Cerita Kiagus Firdaus Tunaikan Ekspedisi Jalur Darat 34 Provinsi

Kiagus Firdaus bersama timnya berhasil menyelesaikan misi APPSI melaksanakan Ekspedisi Jalur Darat ke 34 Provinsi selama 106 hari.

Di Papua Disambut Konflik OPM, di NTT Terpukau Garam Kualitas Terbaik
Kota Surabaya, Bhirawa
7 September 2018, Kiagus Firdaus bersama rekan satu timnya memantapkan hati untuk menjalankan sebuah misi besar. Di bawah bendera Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Firdaus memimpin ekspedisi jalur darat selama 106 hari mengelilingi 34 Provinsi. Banyak hal yang menantang, tapi berkeliling Indonesia itu tetap lebih banyak indahnya.
Firdaus masih ingat keputusan terakhirnya sebelum berangkat menjalankan ekspedisi jalur darat itu cukup berat. Meninggalkan pekerjaan sebagai manajer di salah satu perusahaan media cetak nasional. Tapi tidak masalah, keputusan sulit itu akhirnya terobati dengan berkeliling Indonesia.
“Secara tidak langsung saya memang meninggalkan zona nyaman. Tetapi saya merasa menjadi orang yang beruntung karena dapat berkeliling Indonesia, dan bertemu dengan 34 gubernur dengan sambutan yang sangat positif,” kata Firdaus.
Cerita dimulai dari perjalanan paling sengsara saat berada di Pulau Kalimantan. Di pulau tersebut, jarak antar provinsi paling jauh di antara seluruh provinsi di Indonesia. Rata-rata, antar provinsi di Indonesia itu berjarak sekitar 88 kilo meter. Tetapi di Kalimantan, jarak antar provinsi itu bisa mencapai 1.200 kilo meter di tempuh menggunakan jalur darat.
“Jadi sepanjang 1.200 kilo meter itu kita berjalan melewati hutan-hutan. Tidak ada tempat pemberhentian apa-apa. Jadi terpaksa kita berhenti di pos polisi atau tidur di pom bensin,” kata dia. Belum lagi saat harus naik kapal dari Makassar ke Papua, selama tiga hari dua malam diombang-ambingkan lautan.
“Jenuh sekali, tidak ada sinyal tidak ada apa-apa. Parahnya, pas sampai di Papua tanggal 1 Desember persis saat peringatan hari ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan kita disambut insiden penembakan 31 pekerja,” kenangnya. Selama tiga hari di Papua, Firdaus dan timnya diamankan di dalam hotel sampai 3 Desember saat acara bertemu Gubernur Papua itu dilaksanakan. “Tapi Alhamdulillah semua lancar, dan setelah diajak ke Raja Ampat semua itu seperti lupa,” kata dia.
Di antara sederet pengalaman menantang itu, Firdaus tidak akan pernah melupakan betapa indahnya Indonesia. Berbagai potensi wisata dimiliki setiap provinsi disertai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. “Di Sumatra kita diajak ke Danau Toba, bermalam di Rumah Pengasingan Bung Karno,” tutur dia.
Selain itu, Firdaus juga disadarkan dengan pesona Nusa Tenggara Timur yang luar biasa. Di luar konteks Papua dengan Raja Ampatnya, NTT memiliki Pulau Komodo, Ende. Selain itu, NTT juga memiliki potensi garam yang istimewa. Di sisi lain Indonesia masih melakukan impor garam, di NTT memiliki garam dengan kualitas terbaik. “Garamnya itu bagus, bersih dan higienis sekualitas garam Australia. Karena kebetulan laut di NTT berbatasan dengan Asutralia,” kata dia.
Saat ini, Firdaus melihat ada perencanaan yang bagus di pemerintah provinsi setempat. Kebetulan, gubernur baru NTT tampak memiliki perencanaan yang baik untuk masa depan provinsinya. “Gubernur itu sudah mendorong bagaimana petani untuk dapat mengelola garam dengan baik,” tutur dia.
Selain NTT, Firdaus juga menemukan Kalimantan Utara (Kaltara) yang merupakan provinsi termuda di Indonesia. Provinsi yang baru berdiri pada 2012 itu telah berhasil menata wilayahnya dengan sangat baik. Bak Amerika, di Kaltara terdapat pusat-pusat pemerintahan, tidak ada kemacetan, jalannya bagus, tapi belum banyak dilirik orang. “Daerah ini merupakan perbatasan langsung dengan Malaysia. Ibu kotanya Tanjung Selor sangat bagus,” tandasnya.
Panjang dan lelahnya perjalanan ini, diakui Firdaus atas inisiatif Pakde Karwo sebutan akrab Gubernur Jatim untuk menghidupkan fungsi APPSI yang selama ini dianggap tidak terlalu maksimal. Hanya rapat kordinasi, pertemuan dan membuat kebijakan bersama. Namun, tidak ada nilai manfaat secara riil bagi provinsi yang menjadi anggota di dalamnya.
“Makanya, Pakde Karwo kemudian meminta saya untuk ekspedisi ke 34 Provinsi. Di sana kita berusaha mengenali dan menggali berbagai potensi lokal yang ada dapat diintegrasikan di seluruh provinsi se Indonesia,” tutur Firdaus.
Firdaus bersama timnya tiba kembali di Jatim pada 21 Desember malam dan diterima langsung oleh Ketua APPSI Dr H Soekarwo. Dia yang juga Ketua Yayasan Tunas Muda Jatim itu menegaskan, ekspedisi yang menggandeng Bukalapak ini manfaatnya dapat dirasakan secara langsung dan konkret. Terutama dalam integrasi digital oleh setiap provinsi mulai dari kerjasama pembinaan, pendampingan dan pemasaran UKM secara online, realisasi smart province, dan upgrading warung klontong yang berdaya saing digital.
Selain itu, dari hasil ekspedisi ini diperoleh masukan seperti beberapa gubernur mengusulkan pertemuan 34 gubernur hanya sekali saat rakernas APPSI. Selebihnya diefektifkan dalam pertemuan gubernur per wilayah yang difasilitasi masing-masing korwil.
Dalam menyambut tim ekspedisi tersebut, Pakde Karwo mengingatkan pentingnya perdagangan elektronik (e-commerce) sebagai solusi dalam mempermudah proses perdagangan. Digitalisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari saat ini. Apalagi ini bagian dari revolusi industri 4.0 sehingga menjadi jalan baru dalam menghadapi perubahan situasi ekonomi yang sangat cepat sekali saat ini, katanya. [Adit Hananta Utama]

Tags: