Dari Apartemen Metropolis Diamankan 19 WNA Ilegal

foto ilustrasi

foto ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Keberadaan apartemen di Surabaya yang kian meningkat masih dimanfaatkan Warga Negara Asing (WNA) untuk singgah. Tak hanya di hunian tergolong menengah keatas saja yang dijadikan tempat tinggal, di perkampungan pun ditemukan adanya WNA tinggal.
Setiap kali razia, tak sedikit WNA yang diamankan oleh petugas gabungan dari Pemkot Surabaya. Mereka didata, jika tidak memiliki dokumen lengkap atau penyalahgunaan visa sanksinya hingga dideportasi.
Namun, kondisi di lapangan tak membuat jera bagi WNA. Pasalnya, pada Rabu (19/10) malam, petugas masih menemukan WNA yang tinggal di apartemen. Alhasil, 19 WNA yang tinggal di apartemen Metropolis diamankan untuk didata lebih lanjut. Jadwal, Kamis (20/10) malam, petugas berencana menyisir apartemen Gunawangsa yang diduga dihuni oleh WNA.
“Nanti malam (Kamis, red) petugas akan menyisir apartemen Gunawangsa. Dari 19 orang asing yang tinggal di apartemen Metropolis, satu diantaranya masih dimintai keterangan di Imigrasi karena tidak mempunyai dokumen administrasi yang lengkap. Sehingga mereka (WNA, red) kesini untuk apa masih belum jelas,” kata Kepala Bakesbangpol Linmas Kota Surabaya Soemarno saat ditemui Harian Bhirawa di ruang kerjanya, Kamis (20/10) kemarin.
Dengan demikian, lanjut Soemarno, Pemkot akan mendalami apakah memang betul WNA itu bekerja dan bekerja di alamat yang jelas. Sebab, kenyataannya di lapangan alamat WNA bekerja itu kosong. “Dalihnya seperti itu. Nah, modus itu yang akhir-akhir ini dilakukan,” jelasnya.
Menurut dia, keberadaan WNA tersebut  paling banyak dari Negara Cina dan masih belum lama menempati di apartemen Metropolis. Selain tinggal di apartemen, WNA juga bertempat tinggal di hotel, di mess, hingga perkampungan.
“Sebetulnya tiga tahun yang lalu kami sudah mengundang semua pengelola apartemen,” ujarnya.
Selain apartemen, ia juga mengimbau kepada seluruh pengusaha hiburan malam jika kedapatan memperkerjakan orang asing segera melapor ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Demikian pula dengan Dinas Pendidikan (Dindik) dan juga Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk memastikan lembaga yang memperkerjakan orang asing benar adanya.
“Kadang-kadang mereka (WNA, red) mengatasnamakan dia itu kesini kunjungan wisata. Tapi kenyataannya melakukan seminar kesehatan. Dari pihak Dinkes waktu ditanya memang tidak ada izinnya,” katanya.
Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya terus menjaga dan mengawasi keberadaan orang asing. “Jangan sampai ada kebohongan dan penipuan dalam praktik seperti itu. Karena didalam seminar tersebut ada peserta dari warga Surabaya yang minat,” jelasnya. (geh)

Tags: