Corona Membuka Ruang Inovasi Pendidikan Cyberspace

Oleh :
Dr Suning
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Virus Corono atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan virus yang penyebarannya sangat cepat dan menyerang banyak manusia di berbagai negara di dunia . Virus ini telah menjadi pandemi global pada tahun 2020. Data aktual yang tertulis pada situs Covid-19 di Indonesia per 26 April 2020 07:00 GMT+7 menunjukkan masyarakat positif Virus Covid-19 sejumlah 8.882 jiwa, Sembuh sejumlah 1.107 jiwa dan meninggal sejumlah 743 jiwa (https://www.covid19.go.id). Data itu kemungkinan masih terus berubah. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah Indonesia untuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia dengan tujuan untuk pemutusan mata rantai penyebaran corona.
Dampak global akibat Covid-19 ini secara tidak langsung mengubah pola kehidupan masyarakat dunia baik pada aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan utamanya pada aspek pendidikan. Pendidikan sebagai garda utama ilmu pengetahuan bagi anak-anak dan remaja sangat merasakan dampak virus ini. Saat ini, mau tidak mau harus dilakukan melalui cyberspace, tanpa bertatap muka dengan para guru dan dosen.
Terdapat enam poin penting dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 perihal pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona. Di antaranya: 1) pelaksanaan ujian nasional; 2) proses belajar dari rumah; 3) ujian sekolah; 4) kenaikan kelas; 5) penerimaan peserta didik baru; dan 6) dana bantuan operasional sekolah. Keenam poin tersebut menjadi fenomena baru bagi pihak sekolah, peserta didik, dan orang tua. Pada poin 2, jelas disebutkan untuk pembelajaran harus dilakukan secara daring di rumah.
Situasi ini mengingatkan kembali akan keteladanan yang diberikan oleh bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan memiliki kriteria yang memerdekakan pendidikan, memanusiakan pendidikan (humanisme), spiritual pendidikan (kodrat alam), pendidikan budi pekerti, pendidikan sosial kekeluargaan, dan pendidikan pemimpin (Muthoifin, 2015). Secara eksplisit, keteladanan pendidikan tersebut adalah proses manusia dalam kemampuannya mentrasformasikan suatu budaya. Inilah efek Covid-19. Kehadirannya mampu mengambil alih budaya sebagai konsekuensi logis memasuki panggung kehebatan teknologi digital sebagai sumber kehidupan terutama pendidikan.
Corona dan Cyberspace
Transformasi budaya yang sarat dengan teknologi menjadikan manusia memaksa dirinya untuk bebas berinovasi, berkreasi, dan mempertahankan hidup dengan keterampilan yang mesti dimiliki (life skills). Aktivitas belajar dari rumah melalui media pembelajaran online (daring) maupun televisi menjadi solusi bijak saat pandemi. Kemerdekaan belajar peserta didik tertantang di sini dan ini mengkristal pada sebuah karakteristik milenial bagi peserta didik yang sangat aware teknologi dan tentu harus menghasilkan output yang layak jual dengan inovasi yang dikreasikan dalam sebuah produser yang menarik.
Pendidik dengan segala kemampuannya dituntut untuk mengikuti arus teknologi yang menjadi pilihan peserta didik. Kreativitas dan inovasi pada setiap materi yang disampaikan mampu mengasah ide-ide baru yang akan dipola dan di-setting sedemikian rupa pada peserta didik yang menghasilkan karya menarik. Dari sinilah kemudian proses belajar mengajar tidak dapat dikatakan harus tuntas sesuai dengan kurikulum semester bagi guru, maupun rencana pembelajaran semester (RPS) bagi dosen. Namun, lebih kepada ketuntasan bakat, minat, kefokusan bidang ilmu maupun life skill yang ada pada setiap peserta didik.
Orang tua sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran anak juga harus mampu menjadi teman berinovasi dan berkreasi melalui media yang digunakan. Orang tua dengan melek teknologinya diharuskan mampu mendampingi dan mengantarkan anak dalam proses belajar yang lebih efektif.
Mencipta Ruang yang Hilang: Suatu Sinergi Sistem Pendidikan
Corona dengan segala dampak yang ditimbulkan merefleksikan kepada peserta didik, pendidik, dan orang tua untuk bersinergi membangun penerus bangsa dengan kecerdasan intelektual, spiritual, dan kecerdasan emosional yang berkarakter dalam berkehidupan. Kecerdasan intelektual mengisolasi pada kemampuan akademik peserta didik yang dibuktikan pada kuantifikasi nilai-nilai akademik. Kontribusi orang tua berperan dominan pada kecerdasan ini meskipun tidak dapat dimungkiri anak menjadi bosan dengan orang tua karena orientasi orang tua masih sebatas nilai kuantitatif. Kecerdasan spiritual secara kodrati ada pada setiap peserta didik. Kecerdasan inilah yang kemudian mengantarkan peserta didik menjadi manusia disiplin, beretika, beradab, dan siap menghadapi transformasi budaya. Kecerdasan emosional terpatri pada life skill peserta didik. Di sini peran pendidik menjadi dominan karena materi-materi inovatif dengan kreativitas pendidik menjadi tolok ukur keberhasilan peserta didik.
Mengutip tulisan Trilling dan Fadel (2009) dalam skema pelangi keterampilan pengetahuan abad 21 bahwa life and career skills, learning and innovation skills, dan information media and technology skills menjadi konsep pendidikan yang sinergi dengan pendidikan berbasis online yang mengharuskan peserta didik belajar dari rumah. Intisari yang dapat diuraikan bahwa pendidikan abad 21 harus memacu manusia menjadi aktor dunia yang cakap dengan multitalenta yang dimiliki baik pengetahuan, keterampilan, inovasi, informasi, dan keahlian di bidang teknologi.
Langkah empiris yang dapat dilakukan adalah menciptakan sinergi dalam jejaring ruang yang hilang (Cyberspace) antara pendidik, peserta didik, dan orang tua dalam sebuah komunikasi masif pendidikan, yaitu: 1) menyiapkan materi akademik berbasis skill; 2) menyediakan skill yang inovatif jejaring dengan dunia industri; 3) memfasilitasi skill di bidang teknologi (penguasaan bidang IT, desain, big data, dll; 4) menyiapkan jejaring promotif dan reward bagi peserta didik yang mencapai keberhasilan.
Sejatinya, pendidikan adalah ruang yang harus selalu terisi dengan ide cerdas, life skill mumpuni, berkarakter, dan berbudaya. Oleh karena itu, mencetak generasi emas abad 21 bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Namun, perlu sinergi antara pendidik, peserta didik, dan orang tua dalam membangun peradaban bangsa.
Selamat Hari Pendidikan.
———– *** ———–

Tags: