Dari Video Clip Jadilah Busana Berkonsep Brailer

Shania Eleonora Kristianti

Shania Eleonora Kristianti
Siapa bilang penyandang difabel tidak bisa bergaya? Apalagi untuk seseorang dengan tuna netra? Melalui tangan Shania Eleonora Kristianti penyandang difabel dengan tuna netra bisa menggunakan busana yang fashionable, khususnya bagi perempuan.
Mahasiswa Fashion Desain dan Bisnis Universitas Ciputra (UC) ini merancang busana brailer khusus untuk penyandang tuna netra.
“Dari awal emang dikasih beberapa tema. Mulai delly, eco-fashion dan difabel. Aku lihat video clip nya Yura Yunita (penyanyi) yang didalamnya banyak orang difabel. Kemudian saya mulai searching terkait beberapa kesulitan penyandang difabel waktu menggunakan pakaian,” ungkap dia.
Dari situ, lanjut dia, kemudian saya berinisiatif untuk membuatkan desain baju dengan pengaplikasian huruf brailer untuk busana difabel. Seperti di area kera “V” yang bertulis “adesif” (kretekan baju) dengan menggunakan huruf brailer. Kemudian bertulis saku baju samping (kanan dan kiri) begitupun juga celana. “Beberapa desain busana yang ada bertopi atau model lainnya juga saya rancang bagi mereka,”tambah dia.
Diakui remaja kelahiran Malang, 19 Agustus 1999 ini mengatakan jika rancangan busana tersebut diperuntukkan bagi penyandang tuna netra yang baru di diagnosis. Hal itu dilakukan karena ia ingin penyandang tuna netra juga bisa fashionable tapi juga mudah untuk digunakan. Terlebih bagi tuna netra yang baru didiagnosis setelah mengalami kecelakaan dan berakibat pada kebutaan. Di samping itu, Shania ingin mengajak penyandang difabel dengan tuna netra untuk lebih pede dan tidak perlu malu untuk menyembunyikan kekurangan mereka. Dengan begitu mereka akan dengan mudah berbaur dengan masyarakat sekitar. Apalagi dari segi warna baju diambil dari warna tongkat mereka. yaitu merah dan putih.
“Meskipun nggak bisa melihat, mereka bisa meraba busananya juga bisa berimajinasi pakaian seperti apa yang mereka gunakan. Karena saya pun merancang baju ini untuk bisa digunakan sehari-hari dan memang khusus perempuan,”tutur dia.
Diakui anak ke dua dari dua bersaudara, dalam perancangan busana ini pihaknya menemukan kesulitan untuk pengaplikasian huruf brailer ke baju. Sebab, ia harus menggunakan karet stempel untuk motif brailer yang kemudian dilapisi kain.
“Sebelum saya rancang busana itu, saya harus paham dan mempelajari berbagai huruf dan angka-angka brailer,”katanya.
Ke depan, putri dari Soedjono Notowidjaja dan Lilik Poedjihati ini berencana untuk memperbaiki pola brailer yang belum sempurna dan memperbanyak banyak pola desain. \
“Brailer nya ini kan masih menggunakan karet, kedepan akan dikembangin lagi untuk bisa dijadikan satu dengan bajunya biar gak keliatan nimbul,” pungkas mahasiswa semester IV ini. [ina]

Tags: