Combiphar Maksimalkan Potensi Lari dan Semangat Berkompetisi

Jalan Sehat Combiphar

Surabaya, Bhirawa
Indonesia memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap sindrom metabolik, yaitu kumpulan faktor risiko kesehatan yang bila tidak segera ditangani bisa berakibat fatal, seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, lemak berlebih di sekitar pinggang, serta rendahnya HDL atau kolesterol “baik”. Pubertas menjadi periode rawan munculnya sindrom ini. Combiphar, perusahaan lokal consumer healthcare terdepan di Indonesia, menyadari pentingnya penerapan pola hidup sehat sejak dini guna membangun generasi Indonesia yang lebih sehat, termasuk di dalamnya untuk melawan sindrom metabolik pada remaja. Menegaskan konsistensi dalam menjalankan program edukasi lari remaja: Combi Run Academy (CRA), Combiphar menggagas pelatihan intensif yang berfokus pada pematangan materi dan teknik berlari (running bootcamp), dan menumbuhkan semangat berkompetisi bagi para pelajar setingkat SMA. Lari secara benar dan rutin, didukung pola asupan yang sehat, efektif mengantisipasi timbulnya sindrom metabolik.
“Krusialnya usia remaja dalam membentuk generasi Indonesia yang lebih sehat, mendorong Combiphar untuk terus konsisten menjalankan beragam inisiatif yang menyasar kalangan muda. Menegaskan komitmen Championing a Healthy Tomorrow, Combi Run Academy menjadi salah satu upaya nyata Combiphar dalam merangkul anak-anak muda Indonesia untuk semakin peduli pada kesehatan diri melalui olahraga lari. Pada penyelenggaraan di tahun kedua ini, pelaksanaan CRA kami fokuskan pada pelatihan intensif seputar teori dan praktik lari agar siswa-siswi SMA peserta mendapatkan manfaat optimal dari olahraga ini, salah satunya untuk menghindari ancaman sindrom metabolik,” ujar B. Dewinta Hutagaol, Division Head of Corporate Communications & Community Development Combiphar.
Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia mencapai 23 persen. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menggambarkan beberapa kondisi kesehatan yang terkait sindrom ini; antara lain proporsi obesitas usia dewasa yang meningkat dari 14,8% (Riskesdas 2013) menjadi 21,8%, prevalensi hipertensi dari 25,8% naik ke 34,1%, dan peningkatan prevalensi diabetes melitus dari 6,9% menjadi 8,5%. Gaya hidup sedentary (tidak aktif/malas bergerak) dan konsumsi asupan tak sehat berandil besar. Terbukti, 33,5% penduduk Indonesia ternyata belum cukup beraktivitas fisik, sementara 95% masing kurang mengonsumsi sayur dan buah (Riskesdas 2018). Temuan lain bahkan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Pasifik yang paling menggemari camilan; serta mayoritas lebih memilih keripik, biskuit, roti atau kue, ketimbang kudapan sehat.
Dengan beragam keadaan tersebut, sindrom metabolik bisa semakin berpotensi mengancam masyarakat Indonesia – tak terkecuali kepada kalangan remaja. “Pada masa pubertas, tubuh mengalami perubahan hormon secara pesat yang dapat mempengaruhi kemunculan sindrom metabolik. Bila tak segera disadari, dampaknya bisa membawa perubahan besar dalam tubuh. Tranformasi gaya hidup yang signifikan, yaitu cukup beraktivitas fisik dan mengonsumsi makanan sehat secara teratur, perlu segera diaplikasikan guna menghindari sindrom metabolik pada remaja. Lari menjadi salah satu kegiatan fisik yang direkomendasikan bagi kalangan usia muda untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh,” jelas dr. Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar. Perubahan besar yang bisa terjadi dalam tubuh remaja bila penanda sindrom metabolik tidak segera ditangani antara lain pengerasan pembuluh arteri (Arteriosclerosis), penurunan fungsi ginjal, bahkan resistensi inslusin – yaitu ketika sel tubuh tidak dapat mengolah gula darah dengan sempurna.
Karena itu, untuk semakin menguatkan pentingnya manfaat lari, Combiphar merangkai program edukasi CRA dengan sesi pelatihan intensif yang berfokus pada pematangan materi dan teknik berlari  bagi para peserta. Pelatihan ini dikemas dalam format running bootcamp yang menarik dan komprehensif. Dilangsungkan selama dua hari satu malam di Bogor, enam puluh siswa-siswi dan 15 guru dari 15 sekolah setingkat SMA di Jakarta dan sekitarnya berkumpul bersama untuk mendapatkan pembelajaran langsung dari IndoRunners, komunitas penggemar olahraga lari independen terbesar Indonesia, yang menjadi mitra Combiphar menjalankan CRA.
“Bootcamp menjadi pembeda CRA 2019 dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya. Tak hanya penajaman praktik berlari, peserta juga menerima pengayaan materi pendukung seperti pengaplikasian pola asupan yang tepat dan perilaku sehat lain dalam keseharian. Di samping itu, siswa-siswi peserta juga kan mendapatkan pembekalan social media training agar para peserta terlibat aktif meneruskan ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan melalui berbagai platform media sosial yang mereka miliki. Dengan demikian, kami berharap akan semakin banyak remaja yang bersemangat menjalankan pola hidup sehat,” tambah Dewinta. Pelatihan intensif juga melibatkan guru-guru yang nantinya akan berperan sebagai trainer bagi siswa perwakilan sekolah. Program Train for Trainer ini juga bisa para guru manfaatkan untuk memaksimalkan materi olahraga di kurikulum sekolah mereka.
Program Director Combi Run Academy dan pendiri komunitas lari IndoRunners, Yasha Chatab menambahkan, “Dengan hadirnya Combi Run Academy, kami semakin antusias berkolaborasi dengan Combiphar dalam menjalankan pelatihan intensif ini. Sesi bootcamp menghadirkan suasana yang berbeda dan memungkinkan para peserta untuk lebih fokus meningkatkan kemampuan berlarinya. Lebih dari itu,  para peserta juga berkesempatan berkumpul dengan sesama peminat olahraga lari sehingga bisa lebih termotivasi untuk berprestasi, terutama menghadapi fase kompetisi nanti.”
Combiphar menjalankan CRA berdasar pada tiga pilar utama, yaitu 1) School Engagement – kegiatan sosialisasi ke sekolah-sekolah mengenai edukasi pola hidup sehat sejak dini dalam rangkaian kegiatan Combi Hope Healthy Living Education, 2) School Training – selain running bootcamp, pilar ini dilaksanakan dalam bentuk group run, yaitu beberapa sesi latihan berkelompok di bawah pengawasan para pelatih dari IndoRunners untuk semaki memantapkan teknik berlari para siswa-siswi, dan 3) School Competition –  tahap pengaplikasian teori dan training yang telah didapatkan; para siswa mengusung nama sekolah masing-masing untuk bersaing sportif dalam beberapa ajang lari terkemuka – dengan Combi Run 2019 menjadi kompetisi puncak.
Combi Run Academy merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan yang merangkul dua bidang sekaligus: 1) ranah olahraga yang terealisasi dalam bentuk ajang Combi Run (lari), Combiphar Players Championship (golf), Combiphar Tennis Open (tenis), dan 2) non-olahraga, yakni Combi HOPE Healthy Living Education.(ma)

Tags: