Dam Ambrol, 364 Hektare Lahan Pertanian Terancam Gagal Panen

Warga bergotong-royong secara swadaya membuat tanggul dari bebatuan dalam karung dan ranting pepohonan untuk membelokkan arus Sungai Wonosalam agar bisa mengalir ke saluran sekunder dan tersier, Selasa (24/2).

Warga bergotong-royong secara swadaya membuat tanggul dari bebatuan dalam karung dan ranting pepohonan untuk membelokkan arus Sungai Wonosalam agar bisa mengalir ke saluran sekunder dan tersier, Selasa (24/2).

Jombang, Bhirawa
Ratusan hektare lahan pertanian milik petani dari Desa Pulosari, Ngrimbi dan Nglebak Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang terancam gagal panen. Hal itu disebabkan oleh rusaknya saluran irigasi akibat longsor yang menerjang tiga dusun di Desa Pulosari sejak Kamis (19/ 2) lalu dan hingga Selasa (24/2) tak kunjung diperbaiki.
Ambrolnya dam yang dibuat pada 1940 silam diduga karena konstruksi bangunannya sudah tak mampu menahan derasnya debit air Sungai Wonosalam. Padahal dam sempat diperbaiki pada 2012 silam.
Ketua Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) Banjarjo Bareng, Suparianto mengungkapkan longsor terjadi di tiga titik di Desa Pulosari. Longsor tersebut menerjang Dusun Pulosari, Dusun Pulonasir dan Sumbermulyo yang berdampak pada tertutupnya saluran irigasi permanen. “Akibat saluran tertutup, membuat dam air di Sungai Sigetik di Desa Pulosari ambrol,”ujarnya ditemui di lokasi, Selasa (24 2).
Dikatakannya, irigasi permanen yang tertutup longsor tersebut berfungsi untuk mengairi ratusan hektare lahan pertanian. “Saluran irigasi yang tertutup itu menjadi tumpuan untuk pengairan sawah petani. Luasnya mencapai 155 hektare,” tandas Suprianto.
Padahal, kata pria yang juga Kaur Pembangunan Desa Pulosari, Kecamatan Bareng ini terdapat 209 hektare lahan pertanian yang terletak di Desa Pulosari, Nglebak dan Ngrimbi bergantung pada saluran irigasi ini. “Dampaknya ya ratusan hektare lahan pertanian terancam kering. Totalnya ada 364 hektare lahan yang terancam karena saluran irigasi rusak dan tidak berfungsi,” ungkap Suparianto.
Suti Rahayu (63), petani asal Desa Pulosari berharap, pemerintah daerah segera mengambil tindakan atas rusak dan tidak berfungsinya saluran irigasi di Desa Pulosari. “Sawah saya dan keluarga yang tergantung pada saluran irigasi ini sekitar 6 hektare. Kalau tidak segera diperbaiki, bisa-bisa musim ini tidak panen,” harap nenek 3 cucu ini.
Pernyataan senada dilontarkan Muhsin (60), petani asal Desa Ngrimbi, kecamatan Bareng. Luas lahan pertanian miliknya hanya 500 ru, namun dari lahan tersebut perekonomian keluarganya bergantung. “Mohon sampaikan ke bapak-bapak yang di atas agar segera menangani ini biar cepat selesai,” katanya saat ditemui di lokasi dam Sungai Sigetik di Desa Pulosari. [rur]

Tags: