Ciptakan Aneka Mamin dari Susu Sapi Perah

Ir. Andre Sastro A, Kabid Usaha Peternakan Dinas Peternakan Situbondo saat memamerkan yogurt dan eskrim hasil dari proyeksi susu sapi perah yang digarap kelompok ternak di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo.

Ir. Andre Sastro A, Kabid Usaha Peternakan Dinas Peternakan Situbondo saat memamerkan yogurt dan eskrim hasil dari proyeksi susu sapi perah yang digarap kelompok ternak di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo.

Situbondo, Bhirawa
Setiap hari membantu suami memerah susu sapi, membuat para istri peternak punya ide kreatif untuk menambah penghasilan. Jika biasanya susu sapi distor ke pabrik dalam bentuk mentah, namun ditangan dingin kaum hawa, susu itu bisa dibuat aneka makanan dan minuman.
Dibawah binaan Dinas Peternakan (Disnak) Situbondo, para istri kelompok ternak sapi yang tersebar di pusat peternakan dan pembibitan sapi perah di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo kini menjadi pusat pengembangan ekonomi kreatif.
Puluhan isteri-siteri peternak sapi itu kini sudah ahli dalam pembuatan yogurt, permen, tape, dodol dan eskrim yang terbuat dari susu sapi perah unggulan yang mereka kelola dan kembangkan dalam beberapa bulan terakhir ini.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Situbondo, Aries Marhaento, melalui Kepala Bidang Usaha Peternakan, Andre Sastra A, ketika dikonfirmasi mengatakan, awal pembuatan makanan dan minuman dari susu sapi perah ini didasarkan pada terbatasnya produksi susu segar di Kabupaten Situbondo. Tak hanya itu saja, karena market terbatas dan tidak adanya pabrik pengelolaan susu segar, sehingga Disnak bersama isteri kelompok ternak sapi meluncurkan sentra makanan dan minuman (mamin) dari susu sapi perah di Desa Wonorejo.
Untuk bisa menjadi sentra susu sapi perah, lanjut Andre, harus punya beberapa persyaratan minimal. Diantaranya, sebut dia, dalam sehari Situbondo harus bisa memproduksi 1000 liter susu sapi perah dengan asumsi minimal harus ada 100 ekor sapi. “Sedangkan di Desa Wonoreo, yang dikenal sebagai sentra pengembangbiakan sapi perah, saat ini hanya ada sekitar 50 ekor lebih. Khusus untuk sapi yang bisa memproduksi susu (laktasi) baru 12 ekor. Sehingga untuk menjadi sentra susu segar dirasa sangat tidak memungkinkan,” ujar Andre.
Mengacu pada kenyataan tersebut, sambung Andre, pihaknya akhirnya mengembangkan susu perah beruapa makanan dan minuman sehingga memiliki nilai tambah. Dengan mengadakan kegiatan awal mengolah susu menjadi suatu olahan yang berbentuk minuman dengan kemasan, maka terciptalah jenis eskrim, yogurt, permen susu, dudul susu dan tape susu. “Berangkat dari sanalah, akhirnya kita menggandeng Disperindag Kabupaten Situbondo  untuk mengajak isteri-isteri peternak sapi membuat kegiatan home industri susu itu agar berkembang pesat,” ucapnya.
Dengan semangat itulah, akhirnya hingga saat ini pusat makanan dan minuman yang terbuat dari susu sapi perah di Desa Wonorejo sudah semakin dikenl. Bahkan, kata Andre, kini banyak banyak pembeli dari Kabupaten tetangga seperti Banyuwangi dan Jember, ukut menjadi pelanggan tetap. Tak hanya itu, para ister-isteri peternak sapi perah itu juga memperluas jangkauan pemasaran ke berbagai sekolahan yang tersebar di Kabupaten Banyuwangi. “Kedepan kita terus akan menciptakan kemasan yang lebih bagus lagi. Kita juga akan mencoba merekayasa bentuk kemasan serta labelnya, sehingga peminatnya semakin besar,” beber Andre.
Kiprah Disnak yang mengembangkan pusat ekonomi kreatif akhirnya diketahui Pemkab Situbondo dan memberikan perhatian besar atas inisiatif membanggakan tersebut. Dengan menggandeng media online yang digarap Pemkab itulah, kata Andre, kini pusat makanan dan minuman dari bahan susu perah itu lebih mudah dipasarkan diwilayah regional maupun nasional. “Bagi konsumen yang berminat membeli, sekarang sudah lebih mudah lagi. Mereka cukup melakukan kontak dan alamat yang tercantum dalam media online itu, semua sudah bisa dilayani dengan baik,” papar Adre.
Kedepan, menurut Andre, prospek susu perah di Desa Wonorejo akan lebih cerah lagi, seiring akan dilaunchingnya Desa tersebut menjadi Desa Kebangsaan dan Desa Wisata. Dengan adanya sentra kuliner dan potensi lokal, nanti Dinas Peternakan akan mengandalkan produk olahan kemasan itu untuk dipasarkan. “Itu akan mendapat respon yang baik dari para pengelola kuliner—kulier di desa Wonorejo. Memang kita akan mengarahkan dengan memproduksi dengan lebih banyak lagi. Tentunya,  dengan bahan baku yang besar dan  menambah populasi ternak sapi,” terang Andre.
Untuk mewujudkan itu, ujar Andre, pihaknya kini masih membutuhkan biaya yang besar, termasuk alat mesin yang memadai. Meski peralatan sudah dibantu Disperindag dan Disnak Kabupaten Situbondo, hal itu masih dirasa belum mencukupi. “Tujuan pembuatan sentra Ini untuk memberdayakan masyarakat kelompok peternak sapi sehingga mereka mendapatkan penghasilan tambahan. Kami berharap nanti akan menjadi pusat sentra produksi susu yang besar,” pungkas mantan Kabid Kelembagaan Diskop dan UMKM Kabupaten Situbondo itu. [awi]

Tags: