Darurat Calo Karhutla

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan Tengah dan Riau, bukan bencana alam. Melainkan tindak kriminal ber-modus percaloan “lahan bersih” siap semai tanaman industri. Tetapi karhutla berdampak sistemik terhadap daya dukung lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Selama 15 tahun terakhir telah rutin terjadi pembakaran hutan dan lahan. Selama itu pula masyarakat, terutama di Sumatera dan Kalimantan, menderita.
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) mencatat kualitas udara di Pekanbaru (Riau) pada angka 327,89 umg per-meterkubik. Tergolong berbahaya. Seluruh masyarakat mengenakan masker penutup hidung. Jarak pandang di laut hanya 200 meter. Begitu pula pesawat kepresidenan yang mendarat di bandara Roesmin Noerjadin, tidak terlihat sampai beberapa ratus meter di atas bandara. Presiden menyatakan siaga darurat kabut asap karhutla.
Karhutla di Kalimantan Tengah, mencatat jumlah hotspot terbanyak, mencapai 954 titik panas. Berdasar aplikasi AirVisual, indeks kualitas udara menunjuk angka 1.760, kategori berbahaya. Disusul Kalimantan Barat, sebanyak 527 titik api. Serta Sumatera Selatan (366), Jambi (222), dan Kalimantan Selatan 119 titik api. Riau, walau hanya ditemukan 59 titik api, namun memiliki sebaran asap paling luas dan lebih pekat.
Perhubungan udara nyata-nyata telah terganggu. Sebanyak 96 penerbangan dibatalkan berbagai maskapai, dengan tujuan seantero Kalimantan. Yakni ke Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, dan Banjarmasin. Serta 19 penerbangan harus kembali ke bandara keberangkatan. Begitu pula pembatalan penerbangan tujuan ke Batam, Pekanbaru, dan Dumai. Karhutla telah menganggu aktifitas perhubungan, pendidikan, dan perdagangan.
Luas areal terbakar sudah mencapai 328 ribu hektar lebih (5 kali luas Jakarta). Penanganan karhutla telah mengguyurkan sebanyak 263 juta liter air, ditambah 162 ton garam. Pemerintah sampai mengerahkan sebanyak sembilan ribu personel siaga bencana, termasuk Polri, dan TNI gabungan untuk memadamkan api. Juga menyiagakan kapal perang (dan tongkang) untuk meng-evakuasi warga terdekat areal yang terbakar.
Namun api yang terlanjur membara tidak mudah dipadamkan. Maka masyarakat dihimbau melaksanakan shalat istisqo’, doa minta hujan segera diturunkan. Sebab, pengerahan pesawat untuk water bomber (dengan berjuta-juta liter air disemprotkan, niscaya tidak akan mencukupi. Hanya hujan (dari langit, dengan volume tak terhitung) yang bisa mengalahkan kobaran api yang terlanjur meluas.
Berkali-kali pula presiden menyelenggarakan rapat terbatas, membahas penanganan dan pencegahan karhutla. Terutama kebakaran pada lahan gambut yang sulit dipadamkan. Pada musim kemarau, kebakaran semakin cepat menjalar. Kini telah sampai pada area terdekat permukiman di Palangkaraya (ibukota Kalteng) Pekanbaru (ibukota Riau). Seluruh Puskesmas pada daerah rawan kebakaran disiagakan (buka) 24 jam.
Diperlukan cara lebih sistemik mencegah karhutla. Termasuk dengan metoda fisika botani. Yakni, penanaman pohon yang difungsikan sebagai penyimpan air. Sekaligus me-lokalisir kebakaran agar tidak merembet semakin jauh. Diperkirakan sebanyak 30 juta warga pulau Sumatera, dan Kalimantan terpapar dampak kabut asap. Bukan hanya penyakit saluran pernapasan (akut) yang diderita. Melainkan berpotensi kecelakaan lalulintas di darat, dan perairan, karena jarak pandang sangat terbatas.
Indonesia darurat kabut asap. Ini bukan bencana alam, melainkan ke-bandit-an terhadap lingkungan hidup. Maka diperlukan penegakan hukum. Bukan sekadar dengan UU Nomor 32 tahun 2009 tentang PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Tetapi pantas disejajarkan sebagai extra-ordinary court,. Sampai Panglima TNI, dan Kapolri, bertekad bakal mencopot Danrem, Dandim, Kapolda, dan Kapolres gagal menjerat pelaku karhutla.
Karhutla, seyogianya dijejaki sebagai korupsi dengan disertai pemberatan (perusakan lingkungan). Patut dijerat dengan berlapis-lapis ancaman hukuman pidana maksimal.

——— 000 ———

Rate this article!
Darurat Calo Karhutla,5 / 5 ( 1votes )
Tags: