus bekerja sendiri. Akan tetapi, itu bukan menjadi penghalang untuk berprestasi. Itu dilakukan Fitria Ningsih Susilowati agar pendidikan dibangku kuliahnya bisa selesai dengan tepat waktu. Selama menempuh studi, aku Fitria, kerap menemui jalan terjal. “Salah satu diantaranya saya sempat kesulitan untuk memenuhi biaya kuliah,” ungkapnya.
Masalah ekonomi sempat menjadi penghalang bagi kesinambungan kuliah Fitria. Bahkan, dengan alasan tersebut, Fitria sempat terbersit dalam fikirannya ingin berhenti kuliah. Akan tetapi, berkat motivasi dari orang tuanya, Fitria kembali bersemangat untuk bangkit dan akhirnya mampu menyelesaikan kuliah. Yang membanggakan lagi, kala itu Fitria berhasil menjadi mahasiswa terbaik. “Capaian prestasi ini diluar dugaan saya. Karena masih banyak teman saya yang memiliki kecerdasan yang sama,” ujar Fitria merendah.
Fitria yang mengaku lahir di Desa Kedunglo, Kecamatan Asembagus, Situbondo itu kini berkomitmen meski ekonomi orang tuanya kekurangan, tidak membuat Fitria kecil hati dalam meniti karier. Buktinya Fitria sejak duduk di bangku SMP maupun SMA, dirinya kerap mendapatkan prestasi.
Bagi anak tunggal pasangan Amsani dan Misnadin ini, proses tidak akan pernah menghianati hasil. “Siapapun yang bekerja dengan tekun akan menikmati buah dari usaha kerasnya. Meski orang tua sebagai petani, sehari-hari saya juga harus membantu mereka dalam berusaha,” kata Fitria.
Fitria sangat bersyukur karena memiliki orang tua yang tangguh dalam membantu biaya kuliahnya. Di tengah himpitan ekonomi, terang Fitria, kedua orang tuanya bekerja keras untuk mengerjakan apapun selama itu halal. “Kedua orang tua bagi saya adalah segalanya. Mereka sanagat tekun berusaha demi untuk mewujudkan cita cita saya,” ujarnya.
Fitria mengaku, orang tuanya adalah motivator terbaik. Menurutnya, dalam kondisi apapun, ibu dan bapaknya selalu memberikan semangat dalam menimba ilmu. Setiap ada waktu berkumpul, kedua orang tuaya selalu menyemangati Fitria dengan berbagai pesan dan nasehat. “Mereka selalu tak bosan memberi nasehat agar meluruskan niat dalam setiap melangkah. Terutama dalam menimba ilmu,” ujar Fitria.
Perempuan kelahiran 05 Februari 1999 itu menambahkan, setiap orang itu memiliki hak untuk meraih kesuksesan. Karena itu, dengan status sosial apapun, cita-cita harus tinggi. Dengan syarat, papar Fitria, harus bekerja keras dan berdoa sehingga kesuksesan akan mudah diraih. “Meskipun didapat dengan susah payah, saya tak kenal menyerah. Intinya harus menjadi orang yang sukses,” imbuhnya.
Sementara itu Misnadin, orang tua Fitria mengakui sejak kecil anaknya bercita-cita menjadi manusia terbaik yang notabene bisa bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu, kata Misnadin, apapun profesi yang dijalankan, motivasi utamanya tetap memberikan kemanfataan bagi masyarakat. “Ya, dia bercita cita menjadi orang yang bermanfaat bangsa dan negara. Terutama bermanfaat untuk kedua orang tua,” aku Misnadin.
Selain itu, lanjut Misnadin, Fitria memiliki prinsip hidup ‘waktu adalah nyawa’. Dengan prinsip itu Fitria selalu teguh pada pendirian dan semaksimal mungkin tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. “Dia (Fitria) tidak pernah menyerah dan selalu kerja keras. Prinsip itu dipegang Fitria, demi untuk mewujudkan keinginannya menjadi orang yang sukses,” pungkasnya. [Sawawi]

Tags: