Datangi Walubi, SUIP Kecam Kekerasan di Myanmar

(SD Muhammadiyah 16 Gelar Aksi Keprihatinan)
Surabaya, Bhirawa
Ratusan massa dari Solidaritas Umat Islam Pasuruan (SUIP) menggelar aksi unjuk rasa Maha Vihara dan Budisklat Budha Maitreya  di Surabaya. Dalam aksinya itu mereka mengecam kekerasan yang dilakukan oleh umat budha terhadap muslim Rohingya di Myanmar.
“Kami minta kekerasan disana dihentikan. Mereka sudah diluar batas kemanusiaan. Kami menuntut agar dihentikan,” kata koordinator aksi Habib Zainal Abidin Bilfaqih, Rabu (7/9).
Dia meminta agar pemerintah pro aktif untuk membantu menyelesaikan kasus yang menimpa etnis Rohingya. Kekejaman yang dilakukan militer Myanmar sudah diluar batas dan melukai rasa kemanusiaan.
”Pemerintah harus pro aktif dan mengambil peran untuk menyelesaikan  kasus ini. Kami ikut prihatin dengan apa yang menimpa saudara saudara kita etnis Rohingya,”tambahnnya.
Sementara itu, Sekretaris DPD Gerindra Jatim Anwar Saddat menghimbau agar kader Gerindra ikut turun ke jalan mengecam aksi keji terhadap umat muslim Rohingya di Myanmar.
”Saya menyerukan kepada semua kader Gerindra untuk berbaur bersama-sama dengan elemen penting masyarakat lainnya,” katanya.               Dia menjelaskan, perilaku terhadap umat muslim Rohingya di Myanmar sudah diluar batas. Kekejaman militer Myanmar adalah bentuk pelanggaran HAM yang harus diusut dan dipertanggungjawabkan.   ”Ini sudah diluar batas kemanusiaan. Dimanakah hati nurani mereka sehingga tega melukai warga muslim Rohingya dengan kejam,” tambahnya.
Alumni 212, Samsul Hadi, yang hadir dalam aksi itu juga mengajak umat Budha di Jatim ikut mendesak pemerintah agar membantu entnis Rohingya di Myanmar.  ”Kami datang kesini untuk meminta agar umat Budha di Jatim bareng bareng ke DPR supaya bersikap terkait aksi kekerasan terhadap saudara muslim Rohingya,” katanya.
Terpisah, Aksi Keprihatinan siswa SD Muhammadiyah 16 Surabaya atas derita umat muslim Rohingya, Rabu (6/9) diisi dengan penggalangan dana. Para guru dan siswa sekolah yang dikenal dengan SD Kreatif ini menyisihkan sebagaian uang sakunya untuk disalurkan kepada korban pembantaian tersebut. Donasi yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp19.114.000 akan disalurkan melalui Pengurus Daerah Muhammadiyah Surabaya.
Tidak hanya penggalangan dana. Aksi keprihatinan untuk umat muslim Rohingya kemarin juga diisi dengan salat gaib untuk korban pembantaian Junta Militer Myanmar itu. Para siswa dan guru mengikuti salat gaib yang diimami Ustadz Drs Abdul Kodim MPd dengan khusuk.
Sementara itu, pada saat diputarkan rekaman film derita muslim Rohingya yang terusir karena menghindari pembantaian, dan tidak mempunyai tempat tinggal karena rumahnya dibakar, banyak para siswa dan guru yang menangis karena turut merasakan kesusahan saudara-saudaranya sesama umat muslim di Rohingya. Bahkan saat Ustadz Mujib SAg membacakan doa untuk Muslim Rohingya banyak siswa yang menangis sesenggukan.
Raditya Fafian Asa, siswa kelas V, harus ditenangkan teman-teman dan gurunya sebab masih menangis sesenggukan ketika Aksi keprihatinan telah selesai. ”Orang Islam dibunuh, orang Islam dibakar, rumahnya dibakar. Saya sedih, seharusnya kebiadaban ini harus dihentikan. Kasihan mereka, apalagi banyak anak kecil dan manula yang menjadi korbannya,” kata Fian-sapaan akrabnya.
Sementara itu, Ketua Tim Inovasi dan Pengembangan SD Muhammadiyah 16, Heru Tjahyono SPd menjelaskan, digelarnya Aksi Keprihatinan untuk Rohingya ini untuk menumbuhkan yang dalam kepada para siswa karena di Myanmar ini telah terjadi tragedi kemanusiaan, dimana yang menjadi korban tidak hanya orang dewasa saja, tetapi juga menimpa kepada anak-anak.
”Anak-anak disini ikut prihatin dengan tragedi kemanusiaan di Myanmar. Maka menjadi program sekolah untuk menumbuhkan rasa empati yang mendalam kepada anak-anak ini sejak dini, atas korban-korban yang juga saudara sesama muslim yang sesusia dengan para siswa. Dengan harapan tidak ada lagi pembantaian,” papar Ustadz Heru.-
Selain itu, jelas Ustadz Heru, pihak sekolah juga mengajak anak-anak agar memberikan sumbangsih berupa dana dari penyisihan uang saku para siswa, sehingga bisa bermanfaat untuk Muslim Rohingya yang sangat membutuhkan sumbangan dalam bentuk apapun. Dan untuk pemutaran film tentang Tragedi Kemanusiaan Rohingya ini, agar para siswa bisa melihat sendiri apa yang terjadi di Negara Myanmar ini terhadap Umat Muslim Rohingya. [cty.fen]

Tags: