Cerita Mahasiswa UM Surabaya KKN di Kamboja

Surabaya, Bhirawa
Kualitas SDM Rendah, Belanja pun Harus Gunakan Bahasa Isyarat
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu kewajiban yang harus diikuti mahasiswa di perguruan tinggi. Namun, berbeda dengan KKN biasanya yang hanya dilakukan di desa terpencil. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menjalani pengabdian masyarakat itu tidak hanya di desa terpencil, melainkan juga jauh hingga ke Kamboja.
Dalam kurun waktu sebulan, sebanyak 25 mahasiswa ini melakukan pengabdian masyarakat. Di sana, mereka memilih fokus berkecimpung di bidang pendidikan.  Salah satu peserta KKN Handoko menjelaskan, kegiatan yang dilakukan di Kamboja lebih pada praktek mengajar. Mereka harus turut serta dalam peningkatan kualitas pendidikan di salah satu desa yang berada di sekitar sungai Mekong.
“Rata-rata di sana mereka sekolah di SD saja, kendala pendidikan dan budayanya seperti orang lama yang tidak terpacu akademik. Pendidikan lanjutan hanya berkisar pendidikan agamis,”jelasnya ditemui di UM Surabaya kemarin, (13/9).
Hal senada diungkapkan Fikria Muzakki yang merasa tertantang dengan program KKN ke luar negeri tersebut.  Tantangan itu dianggap cukup berat karena mereka harus beradaptasi pada budaya dan bahasa yang berbeda. Untuk belanja saja mereka harus menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh. Beruntung jika mereka bertemu pedagang yang bisa berbahasa melayu atau bahasa Inggris.
“Kami sempat mengenalkan ke masyarakat di sana cara membuat cendol. Otomatis butuh tepung, di situlah tantangannya. Carinya susah, tepungnya takut salah juga,” jelasnya.
Selama tinggal di sana, seluruh akomodasi dan transportasinya setiap anak harus menggunakan dana individu. Karena pihak kampus tidak bisa mendanainya seperti KKN yang biasa dilakukan di Jatim atau secara nasional lewat Muhammadiyah.
Wakil Rektor 1 UM Surabaya Abdul Aziz Alimul Hidayat mengungkapkan, KKN di luar negeri pada dasarnya untuk memberi pengalaman nyata di lapangan, pemantapan keahlihan, menambah wawasan, dan memupuk keterampilan pada bidang studi yang ditempuhnya.
Sehingga mahasiswa memliki life skill dalam penerapan keilmuan di masyarakat secara luas. KKN Intemasionai ini bertujuan untuk menambah wawasan intemasional mahasiswa agar nantinya Iebih siap dalam memasuki dunia kerja. Sekaligus mengenalkan budaya-budaya Indonesia seperti permainan tradisional Indonesia, Bahasa Indonesia, pendidikan multi kultural dan makanan kuliner khas Indonesia.
“Namun, dalam pengabdian yang dilakukan oleh mahasiswa ini objek sasarannya fokus terhadap suku minoritas,” paparnya.
Pengabdian di luar negeri ini, lanjut Aziz, tidak mengalihkan pengabdian di dalam negeri. Karena porsi pengabdian di dalam negeri jauh lebih banyak. Namun lebih pada bentuk sumbangsih terhadap dunia. Karena permasalahan yang dialami kaum minoritas tidak hanya di Indonesia.
“Kami bekerja sama dengan yayasan sosial di berbagai negara untuk KKN Internasional ini, inginnya kami melihat dulu perkembangan di Kamboja. Kalau sudah cukup,kami baru pindah ke negara lain,” pungkasnya. [tam]

Tags: