Dana Penangulangan Bencana Kekeringan Kabupaten Tuban ”Menipis”

Drs. Joko Ludiono, M.Si Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penangulanagan Bencana Daerah (BPBD) Tuban.

Tuban, Bhirawa
Kemarau yang panjang dan krisis air bersih tahun ini, membuat anggaran dana penanganan bencana kekeringan di Kabupaten Tuban mulai menipis. Pada anggaran tahun 2018 dana penanganan bencana kekeringan dianggarkan sebesar Rp157 juta.
Pihak BPBD Tuban saat ini berupaya agar anggaran dari APBD tersebut mampu bertahan hingga awal November, karena prediksi BMKG menjadi akhir kekeringan atau awal musim penghujan. “Kami selalu antisipasi supaya tidak kehabisan dana seperti Kabupaten Lamongan,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penangulanagan Bencana Daerah (BPBD) Tuban ,Drs. Joko Ludiono, M.Si (18/10).
Joko juga menjelaskan penggunaan dana ratusan juta untuk dropping air bersih tersebut, pertama kali digunakan di Desa Genaharjo, Kecamatan Semanding pada 10 Juli 2018 lalu. Waktu itu hasil survei tim ditemukan 26 desa, di 7 kecamatan di Bumi Wali terdampak kekeringan.
Tepat pada 17 Oktober lalu, jumlah titik kekurangan air bersih melonjak drastis menjadi 50 desa di 11 kecamatan. Sekalipun dana penanganan kekeringan masih cukup, tapi dropping air telah memasuki gelombang kesembilan.
“Itulah kenapa kita buat dropping air ini bergelombang,” terang mantan Camat Grabagan ini.
Pada akhir bulan ini, mantan ajudan Bupati Hindarto ini akan menghitung kembali kebutuhan biaya dropping air. Ada dua alternatif untuk mendapatkan sokongan dana penanganan kekeringan, dengan catatan Bupati Tuban mengeluarkan surat pernyataan tanggap darurat sebagai pintu pembuka penggunaan dana tak terduga maupun dari BPBD Provinsi Jatim.
Kekeringan yang terjadi di Bumi Wali ini juga melanda wilayah di seluruh Jatim. Lebih tepatnya kekeringan tahun ini panjang bukan meluas.
BMKG menyebutnya kekeringan klimatologi, karena tidak ada dampak fenomena El-Nino seperti yang terjadi di sepanjang tahun 2015 silam.
“Kendati demikian, dampak kekeringan klimatologi ini nyaris sama dengan dampak El-Nino kuat,” terang pria yang hoby main Golf ini.
Di awal musim hujan nantinya, BPBD khawatir disaat tanah kondisinya kering kemudian turun hujan akan ada material yang terbawa. Seperti dua hari yang lalu di Desa Selogabus, Kecamatan Parengan, hujan rintik-rintik langsung diikuti angin kencang atau puting beliung. Dampaknya tujuh rumah rusak ringan, pos kamping dan tembok SD roboh.
Guna mengantisipasi di daerah lain, BPBD senantiasa dengan 20 Pemerintah Kecamatan untuk waspada menghadapi runtutan dampak kekeringan. Sekalipun prediksi BMKG hujan di Tuban tidak sampai 300 Milimeter (Mm), tapi karena kondisi tanah kering menjadikan material terbawa saat banjir, maupun angin kencang.
“Mari kita jadikan perhatian bersama khususnya wilayah yang rawan bencana,” tambah pria berkacamata bening.
Untuk diketahui, data BPBD Kabupaten Tuban, terdapat 11 Kecamatan yang terdampak kekeringan klimatologi, meliputi Kecamatan Semanding, Grabagan, Soko, Parengan, Montong, Bangilan, Singgahan, Senori, Jatirogo, Rengel, dan Kerek. Lebih dari 18 ribu Kepala Keluarga (KK), terus didropping air untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.(Hud)

Tags: