Dari Menolong Tetangga, Kini Tamu 11 Negara Antri Berbagi Ilmu

Anna Rossi guru dari Inggris, rela menularkan ilmunya selama satu satu bulan gratis di Kampoeng Sinau.

Anna Rossi guru dari Inggris, rela menularkan ilmunya selama satu satu bulan gratis di Kampoeng Sinau.

Melihat Kampoeng Sinau
Kabupaten Sidoarjo, Bhirawa
Bermula dari menolong satu anak tetangga untuk belajar bahasa Inggris dan menanamkan budi pekerti, sekarang sekolah informal ini  mempunyai 600 siswa SD, SMP, SMA dan SMK. Menariknya ternyata 11 guru relawan dari luar negeri selalu antri untuk berbagi ilmu.
Karena selalu yakin dan sabar, serta istikomah yang mendalam, akhirnya pada 2006 terwujudlah Kampoeng Sinau di Desa Siwalanpaji, Buduran.  Itulah penuturan Muhammad Zamroni pendiri  Kampoeng Sinau  saat forum KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) dari Kecamatan Taman berkunjung di KIM Melati Desa Siwalanpanji, Rabu (28/10) kemarin.
Pria yang akrab dipanggil Pak Zam, menceritakan ihwal munculnya Kampoeng Sinau, tempat pembelajaran informal yang popular di Sidoarjo ini. Awalnya dia dimintai tetangga agar mengajari anaknya pelajaran bahasa Inggris. Dalam beberapa hari, tak disangka ternyata ada sekitar 7 anak yang minta diajari pelajaran bahasa Inggris. Karena kondisi ruang tamu rumah orangtuanya yang tidak memadai, akhirnya meja dan kursi terpaksa harus dipinggirkan.
Setelah meja dan kursi dipinggirkan, ternyata tidak cukup menampung jumlah siswa yang terus bertambah. Akhirnya meja kursi ditaruh di dapur. Begitu ada ruang kosong/gudang juga menjadi sasaran untuk ditempati anak-anak belajar, berbagi ilmu dan pengalaman. Dalam beberapa bulan, peminat  belajar semakin bertambah. Kondisi rumah sudah tidak muat lagi menampung jumlah siswa. Pak Zam pun kena damprat orangtua karena rumahnya dipenuhi anak-anak. “Saya pun sadar, marahnya orangtua adalah marah yang mendidik,” ungkap pria kelahiran 10 Agustus 1979 ini.
Ketika pergi ke Malang dan makan siang di suatu tempat yang menggunakan sistem gazebo, dari situ dia mulai terpikir mungkin anak-anak akan belajar di tempat seperti ini agar lebih nyaman. Inspirasi gazebo tersebut akhirnya diwujudkan di halaman rumah orangtuanya. Dan ternyata benar, anak-anak senang sekali hingga pembangunan gazebo terus berkembang ke seluruh halaman dan belakang rumah. “Dan terus berkembang, akhirnya halaman rumah-rumah tetangga ikut jadi sasaran, tentunya setelah mereka juga setuju. Sekarang satu gang di sekitar rumah terpakai gazebo semuanya,” jelas alumnus Ponpes Al Fallah Ganjaran Gondhang Legi Malang.
Oleh karena itu, banyak orang menyangka kalau tempat itu sebagai Pujasera, atau  kafe, sekaligus sebagai tempat pembelajaran. Yang membuat anak-anak kerasan, karena suasananya diperlakukan seperti di rumah sendiri. Selain belajar, juga terciptalah beberapa komunitas, termasuk juga mengaji, bahkan mengaji kitab kuning. “Anak-anak juga bisa belajar huruf Arab yang tanpa ada harakatnya alias huruf gundul,” ungkap Zamroni.
Sekarang ini sudah banyak sekali ektra-ekstra yang sudah berjalan dengan baik, di antaranya fotografi, kaligrafi, jurnalistik, teater, tari tradisional, nature club dan english debate serta english speech. Adapun guru-gurunya merupakan alumni dari  Kampoeng Sinau sendiri. Yang tidak disangka, setiap bulan ada sekitar 11 guru dan relawan dari luar negeri antri ingin membagi ilmunya secara gratis. “Hasilnya anak-anak juga banyak yang belajar di luar negeri, seperti Singapura, Philipina, Makau, Spanyol dan lainnya,” jelas Zamroni lagi.
Pembina KIM Melati yang juga Kasubag P3M Humas dan Protokol Pemkab Sidoarjo Muhammad Rofik S Sos, mengatakan kalau pembentukan KIM ini sangat berdampak baik untuk desa-desa. Karena bisa menumbuhkan potensi desa, selain itu juga bisa memberikan tingkat kecerdasan masyarakat, menggali potensi desa. Selain itu juga dapat menginformasikan, mempromosikan segala produk-produk usaha kecil yang ada di desa sekitarnya. “Baik yang bersifat wirausaha/bisnis, bahkan sampai yang sosial kemasyarakatan,” katanya.
Sedangkan, ketua rombongan dari Kecamatan Taman, Kasi Ekonomi Hari Subagiyo mengatakan kalau pihaknya juga ingin mendirikan KIM. Dari 24 desa/kelurahan yang ada, sekitar 20 orang wakilnya sengaja dibawa kesana untuk menimba ilmu. Karena KIM Melati sudah lama terwujud dan berhasil. “Kampoeng Sinaue ini menarik sekali,” jelas Hari Subagiyo. [Achmad Suprayogi]

Tags: