Ciptakan Mesin untuk UMKM Hingga Alat Patok Perbatasan

Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas  Disnakertransduk Jatim Drs Suhartoyo MM bersama Kepala BLK (Balai Latihan Kerja) Surabaya  Drs Widjil Saptadi MM dan Dekan Fakultas Teknik Industri ITS Bambang Lelono Widjiantoro ST MT (tengah) menyerahkan secara simbolis sertifikat kelulusan program D3 kepada siswa di Gedung BLK Surabaya jalan Dukuh Menanggal Surabaya,Kamis (18/9).

Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas Disnakertransduk Jatim Drs Suhartoyo MM bersama Kepala BLK (Balai Latihan Kerja) Surabaya Drs Widjil Saptadi MM dan Dekan Fakultas Teknik Industri ITS Bambang Lelono Widjiantoro ST MT (tengah) menyerahkan secara simbolis sertifikat kelulusan program D3 kepada siswa di Gedung BLK Surabaya jalan Dukuh Menanggal Surabaya,Kamis (18/9).

Surabaya, Bhirawa
Berlokasi di Balai Latihan Kerja (BLK) Surabaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jatim, terdapat beberapa peralatan mesin yang merupakan hasil karya dari para lulusan ITS program D3 jurusan elektro industri dan mesin industri.
Dalam acara ‘Pelepasan dan Penerimaan Mahasiswa Program D3 ITS Kerjasama Disnakertransduk Jatim’, beberapa mahasiswa menyiapkan hasil karyanya masing-masing. Dari hasil karyanya tersebut, ternyata beberapa produk sudah dipesan usaha kecil menengah (UKM).
Misalkan saja, hasil karya dari Agung Wicaksono bersama temannya membuat mesin press dan hot embossing sandal untuk UKM di Ngingas Sidoarjo. Latar belakang pembuatan mesin tersebut ketika berkunjung di lokasi UKM tersebut karena ada salah satu UKM yang masih menggunakan alat press manual dan membutuhkan waktu agak lama.
Sedangkan alat yang dihasilkan mahasiswa ITS ini, menggunakan listrik dan tidak membutuhkan  waktu lama. “Jika dengan cara manual, waktu yang dibutuhkan press 90 kodi sandal mencapai seminggu, namun dengan alat ini hanya diperlukan sehari. Tidak ada lagi namanya pembakaran sebab menggunakan listrik. Alat ini semuanya ada pengaturan yang memudahkan,” katanya, Kamis (18/9).
Menurutnya, alat tersebut memang perlu sedikit lagi pembenahan namun sudah bisa dimanfaatkan. Setidaknya jika sudah disempurnakan, maka harga jual mesin press tersebut cukup murah antara Rp 11-12 Juta. Sehingga, UKM tidak lagi membeli alat press dari negara asing dengan biaya cukup mahal.
Di sisi lain, juga ada mahasiswa lainnya Herman bersama kawannya yang menghasilkan alat patok perbatasan berbasis GPS dan radio data terpusat. Latar belakang pembuatannya karena saat ini masih ada ketegangan perbatasan antar negara. Misalkan saja Indonesia dan Malaysia.
“Menggunakan alat ini supaya perbatasan antar negara ini bisa dimonitoring. Saat ini memang ada mapping (pemetaan, red), sayangnya masih menggunakan peta online. Sehingga, tidak terlalu mengetahui secara rinci jika terjadi pergeseran patok perbatasan,” katanya.
Keunggulan dari alat yang dihasilkan tersebut, diantaranya menggunakan radio reapeter tidak menggunakan wifi dengan frekuensi tertentu. “Bekerjasama dengan TNI AD untuk frekuensi, sehingga tidak bisa dihacker. Selain itu, pengiriman data secara estafet dari satu orang ke orang lain. Jika terjadi kerusakan maka bisa diketahui titik kerusakan. Alat ini sudah diujicoba Dislitbang Bandung dan memenuhi kriteria dan pengembangan. Jika ada pemerintah peduli nanti hasilnya ini akan terus kami kembangkan,” paparnya.
Sementara, Bambang Lelono Widjiantoro ST MT selaku Dekan Fakultas Industri ITS mengatakan, ada dua hal yang harus disikapi yaitu kreasi dan inovasi yang dalam berdaya saing. “ITS terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki mahasiswanya dengan fasilitas yang ada di ITS dan didukung BLK dibawah Disnakertransduk Jatim,” katanya.
Ditambahkan, kerjasama dengan Disnakertransduk maka setiap mahasiswa akan memiliki ijazah ITS, sertifikat BLK, dan sertifikat dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). “Hal ini guna menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” ujarnya.
Sementara, Kepala BLK Surabaya,  Drs Widjil Saptadi MM menyikapi positif seluruh hasil karya yang dihasilkan mahasiswa ITS tersebut. Apalagi, hasil karya tersebut bisa bermanfaat langsung bagi masyarakat. “Kalau mahasiswa sudah bisa membuat hasil karya seperti ini, maka ke depan tinggal mengembangkannya. Sehingga, ke depan bangsa ini tidak hanya mengandalkan produk asing. Cukup menggunakan produk lokal saja,” katanya.
Widjil mengatakan, dalam setahun diperkirakan ada 20 hasil karya mahasiswa yang bisa dimanfaatkan masyarakat terutama usaha kecil menengah. Sebelumnya, saat ini ITS bersama BLK Surabaya menerima 84 mahasiswa baru dengan rincian kejuruan elektro industri 38 orang dan kejuruan mesin produksi 46 orang. [rac]

Tags: