Dari Melawan Menjadi Berkawan

Suyoto

Suyoto

Suyoto
Menjadi daerah rawan bencana bukanlah pilihan, namun apa dikata ketika topografi wilayah telah menakdirkan sebagai daerah dengan potensi banyak bencana baik di musim kemarau dan penghujan.
Dan inilah yang terjadi di Bojonegoro.  Namun sebagai manusia tak harus berpasrah diri, tanpa melakukan sebuah  ikhtiar agar bencana ini tak selamanya membawa kerugian dan korban.
Itulah yang dilakukan Bupati Bojonegoro Suyoto selama memimpin daerah rawan bencana ini.
Dikatakan Kang Yoto, panggilan karibnya, akhir 2007 banjir hebat pernah memporak-porandakan seluruh Bojonegoro.  Wilayah kota yang dalam sejarah tak pernah tersentuh banjir luluh lantak tak kuasa menahan limpahan air. Denyut nadi kehidupan berhenti sejenak.
“Pemkab seperti kebakaran jenggot melihat air yang mengalir deras yang perlahan merendam daerah-daerah di dalam kota. Bingung, panik, kalut menggantung di semua benak warga Bojonegoro,” ungkap Kang Yoto.
Dikatakan Kang Yoto, itu adalah sepenggal kisah kelam Bojonegoro sebelum 2009 di mana belum ada satupun kebijakan dan tata kelola bencana diterapkan di daerah yang menjadi langganan banjir tahunan ini.
Kang Yoto yang mulai menduduki jabatan di awal 2008 menjadikan banjir akhir 2007 sebagai pembelajaran yang sangat berarti dalam menata masa depan Bojonegoro. Prinsipnya bagaimana tata kelola informasi dan bencana harus menjadi hal yang mutlak untuk meminimalisir kerugian bahkan meniadakan korban jiwa.
“Bukan perkara gampang merumuskan tata kelola bencana, pemerintah harus tepat dan cerdas menentukan indikatornya,” tuturnya.
Berkaca dari kejadian di akhir 2007 dan awal 2008 serta banjir pada 2010 di Kecamatan Kanor, Kang Yoto bersama dengan seluruh lintas vertikal akhirnya menentukan beberapa indikator untuk mengelola bencana banjir.
“Yang utama adalah mengenali daerah baik posisi dan kontur serta jenis bencana yang rawan terjadi. Selain itu potensi bencana yang dominan terjadi serta proses terjadinya bencana. Setelah mengetahui semua latar belakang dan sejarah inilah Pemkab Bojonegoro aktif melakukan sosialisasi dan belajar bersama masyarakat,” terangnya.
Pengalamanlah yang membuat Bojonegoro pada akhirnya sukses mengelola bencana, bencana kekeringan melahirkan sistem tampungan air atau embung dan manajemen air, bencana banjir memunculkan ide gagasan paving, kolam renang dan batu bata. [bas]

Rate this article!
Tags: