COP 2019 Garap Objek Wisata dan Desa Sehat

Tulisan Begaganlimo dengan simbol warna bendera yang dibuat Mahasiswa COP 2019 sebagai pintu masuk objek wisata Akar Seribu.

Fokus Pembangunan Desa, Optimalkan Potensi Lokal
Kabupaten Mojokerto, Bhirawa
Comunnity Outreach Program (COP), 2019 kembali di gelar. Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) International yang digelar Universitas Kristen (UK) Petra kali ini, bertempat di desa Troliman dan Begaganlimo, Mojokerto. Selama tiga Minggu, para mahasiswa akan menyelesaikan berbagai projek. Diantaranya yang berkaitan dengan pembangunan desa dan pemanfaatan potensi lokal.
Dosen Pembina Lapangan COP 2019 UK Petra, Dwi Setiawan mengungkapkan kegiatan tersebut merupakan kegiatan KKN International yang sifatnya tematik dan berkelanjutan. Pada tahun ini, yang diangkat adalah “Desa Sehat dan Wisata” karena ada potensi wisata di Desa Begaganlimo yakni wisata Akar Seribu.
“Kegiatan ini dalam rangka menyukseskan program desa sehat dan sejahtera ada kegiatan fisik dan nonfisik. Kegiatan fisik pembangunan green house untuk anggrek. Karena anggrek punya nilai jual, jadi wisatawan bisa langsung membeli,” ujarnya.
Dwi menjelaskan anggrek dipilih yang mudah hidup dan bertahan di iklim seperti di desa Begagan limo. Sedangkan kegiatan nonfisik yang dilakukan adalah di Dusun Trolimaan. Mengingat, di tempat tersebut ada seni karawitan yang dimiliki masyarakat lokal. Namun penabuh gamelannya masih belajar otodidak, jadi didatangkan pelatih profesional.
“Tujuannya tentu untuk mendukung wisata di desa ini. Selain mendukung wisata mahasiswa juga mengajar di PAUD dan melatih kreatif anak-anak di pinggir hutan. Selain itu merenovasi PAUD,” ucapnya, menambahkan.
Sementara itu, Mahasiswa jurusan Media and Entertainment Managemen dari Inholland University, Belanda, Alexandra Deumer mengaku cukup antusias mengikuti KKN internasional yang digelar UK Petra. Meskipun di ungkapkan ya hari pertama di desa tersebut cukup berat. Karena perbedaan budaya yang dialami. Ia mengaku, kegiatan tersebut juga memberikan pengalaman baru dari kehidupan masyarakat desa di Indonesia. Pasalnya ini adalah kali pertama dia pergi ke Indonesia.
“Yang menarik adalah mengenal secara langsung orang Indonesia. Mereka sangat ramah. Alam di sini sangat bagus, hal itu tidak saya temukan di Belanda. Ini adalah pengalaman pertama saya pergi ke negara yang sangat jauh,” tuturnya. Apalagi, katanya, ia juga berkesempatan memainkan gamelan yang ada di sanggar seni karawitan milik warga desa. “Baru pertama kali saya bermain gamelan dan merasakan emosi dalam bermusik. Ini sangat menakjubkan,”ujar dia.
Rektor UK Petra Prof Djwantoro Hardjito di Surabaya, Jumat (26/7), sebanyak 117 mahasiswa asing dari tujuh negara ikut mengembangkan desa di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. yakni Belanda, Taiwan, Hong Kong, Korea, Tiongkok, Jepang dan Indonesia pada KKN Internasional bertema “Keep Blessing The Nations” yang berlangsung mulai 18 Juli hingga 08 Agustus 2019.
“Total ada 117 mahasiswa dari tujuh negara yang akan membangun desa dan terlibat kegiatan proyek fisik dan nonfisik bersama warga sekitar di enam dusun yang tersebar di Kecamatan Gondang dan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto,” katanya.
Dia berharap melalui kegiatan ini, mahasiswa baik Indonesia dan asing mampu menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam menyelesaikan masalah yang selama ini dihadapi warga.
“lni akan menjadi pengalaman yang baik bagi peserta bahkan mungkin bisa mengubah hidup kalian,” katanya.

Salah satu keindahan akar seribu yang disuguhkan dengan pemandangan air terjun dan bunga anggrek.

Garap Tiga Zona, Percantik Objek Wisata Akar Seribu
Akar Seribu, merupakan objek wisata andalan desa Begagan. Sayangnya, tempatnya yang lumayan jauh dengan jalanan yang cukup terjal, menjadikan tempat ini sepi kunjungan dari wisatawan. Padahal, jika sampai di tujuan, pengunjung akan tertegun melihat keindahan bunga anggrek dan air terjun. Oleh karena itu, dalam COP 2019 tahun ini, pihaknya akan menggarap potensi yang ada di sekitar Akar Seribu.
Ketua Koordinator Tim Studio Begaganlimo, Christine Wonoseputro menuturkan, ada tiga zona yang nantinya akan didesain untuk meningkatkan daya tarik wisatawan. Yakni zona ekonomi yang akan memanfaatkan pasar setempat, taman Pelangi yang akan didesain untuk sentra kuliner dan rekreasi budaya serta wisata Akar Seribu, yang diharapkan menjadi icon desa Begaganlimo.
“Kamiingin lebih memperkenalkan aset daerah ini untuk publik. Yang kita kenal selama ini Mojokerto identik dengan wisata Pacet. Ternyata kalau kita lihat lagi, Akar Seribu ini juga gak kalah bagus. Mangkanya akan kita garap serius untuk menarik daya tarik wisatawan,”ujar dia.
Konsep tersebut, lanjut Christine, masuk dalam grand desain pengembangan konsep Begaganlimo Tourism HAUB. Targetnya bisa berkembang dalam skala regional dan Jatim.
“Kami memposisikan desa kecil ini sebagai konektor. Kami melihat pelunang bahwa iconiknya budaya dan wisata,” lanjutnya. Dijelaskan Christine, dalam pembangunan sektor desa ini, pihaknya tidak hanya menggagas sektor pariwisata saja. Akan tetapi juga harus ada integrasi. Di samping itu juga harus ditunjang banyak aspek. Seperti aspek kebijakan, penyiapan masyarakat berbasis ekonomi kreatif dan pelatihan keterampilan mulai anak-anak hingga lansia.
“Kita harus menyiapkan warga landasan pendidikan yang mumpuni. Keterampilan bahasa Inggris untuk pelayanan wisatawan asing dan makanan khas daerah Begaganlimo,”katanya.
Sementara itu, salah satu penemu Akar Seribu, Rais menuturkan, saat ini pihaknya hanya membutuhkan modal untuk pembangunan jalur ke tempat wisata Akar Seribu. Sebab, untuk mencapai tempat tersebut, wisatawan haru menempuh menggunakan kaki, dan menghabiskan waktu selama satu jam.
“Kendalanya di modal dan jalanannya. Persoalan itu sebenarnya sudah saya laporkan ke kepala desa. Tinggal bagaimana nanti kepala desa menindak lanjuti ke Dinas Pariwisata,” jelasnya.
Bersama Radi, Samidi, Supono, Kardi dan Saudi, Rais berharap, sebagai penemu pihaknya menginginkan agar wisata di desanya berkemajuan, berkembang dan pembangunan yang lebih indah.
“Kita berharap ada pembangunan akses jalan dari pemerintah sehingga banyak pengunjung. Karena kami juga punya makanan khas nasi Bombong yang bisa ditawarkan ke wisatawan,” pungkas dia. [ina]

Tags: