Daihatsu Siap Bekerjasama Tanpa MoU

Foto _tamDindik Jatim, Bhirawa
Dunia otomotif merupakan salah satu bidang keahlian yang paling diminati pada pendidikan kejuruan di Jatim. Hal ini berhasil menarik sejumlah perusahaan otomotif untuk ikut andil di dalamnya. Berbagai tawaran pun diterima, diantaranya dengan melakukan singkronisasi kurikulum antara sekolah dan industri.
Setelah bulan lalu Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Astra Honda Motor, kini kerjasama kembali dibangun dengan PT Daihatsu dalam program pintar bersama Daihatsu. Kepala Dindik Jatim Harun menyambut baik tawaran ini. Sudah ada 100 kepala SMK se Jatim yang tertarik mengikuti program ini.
“Mau tidak mau, SMK harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri. Ini agar mereka tidak ketinggalan teknologi otomotif yang berkembang di pasar saat ini,” tutur Harun saat membuka sosialisasi program pintar bersama Daihatsu di SMKN 1 Singosari, Malang, Kamis (22/1).
Harun menegaskan, singkronisasi kurikulum dengan industri akan memberi banyak manfaat. Diantaranya pelatihan untuk guru, kesempatan magang dan sertifikasi guru sebagai asesor.
Division Head PT Astra Daihatsu Motor Arie Junaidi mengungkapkan, sudah banyak perusahaan otomotif yang melakukan kerjasama dengan SMK melalui sebuah MoU. Namun, pihaknya ingin membuat kerjasama tanpa sebuah MoU.
“Banyak MoU yang dibuat antara SMK dengan perusahaan. Tapi tidak banyak yang berhasil sesuai target. Siapa yang mau dengan cara kami ini?,” kata dia.
Dengan pertanyaan itu, Ari ingin menegaskan bahwa kerjasama yang ingin dia bangun tidak main-main. Jika sekolah mau menerima kerjasama ini, pihak Daihatsu siap membiayai tiga program khusus. Diantaranya pelatihan guru di industri, pemagangan guru selama satu bulan di bengkel resmi dan sertifikasi guru sesuai standar industri.
“Kita menyasar guru agar manfaatnya bisa jangka panjang. Karena kalau siswa yang dilatih, maksimal tiga tahun mereka sudah keluar meninggalkan sekolah,” kata Arie.
Arie menegaskan, ukuran terakhir keberhasilan program ini adalah saat guru disertifikasi oleh industri. Sertifikasi ini dilakukan melalui sebuah ujian. “Yang diuji nanti bukan gurunya, tapi muridnya. Karena kita melatih mereka sebagai guru. Jadi ukuran keberhasilannya kalau siswanya paham dengan materi,” kata dia.
Kepala SMKN 1 Singosari Sali Rochani menuturkan, kerjasama ini selanjutnya dapat memunculkan guru-guru yang dijadikan sebagai asesor. Ini sekaligus menjadi kesempatan sekolah untuk menjadikan bengkel-bengkel sebagai tempat uji kompetensi. “Sebab untuk menjadi tempat uji kompetensi itu harus sesuai standar industri. Kita tidak bisa mengajukan sendiri,” pungkas dia. [tam]

Keterangan Foto : Kepala Dindik Jatim bersama Kepala SMKN 1 Singosari, Malang melihat kesiapan bengkel sekolah yang akan distandarkan sesuai tuntutan industri.

Rate this article!
Tags: