Cuaca Ekstrem, Nelayan Kabupaten Situbondo Tak Melaut

Puluhan perahu nelayan pesisir Somangkaan Panarukan Situbondo harus ditambatkan karena cuaca ekstrem. Untuk memenuhi kebutuhan hidup para nelayan menggadaikan barangnya ke Kantor Pegadaian setempat. [sawawi/bhirawa]

(Penuhi Kebutuhan Hidup Dengan Menggadaikan Barang)
Situbondo, Bhirawa
Musim penghujan yang disertai dengan cuaca esktrem ternyata menimpa kawasan Situbondo dalam beberapa terakhir ini. Kondisi cuaca yang tidak menentu ini disertai intensitas hujan yang tinggi berdampak besar bagi para nelayan. Salah satunya dirasakan oleh para nelayan yang ada di Pesisir Somangkaan, Panarukan, Situbondo. Akibat cuaca esktrim itu para nelayan enggan dan bahkan takut untuk melaut. Dampaknya mereka tidak mendapatkan penghasilan, sehingga harus menggadaikan barang barangnya, agar kebutuhan hidup sehari hari tetap terpenuhi.
Hendrik, salah satu nelayan Panarukan Situbondo, menjelaskan, setiap awal tahun Situbondo selalu dihantui cuaca esktrim. Dengan kondisi seperti itu, aku Hendrik, ia bersama sejumlah nelayan lain yang ada di Panarukan Situbondo tidak berani melaut karena kawatir terjadi masalah.
“Biasanya cuaca seperti ini berjalan sekitar sepuluh hari. Baru setelah itu cuaca mulai bersahabat untuk mencari ikan,” tegas Hendrik.
Banyak yang dirasakan Hendrik akibat munculnya cuaca esktrem di pesisir laut Situbondo. Selain tidak mendapatkan penghasilan, ia kesulitan untuk memenuhi biaya sekolah anak anaknya. Mau tidak mau, ungkap Hendrik, ia harus menaruh barang barang berharga mliknya ke Kantor Pegadaian setempat untuk digadaikan.
“Macam macam barangnya mas. Ada elektronik, sarung, piring dan jenis lainnya yang bisa di gadaikan ya kami gadaikan ke Pegadaian,” keluh Hendrik.
Setelah cuaca mulai membaik, Hendrik bersama nelayan yang lain mulai mencari ikan ke tengah laut. Nah, ungkapnya, hasil dari tangkapan ikan itulah, nanti untuk menebus barang yang telah dijaminkan di Kantor Pegadaian. Hendrik kembali mengaku, ditengah mencari ikan ditengah laut sesekali cuaca buruk muncul kembali ke permukaan. Meski hujan dan angin menimpa nelayan, ujarnya, para pencari ikan tetap berusaha mengumpulkan rejeki. “Kalau lagi panen, sehari kami bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 300 ribu. Sebaliknya kalau lagi sepi paling mendapatkan Rp 100-150 ribu,” beber Hendrik.
Ari nelayan lain yang juga rekan Hendrik memberikan pengakuan senada akibat dampak cuaca esktrim kemarin. Ari kadang pergi melaut pada dinihari dan baru datang di pinggir pantai sekitar pagi hari. Tiap muncul cuaca ekstrim, Ari juga mengaku bingung karena sulit untuk mendapatkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan keluarganya. “Ya terpaksa kami menggadaikan barang di Kantor Penggadaian. Itu hampir menimpa semua nelayan, jika cuaca tidak membaik,” pungkas Ari. [awi]

Tags: