Cuaca Tak Bersahabat, Turunkan Produksi Kopi Kab.Malang

Petani kopi asal Desa Sitiarjo, Kec Sumbermanjing Wetan, Kab Malang Gunanto Daud saat menunjukkan biji kopi yang dijemur di halaman rumahnya.

Kab Malang, Bhirawa
Petani kopi di wilayah Kabupaten Malang mengeluhkan turunnya produksi biji kopi yang dihasilkannya. Turunnya produksi kopi tersebut, disebabkan terjadinya curah hujan di wilayah setempat masih cukup tinggi.
Seperti yang dialami petani kopi asal Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang Gunanto Daud, Minggu (9/7), jika produksi biji kopi dalam satu tahun terakhir ini telah mengalami penurunan. Padahal pada tahun sebelumnya, produksi kopi di wilayah Kecamatan Sumbermanjing cukup bagus,
“Tanaman kopi yang saya produksi, jika kondisi cuaca normal telah menghasilkan kopi lebih kurang 1 ton dengan luas lahan 3.100 meter persegi (m2). Namun, dengan kondisi sekarang ini, hanya menghasilkan biji kopi seberat 4-5 kwintal,” ungkapnya.
Turunnya produksi biji kopi tersebut, terang dia disebabkan bunga kopi tidak bisa tumbuh dengan sempurna. Karena bunga kopi rontok akibat diguyur hujan terus menerus. Sementara dari hasil panen kopi, selain biji kopi yang dijual dalam keadaan mentah, sebagian biji kopi juga dikeringkan, dan selanjutnya dijual ke pasar.
“Rusaknya tanaman kopi tidak hanya karena terus menerus diguyur hujan, yang kemudian bunga kopi rusak. Namun hal itu juga jika cuaca cukup panas tanaman kopi juga mengalami kerusakan. Sehingga tanaman kopi bisa diproduksi secara bagus, tentunya tergantung dengan kondisi cuaca,” papar Gunanto.
Menurutnya, biji kopi dalam kondisi mentah harganya Rp 24 ribu per kilogram, sedangkan untuk biji kopi kondisi kering harganya Rp 32 ribu perkilogram. Dan untuk jenis kopi yang saya tanam ini jenisnya robusta. Meski harga biji kopi ditingkat petani relatif stabil, namun pendapatan petani kopi mengalami penurunan hingga separuhnya. Sehingga dirinya berharap, agar kondisi cuaca normal. Karena jika curah hujan di wilayah Kabupaten Malang masih itensitas tinggi, maka akan sangat bepengaruh pada produksi kopi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Kabupaten Malang Wahyu Hidayat mengatakan, tanaman kopi yang ditanam petani Kabupaten Malang, hal tersebut merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi perhatian dunia. Karena sejak jaman penjajahan Belanda silam, wilayah Kabupaten Malang menjadi pusat tanaman kopi, khususnya kopi jenis robusta. Sehingga kopi yang diproduksi warga Kabupaten Malang ini hingga kini dikenal dibeberapa negara Eropa.
“Utamanya kopi yang diproduksi oleh petani yang berada di wilayah Kecamatan Dampit. Dan tidak hanya di wilayah Dampit sebagai sentra tanaman kopi, tapi juga ada dibeberapa wilayah yang berada di Malang Selatan,” ujarnya.
Untuk itu, kata Wahyu, dirinya kini tengah merencanakan untuk membangun Kafe Amstirdam. Kafe tersebut nantinya akan digunakan sebagai sentra penjualan produk kopi yang di produksi petani kopi yang tersebar di Kabupaten Malang. Namun, Kafe Amsirdam tersebut, nantinya tidak hanya sebagai sentra penjualan kopi saja, tapi juga akan dijual teh yang diproduksi dari perkebunan yang berada di wilayah Kecamatan Lawang dan Kecanatan Wonosari, Kabupaten Malang.
“Bangunan sentra penjualan kopi dan teh itu, segmen pasarnya adalah para wisatawan baik itu lokal maupun asing. Sehingga pihaknya akan melakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang. Kami berharap dengan adanya sentra penjualan kopi dan teh tersebut, nantinya juga bisa menjadi destinasi wisata,” tandasnya. [cyn ]

Tags: