Dampak Banjir Rugikan Petani Tuban Rp22,7 M

Salah satu lembaga pendidikan swasta di Kecamatan Merakurang yang selalu kena dampak luberan Avur Jambon ketika hujan lebat. (Khoirul Huda/bhirawa)

Salah satu lembaga pendidikan swasta di Kecamatan Merakurang yang selalu kena dampak luberan Avur Jambon ketika hujan lebat. (Khoirul Huda/bhirawa)

Tuban, Bhirawa.
Seringnya terjadi banjir bandang yang menyebabkan tanggul Avur Jambon di Desa Sumurgung Kecamatan Tuban jebol, selain merendam tanaman padi milik petani, serta merusak akses jalan yang berdampak pada kerugian, juga sejumla lembaga pendidikan terpaksa meliburkan sekolah membuat Pemkab Tuban berfikir keras mencarikan solusi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tuban, Dr. Budi Wiyana, M.Si menagku tidak akan membiarkan peristiwa tersebut terjadi terus menerus setiap tahunya dan segera ditangani, karena tidak bagus bagi masyarakat sekitar tanggul.
“Masalah Avur Jambon ada pada hulu, jika harus diperbaiki maka harus dari hulunya, karena perbaikan tersebut adalah bentuk daripada normalisasi dari Avur,” kata Budi Wiyana (24/2).
Pemkab juga berencana membuat waduk kecil untuk menampung air yang dari hulu agar tidak langsung mengalir secara langsung ke hilir. Sebab, kondisi tanggul saat menuju hilir justru semakin sempit. Makanya tanggul kerap kali jebol saat terjadi kiriman air akibat hujan baik dari Semanding, Grabagan ataupun Rengel.
Saat ini, Pemkab Tuban telah menganggarkan Rp4.8 M untuk tuntaskan persoalann banjir di Kecamatan Merakurak yang menjadi langganan banjair luapan Avur Jambon yang hulunya berada di kawaan Desa jadi Semanding.
“Anggaranya cukup besar, karena revitalisasi sungai ini permanen, bukan penangananan darurat seperti bronjong yang selama ini dilakukan,” kata Mantan Kepala Bappeda Kabupaten Tuban ini.
Adapun dana tesebut akan digelontorkan untuk pelebaran sungai jambon di Desa Kapu, mulai jembatan Mulung dekat lokasi jebol hingga sungai belakang Koramil Merakurak yang sudah lebih dahulu dilebarkan.
“Sungai itu seperti leher botol, makanya ini akan disesuaikan dengan merivitalisasi hingga dua meter. Jadi yang saat ini sekitar dua meter akan dilebarkan jadi empat meter,” jelas kata Budi.
Selain pelebaran  dari jembatan mulung ke barat, dari titik yang sama juga akan dibuatkan sudetan ke utara jembatan mulung yang akan mengalir ke Sugihwaras dan dibuang ke laut. “Dari anggaran yang ada itu khusus untuk sudetanya ini dianggarkan 1,8 M, “ katanya.
Sementara itu, dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupatèn Tuban, sebanyak 1.279 hektar area persawahan dari empat kecamatan yang terendam banjir, diantaranya Kecamatan Merakurak 69 hektar, Plumpang 380 hektar, Rengel 750 hektar, dan Kecamatan Palang 80 hektar.
Kerugian akibat banjir sebesar Rp 22,7 Miliar, jika asumsi kerugian perhektarnya Rp 15 juta. ”Akibat bencana alam ini kerugian petani cukup besar. Jika padi usia tanamnya semakin tua maka kerugian petani akan semakin besar, belum lagi dari kecamatan widang yang datanya belum masuk” kata Joko Ludiyono Plt BPBD Kabupaten Tuban (24/2).
Joko juga menghimbau masyarakat, agar waspada dan berhati-hati, karena prediksi dari Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Surabaya akan terjadi sampai bulan Maret 2016
”Masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan dan berlaku hati-hati. Karena ancaman bencana alam masih mengintai wilayah Tuban. Terutama untuk masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana seperti bajir, tanah longsor, maupun pohon tumbang,” terang Joko Ludiyono. (hud)

Tags: