Citra Pariwisata Batu Ternoda Kekumuhan Pasar

sup-lapak PKL pasar pagi yang ditumpuk digorong-gorong depan pasarKota Batu, bhirawa
Kekumuhan Pasar Batu hingga saat ini sulit terwujud. Kalau tidak segera dibangun, maka pasar yang luas arealnya lebih dari 4 ha ini akan menjadi noda bagi upaya mewujudkan wajah kota wisata yang bersih dan nyaman untuk warganya dan wisatawan yang membanjiri kota tersebut.
Kekumuhan pasar tersebut sudah berlangsung cukup lama. Berbagai upaya dilakukan, namun kenyataannya tumpukan sampah sisa barang dagangan dan lapak-lapak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan pagi hari masih menjadi pemandangan sehari-hari.
Saat ini saja misalnya, lapak-lapak PKL tersebut ditumpuk begitu saja di saluran drainase depan pasar. Gorong-gorong yang cukup lebar dan dalam seakan menjadi gudang bagi lapak-lapak PKL usai berjualan. Tak hanya di gorong-gorong, lapak-lapak tersebut juga ditumpuk pertokoan depan pasar.
Belum lagi tumpukan sampah, khusus sayur mayur yang rusak, kertas dan plastik teronggok di sana-sini. Petugas kebersihan pasar seringkali terlambat membersihkan areal lahan parkir yang dipakai PKL berjualan karena kejar-kejaran dengan aktifitas parkir.
Terkadang karena PKL terlalu siang membongkar lapaknya sudah keburu digunakan untuk parkir. Akibatnya aktifitas pembersihan sampah pun sulit dilakukan. Kondisi ini terjadi hampir tiap hari.
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pasar Kota Batu pasrah mengatasi penjual di pasar pagi yang menyimpan meja lapak di gorong-gorong tersebut..
Kepala UPT Pasar Kota Batu, Supriyanto, mejelaskan aktifitas pasar pagi yang diisi PKL tersebut sudah buka mulai pukul 24:00 dan berakhir pukul 07:30 pagi itu. Ada sekitar 1.000 PKL yang menempati area parkir dan sekitar pasar.
Dikatakan, sebenarnya pihak pasar sudah menyediakan tempat untuk menyimpan lapak yaitu di belakang pasar sayur. Sayangnya pedagang ogah-ogahan untuk menyimpan ditempat tersebut.
Supriyanto mengaku sudah beberapa kali mengangkut lapak-lapak tersebut dan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Ngaglik dan Tlekung. Namun tindakan penertiban itu terkendala ketidakadaan armada yang dimiliki UPT Pasar, sehingga penertiban tidak berjalan maksimal.
“Ya mau tidak mau tergantung dengan anggaran buat sewa truk, kalau ada anggaran ya kita kerjakan (tertibkan), kalau belum ada, ya kita tunda dulu,”  kilahnya.
Dia mengaku sudah tak bosan-bosannya menghimbau dan memperingatkan pedagang untuk tidak menaruh meja lapak di gorong-gorong depan pasar. Karena selain terlihat kumuh, kalau hujan datang dikhawatirkan menyumbat saluran drainase, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.
Pemkot Batu sebenarnya sudah tiga tahun ini berancang-ancang membangun pasar tersebut menjadi pasar modern dan terintegrasi dengan terminal untuk mendukung aktifitas pariwisata. Sayangnya hingga saat ini, pembangunan pasar yang menggandeng pihak ketiga tersebut masih terkendala Persetujuan Kerja Sama (PKS), utamanya dari kepentingan pedagang.
Bagaimanapun, pembangunan pasar mutlak dilakukan untuk menghilangkan kesan kumuh di pusat perniagaan tersebut. Kalau tidak, maka akan mengganjal langkah Kota Batu mendapatkan piala Adipura. [sup]

Keterangan Foto: lapak-PKL-pasar-pagi-yang-ditumpuk-digorong-gorong-depan-pasar.

Tags: