Daging Ayam Ras Sumbang Deflasi Terbesar di Kota Probolinggo

Ayam Ras salah satu penyumpang deflasi terbesar di Probolinggo.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Kota Probolinggo secara umum mengalami deflasi (penurunan harga) sebesar 0,32 persen pada bulan September 2018. Deflasi ini terjadi karena dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu, 3 (tiga) kelompok mengalami deflasi, 2 (dua) kelompok mengalami inflasi dan 2 (dua) kelompok tidak mengalami perubahan. Daging ayam ras sumbang deflasi terbesar.
Kasi Distribusi BPS Moch Machsus, Selasa (23/10) mengatakan, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi yaitu daging ayam ras, tomat sayur, daging sapi, daging ayam kampung, minyak goreng, cabai merah, kopi bubuk, semangka, gula pasir, bawang merah. Dan, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah jeruk, ayam nugget, emas perhiasan, tahu mentah, kentang, bawang putih, mobil, rokok kretek filter, susu untuk balita, tempe.
“Dari beberapa Kota di Jawa Timur yang menjadi Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Nasional, 5 (lima) kota mengalami deflasi. Deflasi terkecil terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,05 persen, disusul Kota Madiun sebesar 0,12 persen, Kota Malang sebesar 0,31 persen, Kota Probolinggo sebesar 0,32 persen dan Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,49 persen,” imbuh Machsus.
Laju inflasi (kenaikan harga) tahun kalender bulan Januari s/d September 2018 Kota Probolinggo mengalami inflasi 0,90 persen, sedangkan laju inflasi year on year (September 2018 terhadap September 2017) Kota Probolinggo sebesar 1,70 persen.
Kabag Administrasi Perekonomian, Wawan Soegyantono menuturkan, Pemerintah Kota Probolinggo terus berupaya mengendalikan inflasi tersebut, namun demikian ada beberapa hal yang mengalami deflasi yaitu untuk komoditas tomat mengalami penurunan harga.
Upaya yang dimaksud yaitu melakukan sosialisasi, pelatihan dan pembinaan pembinaan kepada kelompok tani agar produk tersebut bisa menambah nilai ekonomis. “Pada posisi deflasi lebih bijak dalam berkonsumtif dan jangan berlebih – lebihan,” imbaunya.
Perwakilan BI Malang, Yon Widiyono sangat mengapresiasi TPID Kota Probolinggo karena selama tahun 2018, pencapaian inflasi relatif rendah dan terkendali. Tapi, memang kami mendengar ada masalah di 2 (dua) bulan terakhir deflasi yaitu harga barang yang dialami petani turun. “Kami juga mendengar upaya – upaya yang yang dilakukan oleh pihak Pemerintah kota Probolinggo yaitu sudah melakukan hilirisasi, menjadikan produk hasil olahan pertanian dan menyalurkan produk kepada industri yang butuh,” ujar Yon.
Biasanya barang pertanian itu kalau harganya turun, itu terjadi karena pasokan berlebih jika permintaan tetap, atau jika pasokan tetap permintaan turun maka harga juga ikut turun, jelasnya.
Usulan yang disampaikan kepada pemkot, komoditas sayur mayur, mungkin mulai sekarang bisa disetting pola tanam, jadi nanti bisa di edukasi ke petani. Kira – kira kapan lonjakan harga tinggi, kapan harga turun, dan di bulan apa saja. Jadi, petani dapat merencanakan kapan mulai tanam biar petani mendapat hasil yang cukup tinggi, paparnya.
“Masyarakat agar selalu belanja bijak dan cerdas yaitu jika ada lonjakan harga pada produk yang ingin dibeli, maka diganti dengan produk lain yang kegunaannya sama. Ini merupakan penstabil harga secara otomatis,” tandasnya.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bambang Agus Suwignyo mengatakan, pemkot telah berupaya mengendalikan inflasi di bulan Agustus. Salah satunya dengan mengintervensi harga jual daging ayam potong. Dimana saat ini sudah berada di bawah Rp30 ribu per kilogram. Selain daging ayam potong, daging ayam buras dan telur ayam ras juga mengalami penurunan.
“Insyaallah tidak akan terjadi inflasi yang sangat tinggi, tentu ada upaya yang kita lakukan. Yakni, memonitor terus harga komiditi di pasaran oleh OPD terkait, melakukan operasi pasar bila terjadi kenaikan harga dengan drastis, memasok bahan komoditi dengan mendatangkan produk luar daerah ke Probolinggo untuk menstabilkan harga,” tambahnya. [wap]

Tags: