Curah Hujan Tinggi, Sebagian Wilayah Jatim Dikepung Banjir

Banjir yang terjadi di Utara Jembatan Sembayat Gresik menimbulkan kemacetan arus lalu lintas, Minggu (25/2). [kerin ikanto]

Bojonegoro, Bhirawa
Banjir mengepung sebagian wilayah Jatim akibat tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir. Bojonegoro, Gresik, Tuban, Lamongan, Madiun, Pasuruan dan sebagian wilayah lain dilaporkan air masih menggenangi sebagian permukiman warga hingga Minggu (25/2) .
Sejumlah wilayah di Kota Madiun dilanda banjir akibat luapan Sungai Bengawan Madiun dan buruknya saluran air setelah hujan deras mengguyur selama berjam-jam di kawasan tersebut pada Sabtu (24/2) sore hingga Minggu (25/2) dini hari.
Data BPBD Kota Madiun mencatat sejumlah wilayah yang dilanda banjir tersebut di antaranya di Kelurahan Tawangrejo, Rejomulyo, Sukosari, Oro-Oro Ombo, Klegen, Manguharjo, Nambangan Kidul, Nambangan Lor, dan Taman.
Air menggenangi ruas-ruas jalan permukiman penduduk di sejumlah RT di kelurahan tersebut. Bahkan di sejumlah titik, air masuk ke rumah warga. Ketinggian air berkisar antara 30 cm hingga 1 meter.
Pihak BPBD Kota Madiun sudah melakukan peninjauan ke lokasi dan melakukan pendataan ke warga yang terdampak. Hingga Sabtu pukul 22.30, air yang sempat masuk ke dalam rumah warga berangsur surut, namun genangan masih terjadi di sejumlah ruas jalan hingga Minggu (25/2).
Kepala Pelaksana BPBD Kota Madiun Agus Hariono memprediksi air akan semakin surut seiring berkurangnya debit air di sungai. “Banjir atau genangan yang terjadi disebabkan karena air itu antre masuk ke Bengawan Madiun,” ungkap Agus Hariono kepada wartawan.
Meski demikian, BPBD setempat terus melakukan pemantauan guna mengantisipasi sungai yang kembali meluap. Pemantauan intensif terus dilakukan karena curah hujan masih cukup tinggi selama beberapa hari ke depan. Pematauan intensif dilakukan terhadap debit air Kali Sono dan Kali Piring sebagai anak sungai Bengawan Madiun yang sering meluap.
Agus menambahkan, untuk mengurangi debit air dan genangan, pihak BPBD telah menyiagakan mesin pompa air untuk menyedot air sungai yang meluap dan menggenang di sejumlah lokasi.
Di Gresik, luapan air sungai Bengawan Solo berdampak menggenangi rumah warga di sebagian desa di dua kecamatan di Kabupaten Gresik. Beberapa desa di Kecamatan Dukun dan Bungah yang berdekatan dengan aliran sungai Bengawan Solo terdampak banjir.
Faid Walhakim seorang warga Dukun, Gresik melaporkan, banjir luapan sungai Bengawan Solo menggenangi beberapa rumah warga di Desa Jrebeng, Desa Baron dan Desa Madumulyorejo.
“Banjir menggenangi sebagian rumah yang berada di selatan tanggul Bengawan Solo. Tanggul ini kan membentang mulai dari Kecamatan Dukun sampai terakhir di Desa Madumulyorejo,” katanya, Minggu (25/2).
Menurut Faid, banjir tahunan ini selalu menyapa warga yang tinggal berdekatan dengan sungai Bengawan Solo. Menurutnya, pemerintah belum tuntas melakukan relokasi beberapa warga yang tinggal di selatan tanggul.
“Di selatannya tanggul itu masih banyak rumah yang belum terelokasi. Pembebasan lahan atau relokasi hanya sebagian, sedangkan yang berada di selatan tanggul masih banyak rumah,” katanya.
Menurut Faid, rumah warga yang terendam banjir ini kebanyakan memang berada di bantaran sungai Bengawan Solo. Kebanyakan memiliki jarak 30 meter dari bibir Bengawan Solo.
Abu Hasan Kepala BPBD Kabupaten Gresik membenarkan jika luapan sungai Bengawan Solo berdampak pada warga yang tinggal di kawasan itu. “Dampak luapan Kali Lamong di seputaran Balongpanggang, Benjeng, Cerme sudah aman. Sekarang luberan Bengawan Solo yang ada di sebagian di Kecamatan Dukun dan Bungah utamanya yang di bantaran Bengawan Solo seperti Desa Tiremenggal, Bangeran dan Madumulyorejo,” katanya.
Sementara itu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro menyatakan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro mulai surut masuk siaga I-hijau dengan ketinggian 13,95 meter, Minggu (25/2) pukul 09.00.
“Air Bengawan Solo di Bojonegoro berangsur-angsur surut, tetapi di Bengawan Madiun, Ndungus Ngawi, kembali naik masuk siaga I-hijau,” kata Budi Indro, Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro.
Kendati permukaan air di Sungai Bengawan Solo mulai surut, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, masih memberlakukan status siaga banjir pada sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
“Meskipun ketinggian air di Taman Bengawan Solo (TBS) Bojonegoro mulai menurun, akan tetapi kewaspadaan tetap dilakukan, sebab curah hujan selama Februari masih tinggi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo.
Bahkan, menurut dia, curah hujan selama Februari, sampai Maret, masih tinggi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan banjir luapan Sungai Bengawan Solo, banjir bandang dan tanah longsor.
Menurut dia, surutnya air Bengawan Solo di daerahnya, disebabkan ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah dan Ngawi, saat ini sudah berangsur-angsur surut.
“Sepanjang tidak ada tambahan hujan lokal dan Bengawan Solo di hulu airnya tidak naik lagi, air di hilir Jawa Timur akan terus surut,” ucapnya.
Selain itu, ia menilai kewaspadaan perlu dilakukan menyusul prediksi BMKG Kelas I Juanda, Surabaya yang menyatakan hujan sedang- lebat masih berpotensi mengguyur di kawasan eks Keresidenan Bojonegoro, termasuk Tuban, kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga pukul 16.00.
“Dengan demikian, dimungkinkan ketinggian Bengawan Solo dapat naik lagi. Yang penting, warga di tepian Bengawan Solo selalu waspada dengan acaman banjir,” kata dia.

Rendam 71 Desa di Bojonegoro
Banjir luapan Bengawan Solo beberapa hari ini menyebabkan 2.222 rumah tergenang di 71 desa, 11 kecamatan sepanjang bantaran sungai mulai Padangan sampai Baureno.
Meski turun, Andik mengimbau masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan. Selama banjir BPBD bersama TNI dan Polri terus memantau perkembangan debit bengawan serta tanggul penahan banjir. bas
Meskipun ketinggian air di TBS Bojonegoro surut, menurut dia, ketinggian air Bengawan Solo di sejumlah desa di Kecamatan Baureno, di wilayah hilir termasuk di Lamongan, masih naik. Sebab, sejumlah sungai di hilir, seperti Kali Kening juga terjadi banjir. “Daerah hilir Bengawan Solo, mulai Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, harus tetap waspada, sebab banjir masih belum aman,” ujarnya.
Data di UPT Bengawan Solo menyebutkan ketinggian air di hilir Babat, Laren, Karanggeneng dan Kuro, Lamongan, masing-masing 8,47 meter (siaga III-merah), 5,88 meter (siaga III-merah), 4,67 meter (siaga III-merah) dan 2,46 meter (siaga II-kuning).
Hal senada disampaikan MZ. Budi Mulyono Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro yang menyebutkan BPBD sekarang ini mendistribusikan bantuan sembako, berupa beras, mi instan, telur juga yang lainnya bagi korban banjir di sejumlah desa di Kecamatan Baureno. Sesuai data yang diterima ada sekitar 1.500 kepala keluarga (KK) di Desa Kalisari, Tanggungan, Lebaksari dan Kadungrejo, Kecamatan Baureno, yang membutuhkan bantuan sembako.
“Bantuan sembako yang kami distribusikan merupakan bahan untuk membuka dapur umum, sebab genangan banjir luapan Bengawan Solo di sejumlah desa di Baureno, masih tinggi,” ujarnya.
Hariyanto Camat Baureno Bojonegoro membenarkan genangan air banjir di sejumlah desa di wilayahnya masih tinggi, akan tetapi warga tidak ada yang mengungsi. “Banyak rumah warga juga lembaga pendidikan yang terendam air banjir, tetapi tanaman padi sudah dipanen sebelum banjir datang,” ucapnya. [bas,dar]

Tags: