Cerita Novita Andriyani, Loper Koran Perempuan di Situbondo

Novita Andriyani saat melintas di depan Kantor DPRD Kabupaten Situbondo mengantar koran Harian Bhirawa dengan menaiki sepeda baterai non BBM miliknya. [sawawi]

Mengakui Banyak Tantangan, Panen Apresiasi dari Pejabat Pemkab dan Perwira TNI/Polri
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Awal 2021 menjadi momen pertama Novita Andriyani terjun menjadi loper koran. Banyak cerita pahit manis yang dialami pertama kali dia berkecimpung sebagai petugas pengantar koran. Awalnya terjun bersama suaminya, Wahyudin. Namun belakangan dia bertugas seorang diri, setelah suaminya divonis mengalami gangguan penglihatan.
Setiap usai salat Subuh, Novita Andriyani, mulai bersiap-siap berangkat kerja menjadi loper koran Harian Bhirawa. Wanita berusia 32 tahun itu mengaku senang bisa menjadi bagian dari petugas pengantar koran Bhirawa. Meski menjadi satu-satunya menjadi loper koran dari kaum perempuan, Vita-panggilan akrab Novita Andriyani, pekerjaan yang hampir setahun ia jalani itu penuh dengan cerita. “Saya sangat enjoy menjalani pekerjaan ini,” aku Vita singkat disela sela mengantar koran di Kantor DPRD Situbondo, di Jalan Kenanga Satu.
Bagi Vita, pekerjaan menjadi loper koran akan terus ia jalani meski menguras tenaga dan pikiran. Disamping banyak bertemu dengan pejabat dan perwira polisi dan TNI, menjadi loper koran Bhirawa juga penuh dengan tantangan selama di lapangan. Sukanya, kata dia, banyak pejabat dan ASN yang memberikan dukungan dan apresiasi disaat mengantar koran. “Ya saat saya mengantar koran di Kantor Pemda Situbondo pertama kali banyak yang bertanya. Bahkan sebagian besar banyak yang memberikan suport,” terang Vita.
Vita juga mengaku pertama kali terjun menjadi loper Koran Harian Bhirawa, sejak Januari 2021 lalu. Awal mengantar koran sedikit canggung karena harus naik tangga dan keluar masuk ruangan pejabat pemerintah dan perwira Polisi dan TNI di Kabupaten Situbondo. Sebagian lagi, koran Bhirawa diantar ke beberapa ruang Kepala Sekolah SD, SMP, MTs, SMA dan SMK serta sejumlah Perguruan Tinggi di Kota Santri Pancasila. “Saya pertama kali mengantar Koran Harian Bhirawa, sempat canggung karena tidak tahu ruangan pelanggan,” jelas Vita.
Menurut pengakuan Vita, pertama kali ia menjadi loper Koran Harian Bhirawa dilakukan bersama sang suami, Wahyudin. Pekerjaan yang banyak berkeliling di jalur perkotaan dan Kecamatan itu ia jalani dengan tekun setiap hari bersama suami. Namun selang tiga bulan bekerja bersama suaminya, ada gangguan mendadak. “Ya secara tak sengaja, dibagian penglihatan suami saya mengalami gangguan. Setelah diperiksa ke dokter katanya ada gangguan dibagian organ kepala. Sampai saat ini masih menjalani pengobatan medis,” terang Vita.
Karena sudah menjadi komitmen dan tanggung jawab keluarganya, Vita melanjutkan pekerjaan loper koran Harian Bhirawa dengan sendirian. Berbekal pengalaman bekerja dengan suaminya, Vita mengaku sudah hafal titik alamat ratusan pelanggan koran Bhirawa.
Mulai dari Kecamatan Kapongan, Kecamatan Panji, Kecamatan Mangaran, Kecamatan Situbondo Kota, Kecamatan Panarukan dan Kecamatan Kendir, Vita sudah hafal betul alamat lengkap para pelanggan setia Harian Bhirawa. “Setelah hafal alamatnya, saya tekuni sampai sekarang menjadi loper koran. Alhamdulillah sampai saat ini berjalan dengan lancar,” papar Vita.
Singkat cerita, Vita menjadi loper koran tidak harus minder, meski dirinya seorang perempuan. Bagi Vita, pekerjaan menjadi loper koran justeru sangat terhormat karena bisa ikut serta mencerdaskan masyarakat melalui bacaan koran Bhirawa. Selain mengaku senang bisa menjadi bagian Harian Bhirawa, Vita juga menikmati sehari penuh menaiki sepeda baterai non BBM mengantar ratusan koran Bhirawa ke tempat pelanggan. “Saya sampai sekarang masih diberi kelancaran mengantarkan koran Bhirawa. Semoga terus lancar, meski tanpa suami mendampingi,” tutur Vita.
Di tengah bekerja sebagai loper koran, Vita juga mengaku ada sebagian yang mencibir dan bahkan mentertawakan profesinya. Namun, imbuh Vita, yang jebolan SMKN 1 Panji Kabupaten Situbondo, pantang menyerah untuk terus bekerja sebagai loper koran.
“Ya ada saja orang yang menertawakan saya saat menaiki sepeda ini. Bahkan ada sebagian teman mengajak saya untuk berhenti menjadi loper koran. Semua itu saya tolak dan tetap semangat menjadi loper koran Harian Bhirawa. Bagi saya ini pekerjaan yang penuh tantangan,” ujar Vita.
Dalam pandangan Vita, menjadi loper koran Harian Bhirawa banyak enaknya. Satu diantaranya, setiap hari Sabtu dan Hari Minggu libur tidak bekerja. Tak cukup itu, setiap ada libur hari besar nasional, koran Bhirawa juga libur alias tidak terbit. Jadi, bisa cukup waktu untuk dijadikan bersantai dan mencari tempat wisata bersama kolega dan keluarganya. “Ya kerja menjadi loper koran Bhirawa, enaknya hanya bekerja sepekan lima hari yakni mulai Senin-Jumat. Untuk hari Sabtu dan Minggu libur,” cetus Vita.
Ira, adik kandung Vita, mengaku ikut senang atas pilihan kerja kakak kandungnya tersebut. Sebelumnya, urai Ira, kakaknya tersebut berpindah pindah menjalani pekerjaan. Mulai bekerja menjadi buruh rumah tangga, pekerja pengepakan ikan dan bekerja sebagai pengantar barang juga sudah pernah dirasakan.
Sejak menjadi loper Koran Bhirawa, kupas Ira, kakaknya sudah bisa membeli barang yang di inginkan sejak lama. “Ya kakak saya (Novita Andriyani) sekarang sudah eksis menjadi loper koran. Saya sangat mendukung pekerjaan menjadi loper koran karena kami sekarang hanya hidup berdua. Ibu sudah lama meninggal. Bapak tinggal jauh di Madura,” pungkas Ira. [sawawi]

Tags: