Cerita Satria D Kurniawan, Ajudan Wagub yang Hobi Mendaki

Ajudan Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf, Satria D Kurniawan menggendong puterinya Maryam Zaina Hana Kurniawan saat mendaki Gunung Merapi.

Sudah ke Puncak Lawu 23 Kali, Bermimpi Bisa ke Jayawijaya dan Kilimanjaro
Pemprov Jatim, Bhirawa
Hidup perlu jeda untuk keluar dari belenggu rutinitas yang padat. Refreshing menghirup udara segar dan menikmati hijaunya alam bisa menjadi pilihan. Sebab hijaunya alam mampu menjernihkan benang kusut yang terperangkap dalam benak. Sedangkan udara segar mampu menjadikan beban hidup terangkat saat menghirup nafas dalam-dalam.
Itulah sekelumit gambaran yang dinikmati ajudan Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf, Satria Devi Kurniawan saat menyalurkan hobinya mendaki gunung. Sudah tak terhitung berapa kali Satria, begitu ia biasa disapa, mendaki gunung. Hampir semua gunung di Pulau Jawa dan luar Jawa sudah dia jelajahi.
“Pertama kali mendaki sejak kelas dua SMA. Gunung pertama yang saya daki adalah Gunung Lawu. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari rumah menjadi alasan utamanya. Selain itu, sejak kecil memang sudah penasaran dan ingin mendaki Gunung Lawu yang terlihat dari rumah. Waktu kecil membayangkan, bisa nggak ya mendaki di sana (Lawu,red) sampai puncak ?,” kata alumni SMAN 1 Kota Madiun ini.
Sejak merasakan sensasi mendaki di Lawu itulah, seolah menjadi candu baginya untuk terus dan terus mendaki dari satu gunung ke gunung lainnya. Bahkan jika dihitung, Satria yang bergabung dengan organisasi pencinta alam ‘Kita Cinta Alam’ di sekolahnya ini telah mendaki Gunung Lawu sebanyak 23 kali.
Saat pertama mendaki itu, Satria mengaku tak bisa menggambarkan ekspresi yang dirasakan. Semua campur aduk menjadi satu. Mulai lelah, bangga, takjub, bersyukur, dingin dicampur indahnya alam dari puncak Lawu seolah mengunci lidah untuk berucap eksotisnya alam Indonesia.
“Meski sudah 23 kali mendaki Lawu, selalu ada pengalaman berbeda. Mulai yang mistis hingga yang nyata. Mulai yang tersesat, hingga membantu orang tersesat. Bahkan, saat mendaki pertama itu saya menggunakan peralatan seadanya. Pakai jaket tipis hadiah dari beli motor, pakai sepatu sekolah hingga gunakan kompor spirtus. Wah seru pokoknya,” tuturnya.
Hobinya terus berlanjut saat Satria menempuh pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Semua gunung di Jawa Barat sudah didaki. Mulai Gunung Salak, Gunung Papandayan, Gunung Gede, Gunung Ciremai, Gunung Cikurai, Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Pangrango.
“Waktu di IPDN saya tidak ikut organisasi pencinta alam. Kata senior, kamu udah terbiasa naik gunung jadi ikut ekstra kampus yang lain. Akhirnya saya ikut drum band. Tapi tetap, naik gunung tidak pernah terlewat. Bahkan lebih sering saya dibanding anak pencinta alam,” katanya tertawa.
Menurut Satria, ada kebiasaan menarik setiap mendaki gunung. Yakni selalu mengajak orang baru yang belum pernah sama sekali mendaki. Bahkan, dia rela membawakan tas, peralatan, memasakkan hingga membayari kebutuhan orang yang diajak mendaki itu.
“Prinsipnya, saya harus mengajak orang baru untuk mencintai alam. Alam Indonesia ini indah. Sayang jika tidak dinikmati. Selain itu, dengan mendaki juga bisa mengetahui karakter orang lain. Apakah dia egois, memiliki jiwa sosial tinggi, pemarah atau acuh. Saat mendaki sifat asli orang akan tampak,” ungkapnya.
Sejak menjadi ajudan Gus Ipul, sapaan lekat Wagub Saifullah Yusuf, intensitas mendaki pun berkurang. Jadwal bertugas yang padat menjadi alasannya. Namun, jika ada kesempatan libur panjang, tak disia-siakannya untuk mendaki. Di antaranya ke Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Semeru Gunung Ijen dan Gunung Rinjani.
Bahkan pada 2016 lalu, dirinya bersama sang istri, Disha Roro Rini Rahayu mengajak puterinya bernama Maryam Zaina Hana Kurniawan yang waktu itu baru berusia 11 bulan untuk mendaki Gunung Merapi.
“Meski tidak sampai puncak, tapi sudah bisa menjadi latihan untuk istri dan anak saya. Awalnya istri takut, kuat apa tidak. Apalagi saya menggendong Zaina. Tapi setelah sampai di atas, senang. Istri suka, dan anak saya tidak rewel. Itu pengalaman pertama istri dan anak saya ikut mendaki ndek-ndekan,” ungkapnya bercanda.
Satria mengatakan, saat ini aktivitas mendaki bukan lagi kegiatan istimewa yang jarang dilakukan masyarakat. Apalagi pasca ada film tentang pendakian, jumlah pendaki meningkat drastis. Namun sayangnya, para pendaki itu kurang mencintai alam. Seperti membuang sampah sembarangan dan melakukan vandalisme.
“Kalau saya menyebutnya pendaki alay. Mereka hanya butuh foto-foto lalu meng-uploadnya ke media sosial. Tapi lupa tidak merawat alam yang mereka singgahi. Yang paling jengkel jika ada vandalisme. Makanya saya berpesan bagi seluruh masyarakat yang mengaku pencinta alam, jika mau mendaki jangan merusaknya. Bawa pulang sampahnya dan jangan corat-coret,” tegasnya.
Menanggapi hobi suaminya ini, Disha Roro Rini Rahayu mengaku tidak pernah khawatir. Sebab dari dulu, dia sudah mengenal Satria yang memiliki hobi mendaki gunung. Apalagi, mendaki memiliki banyak manfaat.
“Selain sebagai refreshing, mendaki mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Paling utama adalah meningkatkan kekuatan otot jantung, tidak mudah capek. Fisik lebih kuat. Suami saya butuh olahraga ini,” pungkasnya. [Zainal Ibad]

Tags: