Dari Ujung Batang Ubi Jalar Jadi Inovasi Kelas Dunia

Empat mahasiswa Unesa penemu hormon Ubipotas mempraktikkan cara menggunakan karya mereka sebagai pupuk untuk pertanian.

Empat mahasiswa Unesa penemu hormon Ubipotas mempraktikkan cara menggunakan karya mereka sebagai pupuk untuk pertanian.

Hormon Ubipotas Temuan Mahasiswa Unesa
Kota Surabaya, Bhirawa
Menanam bawang merah butuh waktu sekitar 3-4 bulan sampai masa panen tiba. Tapi itu dengan cara konvensional. Berbeda jika memanfaatkan hormon khusus temuan empat mahasiswa Prodi Fisika Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Hormon yang disebut Ubipotas itu mampu mempersingkat masa tanam bawang merah menjadi satu bulan.
Inovasi ini bisa menjadi harapan baru bagi dunia pertanian di Indonesia. Ubipotas sebenarnya singkatan dari ujung batang ipomoe batatas alias ubi jalar. Ketika digunakan pada pembibitan dan pemupukan, masa tanam bawang merah bisa dipersingkat. Menariknya, kualitas bawang merah sama dengan yang ditanam selama 3-4 bulan.
Keempat mahasiswa itu ialah Andrian Sjahmi Dewanto, Hanif Zahidin Ainur, Fifa Pransiska Indra Loseta, dan Mohammad Syukron Amrulloh. Ditemui di Laboratorium Fisika Unesa, empat mahasiswa itu secara bergiliran mempresentasikan karya tulis ilmiahnya yang didanai lewat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan yang akan dilombakan pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) tahun ini.
“Hormon yang kami temukan ini bisa mempercepat masa tumbuh dan tanam bawang merah. Dari semula 3-4 bulan menjadi sebulan, dan dengan kualitas relatif sama. Ini sudah diujicobakan di areal pertanian bawang merah di Kabupaten Sidoarjo,” Mohammad Syukron Amrulloh mengawali penjelasannya.
Secara ilmiah, dia menjelaskan hormon berbahan ujung batang ubi jalar ini mengandung C-Organic 9,87 w/w, Giberelic Acid (zat pengatur tumbuh pada tanaman) 0,383 g/l, serta Acidity (Ph Hormon). Dari hormon yang diciptakan, muncul residu yang bisa berfungsi sebagai pupuk. Produk turunan hormon ini juga untuk memupuk tanaman bawang merah.
Untuk membuatnya, kata Syukron, ujung batang ketela rambat diekstraksi dengan 10 ml aquades lalu disaring. Selanjutnya, ditambahkan gula untuk menambah unsur hara (nutrien). Proses berikutnya, fermentasi dengan cara ditutup rapat dalam botol sehingga hampa udara, disertai pengadukan tiap lima hari sekali selama 15 hari. Pengadukan supaya mikroorganisme bercampur dan kental. Baru proses katalis bisa dilakukan. “Untuk menggunakannya, hormon Ubipotas ini dicampur air dengan komposisi 40 banding 60. Air dibutuhkan untuk proses pertumbuhan bawang merah,” imbuh Fifa.
Atas inovasi ini, mereka pun sukses menyabet juara 1 International Young Inventors Award (IYIA)  2015. Even IYIA yang kedua ini dihelat di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan diikuti 13 negara.
Hanif Zahidin menambahkan, dirinya juga mengujicobakan pemanfaatan hormon dan pupuk berupa sisa air dari proses pembuatan hormon untuk tanaman belimbing. Hasilnya sama, belimbing lebih cepat berbuah. Bahkan produktivitasnya meningkat 2-3 kali lipat. “Bahan pembuatan hormon ini sangat mudah didapat. Sebenarnya bisa juga untuk semua jenis tanaman. Tapi di sini kami uji cobanya hanya untuk tanaman bawang merah,” ungkap Hanif.
Ketua Prodi Fisika, FMIPA Unesa Prof Madlazim menyatakan, Prodi Fisika punya visi, yakni inovasi dalam pendidikan Fisika. “Dari sini dosen dan mahasiswa mengupayakan temuan baru terkait pembelajaran Fisika. Di sisi lain, misinya melakukan pembelajaran, penelitian, inovasi dan kerjasama,” kata pria asal Lamongan ini.
Pembelajaran inovatif, penelitian, pengabdian masyarakat terus dijalankan prodi. “Penelitian oleh dosen dan mahasiswa terus dilakukan. Hasil penelitian diikutkan kompetisi-kompetisi, semacam IYIA ini,” pungkas pria kelahiran 5 Oktober 1965 ini. [tam]

Tags: