Cerita Tenaga Medis di Poli Covid-19 RSUD dr Iskak Tulungagung

Salah seorang santriwati yang akan kembali belajar di pondok pesanten menangis ketika diambil darahnya saat pemeriksaan rapid test di Poli Covid-19 RSUD dr Iskak Tulungagung. [Wiwieko Dh]

Sadar Akan Resiko, Setengan Tahun Tetap Semangat Layani Rapid Tes dan Swab
Kab Tulungagung, Bhirawa
Sudah setengah tahun tenaga medis dan paramedis di Poli Covid-19 RSUD dr Iskak Tulungagung, terus berjibaku memberi pelayanan pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT) dan polymerase chain reaction (PCR) atau swab. Mereka tetap tidak surut semangat, meski dihadapkan pada tingginya risiko terpapar virus SARS-COV2.
Berjibaku dengan virus mematikan bukan tanpa rasa khawatir. Namun semua itu dilakukan hanya semata membantu antar sesama. “Kalau ada rasa khawatir itu sudah manusiawi. Tapi kalau saya, tugas ini saya anggap sebagai ibadah dalam membantu sesama. Dan dari rumah sakit sendiri juga mengapresiasi dengan memberikan reward kepada kami,” ujar penanggungjawab Poli Covid-19 RSUD dr Iskak Tulungagung, Sri Purwati, baru-baru ini.
Ia pun mengaku justu beruntung ditugaskan di Poli Covid-19. Sebab dia dapat melayani masyarakat. Apalagi, program pelayanan ini tidak berbiaya atau gratis bagi warga Tulungagung baik yang melakukan pemeriksaan rapid test maupun swab.
“Kami tahu risikonya bekerja di Poli Covid-19. Makanya kami juga protect diri dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Saat bekerja juga harus memakai APD lengkap. Itu prosedur di sini,” paparnya.
Selain itu, menurut dia, ketika akan pulang ke rumah, semua yang bekerja di Poli Covid-19 diharuskan mandi dengan sabun anti-virus dan pakaian kerja langsung dicuci di laundry RSUD dr Iskak.
Purwati membeberkan pula dalam kesehariannya di Poli Covid-19 dibantu tiga perawat lainnya untuk memaksimalkan pelayanan pemeriksaan rapid test. Sedangkan untuk swab, dibantu tim dari mikrobiologi.
Sejak dibuka enam bulan lalu, lanjut Purwati, permintaan layanan pemeriksaan rapid test dan swab di Poli Covid-19 RSUD dr Iskak Tulungagung semakin tinggi. Terlebih saat ini permintaan tersebut sebagai syarat siswa atau santri masuk sekolah (pondok pesantren) atau warga yang melakukan perjalanan ke luar kota.
“Jadi sejak dibuka pada bulan Mei lalu permintaan terus meningkat. Bahkan sampai sekarang mencapai 100 orang perhari. Itu separuh yang memeriksa rapid test dan separuhnya lagi swab,” tuturnya.
Soal tingkah pemohon saat menjalani rapid test, ia menyatakan masih dalam bentuk kewajaran. Semisal ada sebagian pemohon yang takut dengan jarum suntik.
“Kalau ada yang takut jarum suntik harus dibujuk agar tidak takut dan pemeriksaan dapat berjalan lancar. Sedang bagi yang saat pemeriksaan hasilnya reaktif akan dilanjutkan dengan di swab dan jika positif maka kami harus memberikan edukasi kepada keluarga serta pemohon itu untuk menjalani isolasi di Rusunawa IAIN Tulungagung,” terangnya.
Hal yang sama dikatakan Kasi Pemasaran dan Informasi RSUD dr Iskak, Moh Rifai. Ia pun menyebut mayoritas pengguna layanan tes Covid-19 di rumah sakit milik Pemkab Tulungagung itu adalah mereka yang membutuhkan keterangan sehat untuk syarat bekerja atau melamar pekerjaan, untuk kepentingan sekolah, kembali ke pondok pesantren maupun keperluan bepergian ke luar kota atau luar negeri.
“Tak sedikit pula yang periksa di RSUD dr Iskak kemudian ditemukan kasus baru, sehingga pasien yang ada keluhan panas dan batuk saat di screning di fastrak langsung dibawa ke Poli Covid-19. Bagi masyarakat yang merasakan gejala sakit seperti merasa ada gejala covid bisa berinisiatif memeriksakan diri ke Poli Covid-19 di RSUD dr Iskak,” pungkasnya. [Wiwieko Dh]

Tags: