Dari Sidang Doktor Sukaryantho, Kepala Cabang Dindik Jatim di Surabaya

Dr Sukaryantho MSi usai mengikuti ujian program doktoral di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untag Surabaya dan mendapat predikat sangat memuaskan, Kamis (29/12). [adit hananta utama]

Dr Sukaryantho MSi usai mengikuti ujian program doktoral di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untag Surabaya dan mendapat predikat sangat memuaskan, Kamis (29/12). [adit hananta utama]

Dua Pencapaian Hidup Terbesar Diraih dalam Sepekan
Kota Surabaya, Bhirawa
Pencapaian hidup paling berarti didapatkan Dr Sukaryantho MSi di penghujung  2016. Setelah dipercaya menduduki jabatan sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim di wilayah Surabaya, Sukaryantho kembali menggenapi masa studi program doktoralnya di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. Hebatnya, kedua pencapaian itu diraihnya dalam tempo kurang dari sepekan.
Satu ketukan paku di padel menandai gelar doktor menempel di nama Sukaryantho. Setelah kurang lebih 90 menit menjawab pertanyan dewan penguji yang berasal dari berbagai latar belakang, Sukaryantho dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
“Saya bersyukur masih mendapatkan nikmat dari Allah berupa kepercayaan diamanahi menjadi Kepala Cabang Dindik Kota Surabaya sekaligus bisa merampungkan program doktor ini,” kata dia usai mengikuti ujian doktor di Graha Wiyata Untag, Kamis (29/12).
Meski tergolong cukup lama dalam menyelesaikan masa studinya, Sukaryantho mengaku cukup lega. Dengan berbagai hambatan, dia harus menunda kelulusannya hingga enam tahun. “Tapi prinsipnya, belajar tidak mengenal kata puas. Belajar harus terus tidak boleh berhenti. Ini bisa menjadi inspirasi bagi keluarga saya dan orang-orang di sekeliling saya,” tandasnya.
Dalam disertasinya, Sukaryantho mengulas tentang evaluasi kebijakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Surabaya. Dia melihat SMK di Surabaya telah mendekati standar. Namun, kompetensi lulusan yang seharusnya bisa diserap sebagai tenaga kerja terampil masih menjadi persoalan. “Di situlah perlunya semacam reformasi regulasi yang mendorong agar Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dapat terlibat lebih maksimal,” kata dia.
Reformasi ini, diharapkan dapat memecahkan persoalan siswa SMK yang kesulitan mendapatkan tempat magang, maupun serapan tenaga terampil yang sesuai kompetensinya. “Kenapa siswa itu tidak terampil, hasil evaluasi dalam penelitian saya menyebutkan karena SMK kurang begitu dekat dengan DUDI,” kata dia.
Padahal, lanjut dia, berbicara delapan SNP maka semua standar seharusnya sudah tercapai. Apakah itu standar sarana prasarana, standar pendidik maupun standar kurikulumnya. “Karena itu kami merumuskan, jika kurikulum, sarana prasarana dan pendidik serta tenaga kependidikannya melibatkan DUDI dan sesuai dengan kebutuhannya, maka output lulusannya akan meningkat,” terang Sukaryantho.
Di akhir penjelasannya, dia berharap akan ada regulasi yang kuat untuk mendukung keterlibatan DUDI terhadap pengembangan SMK. Sejauh ini munculnya Instruksi Presiden No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK telah menunjukkan terobosan yang luar biasa. “Namun, akan lebih kuat jika ada Undang-Undang yang memayungi itu. Seperti di Jatim yang saat ini juga tengah menggodok Pergub tentang teaching factory,” tutur dia.
Sementara itu, Rektor Untag Surabaya Prof Ida Aju Brahmasari mengatakan, penelitian dan pemaparan promovendus telah berhasil mengantarkan Sukaryantho di titik akhir program doktoral. Pihaknya mengaku jika promovendus dapat menyelesaikan tepat pada waktunya, promovendus dapat mendapat status cumlaude. “Karena  waktunya lebih dari tiga tahun, maka kita hanya bisa memberikan status sangat memuaskan,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: