Dapat Tambahan Kuota, Sekolah Belum Akreditasi Jadi Prioritas

foto ilustrasi

Sekolah Diminta Menyiapkan Proses Akreditasi Secara Berkala
BAP S/M Jatim, Bhirawa
Menjelang penutup akhir tahun, Badan Akreditasi Provinsi Sekolah Madrasah (BAP S/M) mendapat tambahan kuota untuk menuntuskan Seribu lembaga yang belum melakukan akreditasi. Rinciannya, 213 lembaga SLB, 20 SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama) dan 777 jenjang SD/MI.
Sekretaris BAP S/M Jatim, Muji Raharjo menuturkan, tahun ini Jawa Timur kembali mendapat penambahan kuota seribu lembaga dari 1.500 lembaga yang diajukan untuk proses akreditasi. Sementara sisanya, 500 lembaga, 200 sekolah diantaranya telah mengisi daftar isian akreditasi (DAI) yang belum tervisitasi untuk mendapat rekomendasi perpanjangan akreditasi. Di tahun 2020, lembaga ini akan mendapatkan prioritas untuk dilakukan akreditasi. Sedangkan 300 lembaga lainnya, beberapa sekolah banyak yang sudah tutup dan ada yang tidak siap.
“Kami harapkan bisa tuntas. Karena dari sasaran target 9 ribu lembaga ini yang baru bisa tercapai 7.085 sekolah. Dan kami fokus untuk memprioritaskan sekolah yang belum terakreditasi,” ungkapnya.
Muji mengatakan, untuk jenjang SMA/SMK akreditasi sudah tuntas. Berbeda dibanding SLB yang kebanyakan belum melakukan akreditasi dan yang lama habis akreditasi lebih dari dua tahun. Sedangkan untuk SD/MI ada sekitar 15% yang belum pernah melakukan akreditasi.
“SD/MI relatif (belum pernah akreditasi) tidak terlalu banyak. Kamia memang menuntaskan sekolah yang belum pernah sama sekali ikut akreditasi,” ujarnya.
Dalam proses akreditasi, kata Muji, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan oleh sekolah. Diantaranya, persiapan proses akreditasi yang harus dilakukan secara berkala. Hal ini akan mempengaruhi penilaian akreditasi. Sebaliknya, jika persiapan dilakukan secara mendadak hal itu akan menjadi masalah dan kendala bagi sekolah.
“Dalam konteksnya akreditasi ini kan menilai ketercapaian standart dalam lembaga. jadi seharusnya sekolah dalam menyiapkan akreditasi harus berkala. Tapi kadang – kadang banyak sekolah yang lengah dan cenderung meremehkan. Akhirnya ini jadi masalah,” terang dia.
Di samping itu, sambung Muji, beberapa standart juga sering terlewatkan oleh sekolah. Misalnya, standart sarana prasarana, administrasi pembelajaran yang belum memadai, standart Tenaga Pendidik (Tendik) dan standart tenaga khusus seperti pustakawan, penjaga sekolah dan laboran. ”Hampir di banyak sekolah ini tidak memiliki itu. Padahal itu menjadi persyaratan khusus dalam akreditasi,” urainya.
Dalam menuntaskan akreditasi ini, BAP S/M menurunkan 353 tim asesor. Sebanyak 259 orang asesor untuk akreditasi SD/MI, 84 orang asesor untuk SLB dan 10 orang asesor untuk SPK. [ina]

Tags: