Ciptakan Alat Bantu Tuna Daksa untuk Bantu Menggunakan Pakaian

Penderita tuna daksa cacat tangan kini bisa mandiri karena mahasiswa Ubaya mampu menciptakan alat bantu yang disebut hang-man untuk membantu mereka menggunakan pakaian sendiri.

Penderita tuna daksa cacat tangan kini bisa mandiri karena mahasiswa Ubaya mampu menciptakan alat bantu yang disebut hang-man untuk membantu mereka menggunakan pakaian sendiri.

Kota Surabaya, Bhirawa
Inovasi digulirkan oleh mahasiswa Ubaya. Empat mahasiswa Teknik Manufaktur  menciptakan alat bantu bagi penyandang tuna daksa untuk menggunakan pakaian sendiri.
Kemandirian penyandang tuna daksa untuk beraktivitas selama ini kerap terkendala. Untuk beraktivitas, mereka kerap membutuhkan kehadiran orang lain, terutama penderita yang tak memiliki tangan. Termasuk dalam berpakaian. Untuk membantu penyandang tuna daksa mengatasi keterbatasan fisiknya, empat mahasisw Teknik Manufaktur menciptakan alat untuk membantu mereka menggunakan pakaian.
“Setiap hari, kami melakukan aktivitas berpakaian dan terlintas di benak kami, bagaimana dengan orang yang tuna daksa. Mereka pasti sangat sulit untuk berpakaian,” kata anggota tim mahasiswa Ubaya, Andrew Setijo di Surabaya, Kamis (18/12).
Akhirnya, ia bersama ketiga rekannya melakukan survei ke beberapa yayasan tuna daksa di Surabaya. Hasilnya, penderita tuna daksa yang tidak memiliki kedua tangan membutuhkan bantuan orang lain dalam menggunakan pakaian.
Selain itu, kaum wanita juga memiliki kesulitan tersendiri jika dibantu orang lain dalam berpakaian, karena bersifat privasi.
“Selama ini, penderita tuna daksa dengan cacat kedua tangan, mereka menggunakan kaki untuk berpakaian,” kata Ketua III BK3S (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial) Provinsi Jawa Timur Farida Martarina.
Oleh karena itu, ia sangat mengapresiasi kepedulian mahasiswa Ubaya terhadap kaum difabel saat uji fungsi dan performansi dari alat bantu ciptaan mahasiswa yang dinamakan Hang-Man itu.
Menurut Andrew Setijo, mekanisme kerja Hang-Man adalah ada dua bantalan di kanan dan kiri untuk memasukkan pakaian menggunakan kaki.
“Selanjutnya, penderita tuna daksa menginjak salah satu tombol di remote control untuk melebarkan kaos/pakaian atasan yang sudah dimasukkan ke dalam bantalan,” katanya, didampingi tiga rekannya, Rudi Gunawan, Prisca Agustina R dan Melkior Fajar.
Langkah berikutnya, penderita tuna daksa menginjak remote yang lain untuk menaikkan bantalan setinggi bahu, kemudian penderita memasukkan kepala dan badannya ke dalam kaos/pakaian atasan.
Setelah kaos/pakaian atasan berada pada posisinya, penderita menginjak tombol yang lain untuk menurunkan bantalan. Remote control sengaja ditaruh lantai supaya memudahkan pengoperasian Hang-Man.
“Hang-Man ini sebenarnya tidak hanya mampu untuk membantu memakai pakaian atasan, baik kaos maupun hem. Kami hanya perlu menambah satu komponen lagi, maka Hang-Man bisa membantu menggunakan pakaian bawahan,” kata Rudi Gunawan.
Tidak hanya itu, karya keempat mahasiwa Teknik Manufaktur Ubaya itu akhirnya meraih Juara 1 dalam lomba bertajuk GS Astra Power of Innovation Awards (GSPIA) 2014 yang diadakan GS Astra untuk merayakan ulang tahun ke-40 dari produsen aki itu. [geh]

Tags: