Dakwah dan Seni Profetik

Oleh:
Moh Mahrus Hasan
Pengurus Pesantren Nurul Ma’rifah Poncogati Bondowoso dan guru MAN Bondowoso

Nilai lebih dakwah melalui kegiatan seni adalah cara ini mampu menyentuh dimensi rasa dan kesadaran lebih dalam.Sebagai media dakwah, seni budaya mempunyai proyeksi yang mengarah pada pencapaian kesadaran keberagaman Islam yang pada gilirannya mampu membentuk sikap dan perilaku Islami. Sedangkan sebagai sasaran antara, dakwah Islamiyah diarahkan pada pengisian makna dan nilai nilai Islam yang integratif ke dalam segala jenis seni dan budaya yang akan dikembangkan.(KH. MA. Sahal Mahfudh: 1994)
Namun demikian, kita tidak boleh melihat seni semata mata sebagai alat dakwah, tetapi sebagai dakwah itu sendiri, sebagai hikmah, dan sebagai kebijaksanaan.Kalau seni hanya sekedar alat, tentulah kalau tujuannya sudah tercapai, alatnya boleh ditinggalkan. (Kuntowijoyo: 2001). Artinya, seniman akan berhenti berkarya jika pesan-pesan sosial kegamaannya sudah diterima oleh orang lain.
Lalu untuk apa berkesenian kalau tidak ada gunanya untuk dakwah? Kuntowijoyo memberikan jawaban bahwa kesenian yang merupakan ekspresi dari keislaman itu setidaknya punya tiga fungsi. Pertama, dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, tasbih, shadaqah, dan sebagainya bagi penciptanya dan penikmatnya. Kedua, dapat jadi identitas kelompok. Dan ketiga, dapat menjadi syiar (lambang kejayaan).
Pertama, seperti sering dikemukakan Sadali bahkan kesenian adalah tasbih, me-Maha Suci-kan Allah secara individual dan secara kolektif bagi umat Islam. Kedua, memberi identitas. Taqwa, iman, Islam, dan shaleh tidak dapat dirasakan orang lain, sebab itu merupakan pengalaman yang sangat pribadi. Dengan kesenian, orang lain akan ikut merasakan pengalaman itu. Dengan kata lain, kesenian membuat kongkret nilai-nilai yang semula abstrak itu. Ketiga, syiar. Kesenian adalah alat komunikasi yang paling demokratis. Tidak ada paksaan untuk menonton, mendengar atau menikmati. Melalui kesenianlah, dakwah menjadi sejuk, tidak dipaksakan, dan secara tidak sengaja. Jadi kesenian ada gunannya untuk dakwah, tetapi bukan sebagai alat.
Unsur Seni Profetik
Menurut Kuntowijoyo, seni harus mempunyai tiga unsur, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendental, yang disebutnya Visi Profetik; yaitu tugas kenabian (prophetic) dan kemanusiaan kita. Khusus untuk kesenian disebut seni profetik.
Humanisasi (memanusiakan manusia) adalah unsur pertama seni profetik. Kitab Suci menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna (ahsani taqwim), tetapi dapat jatuh ke tempat paling rendah (asfala safilin). Humanisasi diperlukan karena peradaban modern cenderung merendahkan derajat manusia dengan berbagai jalan, diantaranya teknologi, pasar, dan negara.
Unsur kedua adalahliberasi (pembebasan). Tema liberasi merupakan tema yang paling sering ditinggalkan (dilupakan) oleh seniman yang mengaku religius karena takut disebut kekiri-kirian dan radikal. Padahal, pembebasan dari penindasan dan ketidakadilan merupakan pesan yang sudah digaungkan agama semenjak awal. Lagi-lagi teknologi, pasar, dan negara dapat merendahkan martabat manusia, karena menjadikan manusia mengabdi.
Dan transendental (membawa manusia kepada Tuhan) merupakan unsurketiga. Dunia modern cenderung untuk melakukan desakralisasi dan sekularisasi sebagai akibat dari materialisme.
Seni Profetik dalam Karya Rhoma Irama
Rhoma Irama lahir di Tasikmalaya Jawa Barat, 11 Desember 1947 silam. Sosok yang akrab dipanggil Bang Haji ini kerapkali menyelipkan pesan sosial keagamaan dalam karyanya. Hal ini menjadi menarik karena aspek estetik dan etik diramu menjadi satu dalam sebuah karya seni. Dengan demikian, seniman dan da’i tidak dapat dipisahkan dalam diri Bang Haji, dan tidak banyak seniman yang sepertinya.
Ketiga unsur seni profetik itu sangat kental mewarnai karya-karya Bang Haji.Refleksi sosial muncul dalam lagu-lagu Bang Haji yang bernafas dakwah, yang tidak mengkritik secara eksplisit, tetapi memberi inspirasi. Lagu-lagu itu untuk menyuarakan kebenaran nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Seperti lagu “Perjuangan dan Doa”, menggiring pemahaman kita betapa usaha manusia dan doa saling melengkapi. Orang-orang modern cenderung pongah karena merasa segala usahanya ditentukan oleh kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Padahal, banyak faktor penentu kesuksesan yang tidak kasat mata, yang salah satunya adalah kekuatan doa.
Melalui lagu “135 Juta”, Bang Haji menyerukan agar seluruh suku bangsa di Indonesia bersatu karena bahasa dan bangsa kita satu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dan karena kebhinekaan memang sunnatullah dan “keputusan Ilahi”.
Resapilah lagu “Keramat”, maka kita akan disadarkan bahwa ibu adalah manusia satu-satunya yang menyayangi kita tanpa ada batasnya. Dan yakinlah bahwa tiada keramat yang ampuh di dunia kecuali doa ibu. Maka, “Bila Kau sayang pada kasihmu, lebih sayanglah pada ibumu. Bila Kau patuh pada rajamu, lebih patuhlah pada ibumu.”
Lagu “Hak Azasi” menyatakan dengan gamblang mengenai hak-hak asasi manusia (kebebasan berpolitik, berbicara dan beragama) asal tidak bertentangan dengan Pancasila. “Rupiah” adalah lagu yang mengingatkan bahwa sumber disharmoni antar manusia adalah uang, yang walaupun harus nyawa sebagai taruhannya. Lagu “Haram” berisi pesan-pesan mengapa hal-hal yang terkesan mengenakkan dan mengasyikkan itu dilarang. Jawabnya, karena kesemuanya itu bisa merugikan orang, seperti cara binatang, dan perangkap setan.
Bang Haji memasukkan ayat-ayat al-Qur’an dalam lirik-lirik lagu berjudul “La ilaha illah” yang mengandung ajaran tauhid (mengesakan Tuhan) dan mengajak manusia untuk menyembah dan memohon hanya kepada-Nya. Dan masih banyak karya-karya lainnya.
Mereka yang dekat dengan Bang Haji mengatakan, “Tujuan Oma adalah menciptakan lagu modern yang bersifat Indonesia, bermakna, dan menarik massa”. Bagaimanapun, banyak kepelikan penyampaian pesan dan kepentingan dakwah, bisa disampaikan oleh Bang Haji melalui karya seninya dengan bersahaja. Menyeru tanpa memaksa. Mengajak kepada kebaikan tanpa kekerasan. (William H. Frederick: 1997). Semoga berkah!

——— *** ———-

Rate this article!
Dakwah dan Seni Profetik,5 / 5 ( 1votes )
Tags: