Cerita Kesedihan Keluarga Korban Meninggal Akibat Gempa di Ampel Gading, Malang

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memberikan santunan kematian kepada Suwarni, warga Kecamatan Ampel Gading, Malang yang anaknya meninggal tertimpa reruntuhan material saat gempa terjadi.

Sang Ibu Kenang Lambaian Tangan Anak Sebelum Tertimbun Reruntuhan
Kab Malang, Bhirawa
Gempa berkekuatan 6,1 skala ritcher (SR) yang terjadi di wilayah Kabupaten Malang menyisahkan kepedihan mendalam bagi para korban. Tidak hanya kerugian secara material, sebagian di antara mereka juga harus tabah karena ditinggal anggota keluarganya yang meninggal setelah tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa.
Tangis kesedihan terurai dari mata para korban bencana kala Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyapa mereka di tenda-tenda pengungsian, Minggu (11/5). Bangunan yang rata dengan tanah, harta benda yang rusak, menyimpan banyak cerita di antara mereka yang menjadi korban. Salah satunya Suwarni, warga Desa Sidorenggo, Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang.
Perempuan tersebut kehilangan seorang putranya almarhum Imam Santoso (26) saat gempa terjadi. Mendiang anaknya meninggal setelah tertimbun material dak beton saat dia sedang bekerja. Sata itu, anaknya sempat berpesan agar Suwarni tidak bekerja hingga terlalu lama. Saat berpamitan pun, almarhum sempat melambai-lambaikan tangan mengiringinya berangkat kerja. “Saya itu biasa kerja di suruh bantu-bantu di rumah orang. Waktu anak saya bilang jangan pulang terlalu siang, terus dada-dada. Biasanya tidak pernah seperti itu,” ujar Suwarni.
Suwarni mengakui, anaknya mengalami gangguan kejiwaan dan sedang berada di rumah sendirian. Tidak menyangka sama sekali, kata Suwarni, bahwa lambian tangan anaknya tersebut merupakan pamitan terakhir kepadanya. “Waktu tertimbun material itu susah sekali evakuasinya. Sampai harus pakai dua buah dongkrak untuk ngangkat reruntuhan cor. Nggak nyangka sama sekali kalau sampai anak saya akan meninggal,” ujar Suwarni.
Imam Santoso merupakan satu di antara tiga korban yang meninggal di Kabupaten Malang. Dua korban lainnya adalah Misni (90) dan Munadi. Muhammad Rozi, anak dari almarhum Misni asal Desa Tamansari, Kecamatan Ampel Gading mengakui saat peristiwa gempa sedang tidak berada di rumah. Setelah mendapat kabar gempa, dia kemudian pulang dan menemukan orangtuanya sudah terjepit di bawah reruntuhan material cor. “Dua jam evakuasinya karena sulit. Badanya terjepit cor tapi tidak ada bekas luka-lukanya. Ibu tidak sempat di bawah ke rumah sakit,” ujar Rozi.
Kepada keluarga para korban tersebut, Gubernur Khofifah menyampaikan duka mendalamnya saat mengunjungi posko bencana alam Kecamatan Ampel Gading, Malang. Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah juga memberikan santunan kepada ahli waris masing-masing Rp 10 juta rupiah. Selain santunan bagi ahli waris, Khofifah juga membagikan bantuan sembako kepada warga terdampak bencana. Selain Khofifah, kunjungan kepada korban gempa di kecamatan tersebut juga dilakukan oleh Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo.
“Penyiapan posko darurat, dapur umum dan opsi tempat pengungsian telah dilakukan. Format penyiapan tanggap darurat sesungguhnya SOP sudah cukup klir. Maka kecepatan kita untuk melayani sesungguhnya sangat penting,” ujar Khofifah.
Terkait pemenuhan kebutuhan masyarakat, lanjut Khofifah akan terus dikontrol dan update. Karena itu, sinergi antara Pemkab Malang, Pemprov Jatim hingga BNPB juga akan terus bersambung. “Pemkab akan menyiapkan, pemprov akan menyiapkan dan akan terus kita update,” pungkas Khofifah. [Adit Hananta Utama]

Tags: