Dampak Virus Corona, Harga Empon – empon Naik

Salah satu penjual rempah-rempah di pasar besar Kota Pasuruan, Minggu (8/3). [Hilmi Husain/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Virus corona yang mulai melanda Indonesia, juga mempengaruhi harga empon-empon di Pasar Baru, Kota Probolinggo, yang sudah lamamenjadi jamu tradisional masyarakat,khususnyan masyarakat tradidional. Sejak sepekan terakhir, harga empon-empon merangkak naik.
Seperti diungkapkan salah seorang pedagang di Pasar Baru, Hj. Rafiah, yang lebih dari 10 tahun berjualan di Pasar Baru itu, sejak adanya virus corona, empon-empon mulai sulit ditemukan. Karenanya, harganya makin mahal. “Di sini (Pasar Baru) harganya mulai naik sekitar sepekan lalu,” ujarnya.
Harga temulawak dan kunyit biasanya hanya Rp 6.000 per kilogram, kemarin naik menjadi Rp 8.000 per kilogram. Harga serai yang biasanya Rp 8.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram. Jahe merah tembus Rp 50.000 per kilogram, padahal biasanya hanya RP 30.000 per kilogram. “Kenaikan itu sejak sekitar sepekan lalu,” ujarnya.
Sedangkan harga kunyit saat ini mencapai Rp 6 ribu per kilogram, dari sebelumnya yang hanya Rp 4 ribu per kilogram. “Harga jahe mahal banget saat ini. Sampai Rp 40 ribu, sebelumnya hanya Rp 18 ribu per kilogram.
Menurutnya, mayoritas pembeli meracik empon-empon menggunakan jahe merah. Sementara, barangnya mulai sulit dicari. “Hingga saat ini saya ngulak ini (jahe merah) tidak ada,” ujarnya sambil menunjuk stok jahe merah di lapaknya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Probolinggo Nurul Hasanah Hidayati menerangkan, sejauh ini belum ditemukan bukti atau penelitian secara ilmiahnya. Namun, empon-empon memberikan atau memperkuat sistem kekebalan daya tubuh.
Kepala DKUPP Kota Probolinggo Gatot Wahyudi mengatakan, adanya kenaikan harga bahan pokok itu masih tergolong wajar. Katanya, salah satu faktor naiknya harga sejumlah barang itu karena menjelang Ramadan.
Namun, pihaknya mengaku akan terus memantau agar kenaikan harga tidak terlalu tinggi. “Memang kenaikan harga barang ada. Tapi, masih dalam hitungan wajar. Yang menjadi faktor pemicu kenaikan itu salah satunya menjelang Ramadan. Namun, yang jelas tugas pokok kami, jangan sampai stok barangnya kosong,” tandasnya.
Sumini, salah satu penjual jamu keliling di Probolinggo mengatakan saat ini empon-empon seperti jahe, kunyit, sereh, kencur, dan rempah-rempah lain sudah mulai langka di pasar. Dia sendiri akhirnya terpaksa menaikkan harga jamu lantaran harga empon-empon tiba-tiba melonjak sejak beberapa hari terakhir. “Mulai hari ini terpaksa jamu harganya naik jadi Rp 2.500 per gelas kecil, dari sebelumnya Rp 2.000. Karena bahan-bahannya sudah pada naik karena ramai-ramai corona itu. Kemudian gula kan juga sekarang sudah naik,” tambahnya.
Di Pasuruan
Sementara itu, di Kota Pasuruan harga jahe, kunyit dan laos merah mulai diburu pembeli. Tingginya minat pembeli, karena rempah-rempah Jawa tersebut diyakini bisa mencegah infeksi virus corona. Pantauan di pasar besar Kota Pasuruan, Minggu (8/3), jahe, kunyit serta laos merah naik Rp 5.000 per kilogram. Jahe dan kunyit sebelumnya Rp 35.000 per kilogram, naik menjadi Rp 40.000 per kilogram untuk laos merah dari Rp 15.000 per kilogram saat ini naik menjadi Rp 20.000 per kilogram.
Tingginya pembeli, membuat stok pasokan rempah-rempah di pasaran sangat berkurang. Sehingga harga per kilogram-nya naik. “Dalam tiga hari ini, rempah-rempah Jawa sangat di cari masyarakat. Tentunya, pasokan berkurang dan harganya pun merangkak naik drastis. Katanya pembeli, untuk penangkal virus corona,” ujar Sariyah, pedagang rempah-rempah di pasar Besar Kota Pasuruan.
Tentu saja, peningkatan pembeli berpengaruh pada pendapatan pedagang. Dalam sehari, keuntungan bersih dari penjualan rempah-rempah bisa mencapai Rp 200-300 ribu. “Keuntungannya sangat melimpah. Ini berkah tersendiri bagi kami penjual rempah-rempah. Jualan saat ini sangat ramai,” diserbu warga, kata Sariyah.[wap,hil]

Tags: