Dampak Kunjungan Kerja Pejabat Daerah Pengaruhi Ekonomi Surabaya

Kabag Humas Surabaya M Fikser ketika menjelaskan dampak kunjungan kerja pejabat daerah terhadap perputaran ekonomi di Surabaya, Kamis (15/3).[andre/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Dampak kunjungan kerja yang dilakukan beberapa kota ke Pemkot Surabaya sepanjang 2017 dimanfaatkan oleh Pemkot Surabaya dengan mengajak para tamu untuk singgah ke stan-stan pelaku UKM, sentra PKL sekaligus mempromosikan tempat wisata yang ada di Kota Pahlawan.
“Jadi nanti, para tamu undangan sebelum atau sesudah studi banding dengan pemkot akan kami bawa ke tempat kuliner dan wisata yang ada di Surabaya. Kita akan terus lakukan peluang ini agar roda perekonomian meningkat,” ujar Kabag Hubungan Masyarakat (Humas) Pemkot Surabaya Muhammad Fikser di kantor Humas Pemkot Surabaya, Kamis (15/3).
Menurut Fikser, peluang ini harus segera dilakukan karena sepanjang 2017, total jumlah tamu yang datang ke Surabaya sebanyak 19.581 tamu. “Tentu ini memberikan dampak ekonomi yang luar biasa bagi Kota Surabaya dari segala lini,” ujarnya.
Menurut Fikser, banyaknya jumlah tamu yang berkunjung ke Surabaya tidak hanya membawa keuntungan bagi pelaku UKM dan sentra PKL, namun tempat penginapan (hotel) dan mal turut merasakan dampaknya. Utamanya, para tamu yang berasal dari luar Jawa Timur.
“Sebesar 36% tamu paling banyak mengunjungi Tunjungan Plaza, sedangkan tempat penginapan paling banyak di Hotel Simpang Dukuh sekitar 7,14%,” imbuh mantan Camat Sukolilo ini.
Pakar Statistik Institut Sepuluh November (ITS) Brodjol Sutijo menjelaskan banyaknya tamu yang datang untuk menimba ilmu di Surabaya diawali ketika pemkot berhasil mendorong pembangunan di sektor ekonomi dan sektor yang lain yang kemudian bergerak secara bersama-sama atau efek multiplier. “Hal ini yang kemudian membuat para tamu menilai Surabaya layak dijadikan tempat pembelajaran,” kata Brodjol.
Hal ini, lanjut Brodjol, yang kemudian dimanfaatkan oleh Pemkot Surabaya untuk mengajak para tamu singgah mencicipi kuliner khas Surabaya dan berwisata ke tempat-tempat bersejarah. “Secara otomatis, ini akan meningkatkan perekonomian warga dan Kota Surabaya sendiri,” ucapnya.
Lebih lanjut, untuk mengetahui presentase para tamu selama di Surabaya, Brodjol bersama tim melakukan survei menggunakan tiga konsep variabel penelitian yaitu, tingkat kepuasan, kegiatan kedinasan dan kegiatan non kedinasan.
Menurut Brodjol rata-rata tamu undangan dari kabupaten atau kota yang melakukan kunjungan kerja ke Pemkot Surabaya menyatakan puas dengan pelayanan yang telah disediakan. “Tingkat kepuasaan di mal mencapai 32,74%, kondisi kerajinan khas Surabaya (UKM) sebesar 77,93%, kondisi hotel sebesar 69,60% dan keramahan pemkot saat menyambut tamu sebesar 56,61%,” terang Brodjol.
Selain itu, kunjungan tamu dinas ke Pemkot Surabaya yang paling banyak berasal dari DPRD sebesar 21%, Diskominfo 12% dan instansi pemerintahan sebesar 18%.
Sedangkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya yang paling banyak dikunjungi oleh para tamu adalah Diskominfo sebanyak 1.241 orang dan Dinas Kesehatan sebanyak 655 orang. “Pada umumnya, para tamu lebih condong ke layanan publik dan teknologi informasi,” ungkapnya.
Sementara itu kegiatan non dinas yang paling banyak dikunjungi, di antaranya wisata kota tua sebanyak 40,08%, kuliner paling banyak disukai rawon sebesar 40,08%, gerai batik Mirota sebanyak 38% dan Taman Bungkul sebesar 51%.
“Khusus Batik Mirota masih harus diperjelas, apakah produsennya dari Surabaya atau tidak? Kalau dari Surabaya tidak masalah, tetapi kalau bukan dari Surabaya perlu dibicarakan ulang,” tegasnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, total jumlah tamu dari seluruh Indonesia yang telah belajar ke Pemkot Surabaya terhitung mulai 4 Januari hingga 3 Desember 2017 sebanyak 19.581. [dre]

Tags: