Dari Daerah Penyumbang TKI Menjadi Destinasi Wisata

Potensi wisata bahari Pulau Bawean perlu didukung dengan promosi dan sarana transportasi serta  insfrastruktur pendukung lainnya untuk menarik wisatan berkunjung ke bawean.

Potensi wisata bahari Pulau Bawean perlu didukung dengan promosi dan sarana transportasi serta insfrastruktur pendukung lainnya untuk menarik wisatan berkunjung ke bawean.

Menyentuh Keperawanan Wisata Bahari Pulau Putri (3 – habis).

Pulau Bawean sungguh menyimpan potensi wisata bahari yang  komplit. Memiliki pantai, laut, dan beberapa pulau kecil adalah potensi wisata alam yang menunggu sentuhan. Di luar itu, ada wisata kuliner, terutama bagi para penggemar sea food. Beberapa jenis ikan laut nan segar dapat dinikmati di pulau ini.
Dari aspek wisata budaya, Bawean juga  banyak menyimpan hazanah seni budaya tradisional yang benar-benar menjadi pusat perhatian para budayawan, baik lokal maupun asing. Di bidang seni suara, musik, dan tari, Bawean mempunyai banyak ragam tarian yang menarik seperti Mandiling, Samman, Korcak, Kercengan, Gelipang, Jibul, Dhungka, Zamroh, dan Hadrah.
“Bawean juga memiliki sejumlah desa penghasil produk kerajinan tangan dan makanan khas yang dapat menjadi buah tangan ketika berkunjung ke pulau tersebut. Hanya sayangnya potensi yang luar biasa ini masih belum bisa mengangkat martabat masyarakat Bawean,” kata tokoh masyarakat Bawean Yahya Zaini.
Indikasi paling mudah lanjut Yahya adalah masih banyak masyarakat yang memilih pergi keluar negeri menjadi TKI. Pulau Bawean memang lebih dikenal sebagai daerah pengirim tenaga kerja Indonesia (TKI) dibandingkan sebagai daerah tujuan wisata. Sebagian besar TKI asal Bawean bekerja di Malaysia, Singapura, Australia, dan Taiwan. Bahkan diperkirakan ada sekitar 70 persen warga (laki-laki) Bawean bekerja merantau sebagai TKI ke luar negeri. Karena sebagian besar penghuninya perempuan inilah kemudian Pulau Bawean juga dikenal sebagai pulau Putri.
Menurut politisi Partai Golkar ini, Bawean menunggu untuk dipoles dan dikelola dengan optimal agar dapat menarik kunjungan wisatawan.
Ketua Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia Jatim, Daniel M Rosyid mengatakan Bawean adalah pulau yang dikelilingi lautan luas. Oleh karena itu, Bawean banyak memiliki terumbu karang yang sangat indah. Salah satunya adalah terumbu karang yang ada di sekitar perbatasan antara desa Kepuh Legundi dan Pulau Gili.
”Terumbu karang ini semakin eksotik dengan banyaknya ikan hias dan penyu yang berenang di sana,” kata dosen ITS Surabaya ini. Menurut Daniel, konon, ada 10 spesies ikan yang tidak ada di lautan lain di dunia kecuali di Bawean. Selain itu, Bawean juga merupakan tempat penghasil hewan-hewan laut yang harga jualnya sangat mahal seperti kinglobster, ikan tiger, kerapu super dan lain yang pasarnya mampu menembus pasar ekspor dunia. Terkait keinginan untuk mengembangkan potensi Wisata di Bawean, Daniel mendesak pemerintah agar  menjamin kepastian akses transportasi yang reguler ke Pulau Bawean agar memudahkan turis datang.
Hal lain yang harus diperhatikan, menurut Daniel, adalah kelestarian lingkungan. Pemerintah harus memberlakukan sistem zonasi perairan agar ada kejelasan titik-titik yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi dan yang dilarang dimanfaatkan demi kepentingan konservasi.
Kawasan Kepulauan Bawean di Kabupaten Gresik memiliki potensi menjadi destinasi wisata bahari unggulan di Jawa Timur. Bawean tidak hanya memiliki cagar alam dan satwa endemik, tetapi juga kaya akan biota bawah laut dan ragam kearifan lokal. Namun, minimnya promosi, infrastruktur, dan sarana transportasi membuat pulau ini belum dilirik wisatawan.
Erfan (30), nelayan di Desa Teluk Jati Dawang, Pulau Bawean, mengungkapkan, wisatawan yang datang ke Bawean untuk menyelam atau sekadar snorkeling sangat jarang. Erfan berharap, Bawean dapat dipromosikan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Timur.
“Jadi, nelayan juga ada tambahan penghasilan dari menyewakan perahu kepada turis yang mau menyelam atau sekadar jalan-jalan ke pulau lain,” katanya.
JLB, Mengintegrasikan Potensi Wisata Bawean
Keberadaan Jalan Lintas Bawean (JLB) yang menghubungkan titik-titik wisata di pulau Bawean menjadi modal untuk mengembangkan semua potensi yang ada di Pulau Bawean. Hanya dengan menelusuri JLB, wisatawan sudah bisa menemukan lokasi-lokasi wisata baik wisata pantai, kuliner hingga wisata religius.
Merujuk data dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Gresik, JLB yang mengitari Bawean sepanjang 54 kilometer ini melintasi dua kecamatan di Bawean yakni Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Rinciannya, terbagi dalam tiga ruas, yakni  ruas Sangkapura – Tambak (lingkar Timur) sepanjang 25 kilometer, ruas Tambak – Diponggo sepanjang 8 kilometer dan  ruas jalan Diponggo-Sangkapura sepanjang 21 kilometer.
Memang, menurut pengalaman Bhirawa kondisi JLB ini masih harus dikembangkan lebih lanjut, bukan saja dari aspek lebar jalan tetapi juga dari aspek kualitas jalan.
“Di beberapa ruas jalan, JLB juga masih rawan terjadi musibah longsor.” jelas Yusuf. Bahkan lanjut Yusuf dalam waktu yang belum lama, JLB sempat macet total gara-gara longsor.
“Ada batu besar yang menggelinding dan berhenti tepat ditengah jalan. Praktis akses jalan JLB tertutup saat itu,” jelas Yusuf lagi.
Keberadaan jalan ini meskipun tidak sebesar jalan yang ada di Pulau Jawa sudah cukup untuk menunjang pengembangan Pulau Bawean
“Dengan tersambungnya JLB ke seluruh Bawean. Ibaratnya kalau bingung jalan ikuti saja rute JLB ini pasti akan kembali ke tempat semula,” tambah Yusuf sambil tertawa. Selain dukungan insfrastruktur JLB yang memudahkan wisatawan untuk menikmati semua potensi wisata di Bawean, mulai awal tahun 2016 ini, Bandara Harun Thohir di Bawean juga sudah mulai beroperasi.
Kepala Unit Pelaksana Kelas III Bandara Trunojoyo yang  membawahi Bandara Harun Thohir Pulau Bawean, Wahyu Siswono  menjelaskan penerbangan rutin yang berlaku saat ini menuju ke Pulau Bawean hanya dilakukan setiap Selasa dan Kamis dengan maskapai PT Airfast Indonesia dari Bandara Internasional Juanda Surabaya.
Terkait tarif yang berlaku, Wahyu mengaku berpedoman Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 194 Tahun 2015 tentang tarif angkutan udara perintis pada 2016, yakni tarif penerbangan dari Surabaya ke Bawean adalah Rp 302.200, sedangkan penerbangan sebaliknya dari Bawean ke Surabaya sebesar Rp 244.200.
Sebelum ada Bandara Harun Thohir, untuk menuju Pulau Bawean yang berjarak sekitar 128 kilometer dari Pelabuhan Gresik, pengunjung dapat menggunakan kapal penyeberangan KMP Gili Iyang dengan waktu tempuh delapan jam, serta kapal cepat KM Express Bahari dan KM Natuna Express, masing-masing dengan waktu tempuh 3 – 4 jam. Transportasi laut ini beroperasi setiap hari secara bergantian.
Sementara untuk melayani transportasi saat sudah berada di Bawean khususnya angkutan umum masih sangat minim. Sehingga kalau tidak membawa kendaraan sendiri wisatwan juga dapat menyewa sepeda motor mulai dari Rp45 ribu – Rp60 ribu Di sini juga dapat menyewa kendaraan roda empat beserta sopirnya sebagai guide dengan biaya sekita Rp550 ribu. Fasilitas penginapan di sana sudah cukup banyak, dari mulai cottage-cottage, motel, hingga hotel dengan tarif Rp 250 ribu semalam.
Dikonfirmasi terpisah kata Bupati Gresik Sambari Halim mengatakan, kendala utama untuk mengembangkan pariwisata Bawean adalah sarana transportasi. Meskipun saat ini sudah beroperasi Bandara Udara Harun Tohir di Bawean namun kapasitas angkutnya yang kecil membuat mobilitas  warga maupun wisatawan lebih mengandalkan transportasi laut. Hanya sayangnya, transportasi laut masih sangat bergantung pada kondisi cuaca.
“Saat musim angin besar pada Januari atau Agustus, transportasi laut jadi seret,” kata Sambari. Ketika ditanyakan terkait pengembangan dan perbaikan kondisi JLB, Sambari menegaskan bahwa dari sisi anggaran anggaran sebenarnya sudah disiapkan, tapi perbaikan Jalan Lingkar Bawean  ini tidak bisa dilakukan dengan cepat dan serentak.
“Penyebabnya, karena terbatasnya transportasi laut untuk mengangkut material,” kata Sambari lagi. Ia mengungkapkan, kapal tidak bisa mengangkut paving dalam jumlah besar sekaligus. sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk perbaikan seluruh JLB yang rusak.
“Ini masalah kita bersama, tapi sebenarnya ini juga adalah peluang bagi warga Bawean untuk memproduksi paving di Bawean, agar perbaikannya bisa berjalan,” tegasnya.  (Wahyu Kuncoro)

                                                                                                                    ———– *** ———–

Tags: